Adapted from The Maze Runner by amazing author James Dashner
.
.
.
.
Annelise POV
Langit sudah semakin gelap. Tak ada penyinaran selain cahaya bulan yang terbatas karena terhalang dinding.
Aku dan Minho semakin lelah membopong tubuh Alby kesana kemari mencari tempat untuk sembunyi. Kami pun menyandarkan Alby di salah satu tembok."Kita tinggalkan dia disini" ucap Minho
"Kita tak boleh meninggalkannya!"
"Lalu kita harus bagaimana? Tak ada tempat untuk sembunyi!" pekiknya sambil memukul dinding yang ditumbuhi tumbuhan merambat di dinding maze. Ia terlihat sangat frustasi.
Aku menatap tumbuhan yang menjalar dari bawah sampai atas dinding.
"Aku punya ide" Minho melihat kearahku.
★★★
Kami mengikat tubuh Alby dengan tumbuhan ivy, menggunakan prinsip katrol, menariknya sampai keatas sambil berharap tak ada griever yang mengetahuinya.
"Sedikit lagi" pekikku
Minho mengintip ke sebelah kiri. Ia tampak terkejut.
"Cepat, Shank bagian itu sudah membuka"
"Sebentar, kita hanya perlu mengikatnya" jawabku.
Ia kembali mengintip. Kulihat Minho semakin ketakutan. Tangannya gemetaran. Matanya menatap ke satu arah.
"Dia datang!" pekiknya tertahan. Ia segera mengikat tali pengikat Alby ke akar tumbuhan ivy. Lalu menarikku untuk bersembunyi di sisi lain dinding.
Click...click...
Zrrr..Apakah itu suara makhluk yang mereka sebut griever? Kurasa mahkluk itu menghentikan langkah di belakang dinding ini. Aku memejamkan mata, jantungku berdegup kencang. Kurasakan Minho menggenggam erat tanganku. Aku bisa merasakan jika ia sangat ketakutan juga.
Click click click click..
Rawrr...Suara itu semakin cepat dan samar, lalu sepersekian detik menghilang. Minho mengintip, memastikan makhluk itu sudah pergi atau belum. Ia juga memastikan apakah Alby masih ditempatnya.
"Aman" bisiknya
Kurasakan ada sesuatu yang jatuh di bahuku. Aku menyentuhnya. Ewh. Cairan lengket berwarna putih.
Minho berbalik kearahku, matanya membelalak menatap keatas. Aku segera berbalik.Rawrrr...
Inikah wujud griever itu? Makhluk seperti laba-laba berkaki mesin dan memiliki ekor seperti kalajengking. Makhluk itu menatap kejam kearah kami sambil menuruni dinding perlahan-lahan.
"Lari!" pekik Minho. Ia menarikku. Aku berlari mengikutinya. Griever itu mengeram, mengejar kami.
Suara kaki mesin itu terngiang-ngiang ditelingaku."Jangan lihat kebelakang!" pekik Minho saat kami mengambil belokan ke kanan. Aku hampir saja menabrak dinding karena aku kurang konsentrasi.
"Whoaa!"
Griever itu muncul di depan kami. Kami berlari ke kiri, griever itu menghadang lagi. Kami terus berlari dan griever itu selalu menghadang kami. Hingga akhirnya kami sampai di sebuah celah.