Kami berjalan melewati reruntuhan bangunan. Tiba-tiba Thomas berkata jika ia mendengar sesuatu.
"Kalian dengar itu?" Thomas menghentikan langkahnya, begitu juga kami. Aku mencoba mempertajam indera pendengaranku.
Suaranya semakin jelas. Namun, aku tidak tahu apa itu. Seperti suara kepakan raksasa dari langit sebelah kiri.
"Merunduk! Cari tempat sembunyi!" Thomas menyuruh kami masuk ke reruntuhan di dekat kami.
"Cepat! Cepat!" setelah kami masuk semua. Kami melihat dua helikopter dan sebuah berg melintasi.
"Mereka tak akan berhenti mengejar kita. Ayo pergi" ajak Thomas. Ia berjalan memimpin.
"Argh"
"Winston kau tak apa?" baru saja ia mengeram kesakitan sambil mencengkeram perutnya.
"Aku tak apa"
"Berjalanlah didepanku, aku akan mengawasimu dari belakang" Winston mengangguk lantas menyusul Aris yang ada di depannya. Aku menatap kedepan, kemana Minho? Aku menengok kanan dan kiriku. Tidak ada. Kemana dia?
"Mencariku?"
"Huh, kau mengagetkanku" tiba-tiba Minho muncul dari samping kananku. Aku mulai berjalan supaya tidak tertinggal. Minho menyamakan langkahnya denganku.
"Kenapa kau dibelakang? Kalau ada penjahat atau makhluk mengerikan itu bagaimana?"
"Aku mengawasi Winston. Apa kau tidak lihat kondisinya bagaimana? Aku juga tidak takut pada mereka"
"Benarkah? berani sekali" Minho memiringkan kepalanya, seakan-akan ia tidak percaya dengan apa yang kukatakan.
"Kenapa kau dibelakang?" tanyaku.
"Aku?" aku mengangguk.
"Aku mengawasi Winston juga"
"Oh, kukira kau tidak akan peduli seperti yang lain" aku mendecih kecil.
"Hei, mereka sebenarnya peduli, jika mereka tak peduli mereka pasti membiarkan Winston diserang makhluk itu sampai mati"
"Oh ya?"
"Ya, tentu" kami diam beberapa saat.
"Minho"
"Hmm?"
"Menurutmu, apa masih ada tempat yang tersisa untuk ditinggali?" Minho menoleh kearahku.
"Kau bicara apa? Tentu masih ada. Dan kita akan segera kesana" aku bisa mendengar nada bicaranya yang agak ragu.
"Bagaimana jika aku tidak bisa sampai kesana? Kau lihat sendiri, aku orang paling lemah disini, dan aku hanya bisa menjadi parasit bagi kalian orang-orang kuat"
"Jangan bicara seperti itu, itu sudah kewajiban, yang kuat membantu yang lemah. Lagipula, kau tidak lemah, kau gadis kuat. Kita semua akan sampai disana" aku mengangguk kecil.
"Terimakasih"
"Sama-sama, berhentilah menyebut dirimu lemah selagi masih ada aku. Dan jika kau merasa sulit, jangan ragu untuk pergi ke bahuku" aku menoleh kearahnya. Ia menatap lurus kedepan namun senyuman terukir di bibirnya.
"Minho! Anne! Winston! Cepat!" ternyata kami tertinggal cukup jauh. Thomas, Newt dan Aris sudah sampai di puncak gundukan pasir, sedangkan Winston masih berada di tengah-tengah gundukan.
"Itu tujuan kita" Thomas menunjuk kearah pegunungan setelah kami semua sampai di puncak.
"Ayo pergi" baru saja satu langkah, Winston tiba-tiba ambruk. Nafasnya menderu, ia mengeram kecil juga.