Adapted from The Maze Runner by amazing author James Dashner
.
.
.
.
Langit telah memperlihatkan lurik jingga. Disusul suara serangga yang memecah keheningan. Para runners berhamburan keluar dari celah maze yang sebentar lagi akan mengatup untuk 13 jam kedepan.Aku duduk menopang dagu di meja makan. Aku mencoba mengingat siapa laki-laki didalam mimpiku. Mengapa aku menangisinya? Mengapa aku memeluknya? Apa dia kekasihku? Adikku? Atau Kakakku?
"Greenie?"
"Hei?"
Aku terperangah oleh lambaian tangan didepan wajahku.
"Oh, Thomas. Maafkan aku" aku menggaruk kepalaku.
"Kenapa kau melamun? Apa ada masalah?" ia melangkahi kursi dan duduk di seberang.
"Tidak ada" kugelengkan kepalaku dengan cepat
"Hey ayolah, aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu. Apa yang kau pikirkan? Atau kau memikirkanku ya?" Thomas mendekatkan wajahnya, berbisik saat mengucapkan kalimat terakhir.
"Tidak,Tom. Jadi begini Pagi tadi, aku sudah mengingat namaku. Aku ingat namaku dari mimpi. Aku bersama seorang laki-laki berambut brunette di sebuah tempat mirip laboratorium, ia menyebut namaku, Annelise. Begitulah singkatnya"
"Benarkah? Syukurlah kau sudah mengingat namamu, Anne. Jadi kami tak memanggilmu greenie lagi" ia turut gembira.
"Dan tunggu, barusan kau bilang bertemu lelaki berambut brunette di laboratorium?" ia menatapku.
"Benar, apa kau tahu dia?" mataku melebar. Kuharap ia mengetahui siapa laki-laki itu.
"Aku tak tahu siapa dia.."
"Tapi dia pernah muncul dalam mimpiku juga. Dia yang menggantikanku saat aku hendak dibawa ke ruang operasi"
"Ruang operasi? Bisakah kau ceritakan padaku?" sungguh, aku sangat penasaran siapa sebenarnya lelaki itu.
"Tentu" ia mengangguk dan mulai bercerita.
★★★
Tiga orang berpakaian hitam membawaku ke sebuah ruang aneh. Dua orang memegangku, satu orang lagi menodongkan senjata. Aku berteriak meminta tolong. Namun, tak ada seseorang yang datang.
Aku dibawa masuk ke ruangan, seperti ruang operasi. Aku ditidurkan di ranjang. Kedua tangan dan kakiku diikat kuat.
"Lepaskan aku!" pekikku
"Diam kau! Atau kutembak sampai isi kepalamu keluar!" ditempelkannya ujung senjata ke kepalaku. Aku menelan ludah, keringat mengucur dari pelipis.
Di ruang ini banyak sekali orang bermasker juga berbaju operasi yang mengelilingiku. Di ruang ini, tiap sisinya lengkap dengan alat bedah.
Tiba-tiba, monitor besar didepanku menyala. Seorang wanita kira-kira umurnya kepala lima muncul dilayar. Rambut blonde-nya diikat di belakang, lipstick merahnya memberi kesan sadis.
"Tunggu, jangan lakukan pembedahan padanya. Aku sudah mendapatkan seseorang yang tepat untuk 'Sample JV-037RR'. segera kembalikan dia ke ruang penyuntikan. Dan segera gabungkan dia ke grup A"
Monitor mati, beberapa orang berbaju operasi melepaskan tali yang mengekang tubuhku.
"Ini keberuntungan untukmu, haha" salah seorang wanita berkata seraya tertawa.
Pintu terbuka, dua petugas yang tadi membawaku masuk kembali. Dibelakangnya ada seorang lelaki berambut brunette dipapah oleh dua orang berbaju laboratorium. Wajahnya pucat, matanya sayu dan bibirnya menghitam. Ia menatapku dengan tatapan menyedihkan. Namun, ia masih sempat menunjukan segaris senyum padaku.