Adapted from The Maze Runner by amazing author James Dashner
.
.
.
.
.Previous chapter
"Minho! Apa yang kau lakukan?" kupegang lengan kekarnya yang akan bersiap memukul Newt sekali lagi.
"Diamlah, Anne!" ia berusaha melepaskan genggamanku.
"Minho!"aku memeluknya dari depan sekaligus menjadi penghalang supaya Minho tak memukul Newt.
"Jangan lakukan lagi" pintaku. Tak terduga, air mataku menetes. Kulihat wajah Minho yang berapi-api berubah sedikit tenang. Ia menurunkan tangannya, menghela nafas yang menyesakkan dada. Saat itu juga, ia mendorongku agar menjauh dan pergi entah kemana.
Kulihat Newt terkapar sambil meringis kesakitan. Aku segera mendekatinya. Menolongnya seorang diri, untung saja hanya kami yang ada disini. Tak ada satupun gladers yang bangun. Syukurlah, aku membawa Newt ke med-jack.
.
.
.Aku memapah Newt ke med-jack. Sesekali ia merintih kesakitan. Pipiku banjir air mata, kuseka degan lengan bajuku. Tak kusangka Minho selancang ini. Kudorong pintu dan melihat sekeliling, tak ada Clint maupun Jeff. Yang ada hanya suara erangan Alby di ruang sebelah. Sejak ia tersengat, kami hanya meninggalkannya di sebuah ruang, kami tak tahu apa yang harus dilakukan. Jadi kami memutuskan mengisolasi Alby didalam ruangan.
Kududukan Newt di ujung ranjang lantas mengambil kotak P3K, air hangat dan kain bersih.
Kucelupkan kaib bersih kedalam wadah berisi air hangat, kuusap luka di pipi kanannya. Lukanya cukup parah, pipinya memar dan mengeluarkan darah. Kurasa robek."Aaduh" ia mengaduh kesakitan.
"Maafkan aku, aku akan pelan pelan"
"Aah iya tak apa" kuselesaikan dengan cepat dan pelan. Lantas kuoleskan salep luka.
"Anne" aku menaikkan bola mataku, menatap mata cokelat terangnya yang menusuk manik mataku.
"Maafkan aku, aku lancang menci—"
"Sudahlah tak apa, maafkan Minho juga. Besok aku akan bicara padanya. Akan kusuruh dia minta maaf" kulanjutkan mengolesi lukanya dengan salep.
"Apa kau menyukai Minho?" Deg. Sekali lagi aku menatapnya. Raut wajah Newt menjadi sangat serius. Aku mencoba mengabaikannya dengan melanjutkan mengolesi lukanya.
"Jawab, Anne" ia mencengkeram tanganku, mencegahku menyentuh wajahnya. Entah kenapa tiba-tiba diriku mematung saat mata cokelatnya menatap tajam kearahku.
"A-Aku tak menyukainya" segera kulepaskan genggamannya, membereskan obat, meletakkan kembali ke tempatnya lalu beranjak pergi.
"Bohong. Kau menyukainya kan?" tanyanya saat aku sudah diambang pintu. Tanpa menjawabnya aku segera berlari keluar, menuju slammer untuk menghabiskan masa hukumanku. Kututup pintu slammer dan langsung menarik selimut.
Benarkah aku menyukai Minho? Tapi, saat ingin berkata tidak, ada sesuatu yang mengganjal di hatiku. Jujur, dulu aku membencinya. Semenjak kami terperangkap didalam labirin perasaan itu tiba-tiba muncul. Aku tak tahu ini cinta atau bukan.
Samar kudengar ada seseorang yang mendekat kemari. Sesegera mungkin aku berpura-pura tidur.
"Kau sudah tidur?" aku tak menjawabnya. Tapi aku kenal suara ini. Ya, Newt
"Aku tahu kau belum tidur, tak apa jika kau menyukai laki-laki lain. Tapi, aku tak akan membiarkan orang lain memilikimu, suatu saat aku akan menjadikanmu milikku. Selamat malam" ucapnya sambil beranjak pergi. Setelah suaranya hilang, aku membuka mata. Astaga, apa barusan Newt benar-benar mengatakannya?
Semalaman aku tak bisa tidur karena nama Newt dan Minho masih berlarian dipikiranku. Mereka pikir otakku adalah lapangan riang?
Kuputuskan untuk segera bangun, membereskan alas tidurku dan pergi mandi.Setelah mandi, kupakai kaus panjang berwarna abu-abu polos dan celana jeans hitam longgar. Selepas itu, aku segera pergi ke dapur untuk sarapan, perutku sudah konser sejak tadi malam.
"Hei Anne, dimana pacarmu?" teriak Winston dari meja makan. Aku mendekat kearahnya.
"Apa? Pacar?"
"Iya, pacarmu, Newt kemana dia? Biasanya kalian lengket seperti lem" ucapnya sambil terkekeh.
"Dia bukan pacarku tau" saat selesai bicara, saat itu juga Frypan membawakan makanan kehadapanku.
"Seharusnya kau tak perlu begini Fry, aduh aku merepotkanmu"
"Tak apa, kebetulan aku juga mau makan kok"
"Terimakasih ya"
"It's okay"
Kusantap makanan buatan Frypan, kali ini ia membuat resep baru dari jagung tapi dalam bentuk bubur. Kulihat seseorang berlari dari kejauhan, Thomas. Kenapa ia tak masuk labirin?
"Hai kawan! Hai Anne!"
"Hai Tom"
"Apa kalian melihat Minho?" aku tersedak kecil begitu mendengar namanya. Seketika membuatku ingat kejadian semalam.
"Hei pelan-pelan" Winston menepuk punggungku pelan. Aku mengangguk tanda tidak apa-apa.
"Bukankah dia sudah masuk labirin hari ini?" tanya Frypan
"Tapi peralatan runner-nya masih didalam ruangan. Jika masih disana berarti dia belum berangkat" jelasnya
"Kukira ia sudah berangkat, kalau begitu kami tak tahu. Apa kau tahu dimana Minho, Anne?" tanya Winston. Aku membuka lebar mataku. Bubur yang baru saja mau kulahap, kuletakkan kembali.
"Aku tak melihatnya" ucapku lengkap dengan gelengan kepala.
"Hufft dimana dia? Jika kalian melihatnya beritahu aku ya?" kami mengangguk dan Thomas masuk sendiri ke labirin.
"Tak biasanya Minho menghilang, apa dia punya masalah" tutur Winston disusul anggukan Frypan.
"Newt juga tak terlihat pagi ini. Ada apa dengannya" tambah Frypan. Aku hanya memutar bola mataku. Apa ini karena kejadian semalam? Oh, aku harus segera mencari Min— ah tidak tidak, aku harus menemui Newt dulu.
Author POV
"Kupikir ini akan menyenangkan" tutur seorang wanita berjas putih, ia menatap monitor yang menampilkan video orang-orang didalam suatu tempat. Lelaki didepannya mengangguk.
"Apa kita akn mulai party-nya?"
"Bodoh! Tidak secepat itu. Kita lihat saja dulu apa yang akan mereka lakukan. Dan, Marry! Tolong awasi tubuh sample. Jangan sampai cairannya bocor. Pastikan mesin itu bekerja dengan baik" wanita bernama Marry itu mengangguk lalu beranjak menuju sebuah ruangan isolasi.
.
.
.
.
.
To be continuedTerimakasih sudah mampir! Maaf cuma sedikit manteman. Soalnya pas bagian somethingnya mau kujadiin satu chapter. Ditunggu terus yaaa. Paipaii~~ jangan lupa mampir ke ff yang "Summer Has Gone" yaa~~~~~
nisnewtbie