Adapted from The Maze Runner by amazing author James Dashner
.
.
.
.
.
Langit oranye sudah sedikit menampakkan dirinya. Hiruk-pikuk kegiatan mulai mereda. Aku bangun dari tempat tidurku, keluar kamar lantas berjalan tanpa tujuan."Anne!" Thomas berteriak dari arah belakangku, aku menghentikan langkah, ia berdiri di sampingku.
"Kau sudah membaik?" tanyanya
"Ya, aku sudah baikan. Bagaimana dengan Alby? Apa baik-baik saja? Apa dia sudah sadar?" Thomas membuang nafas "Belum, tapi kurasa ia akan segera membaik" syukurlah, batinku.
"Hei Thom!" seorang pria berambut pirang panjang menghampiri kami.
"Ya, Ed. Apa kau sudah menemukan Minho?" pria bernama Ed itu menggeleng.
"Kami sudah mencarinya di labirin, tapi ia tak ada disana"
"Bagaimana bisa?" Thomas menyeritkan dahi. Kemana perginya Minho?
"Baiklah sekarang istirahatlah dulu, yang lain sudah kembali semua kan?"
"Sudah, baiklah aku pergi dulu" Ed berlalu, Thomas kembali menatapku.
"Oke Anne, kurasa aku harus pergi juga, sampai nanti" aku mengangguk setuju.
Apa yang harus kulakukan saat ini? Mencari Minho? Tapi dimana? Sebenarnya aku tak begitu hafal denah tempat ini. Banyak juga tempat lain yang belum ku kunjungi.
"Annelise!" pekik seseorang. Aku menoleh, dia Frypan. Sedang sibuk dengan panci dan runners yang kelaparan di meja makan.
"Aku datang" sesegera mungkin aku berlari kearahnya.
"Ya?"
"Bisakah kau mencarikanku kayu bakar? Makanan ini kurang matang sedikit. Jika kutinggal pasti para runners akan menghabiskannya tanpa sisa. Tolong ya?" malang sekali.
"Baiklah, akan kuambilkan" aku beranjak pergi
"Anne—" apalagi?
"Jangan ambil kayu di sekitar sini, karena kayunya basah, tak bisa dibakar. Kau tahu deadhead? Pergilah kesana, disana ada setumpuk kayu kering di gubuk" oh Frypan, kau seperti raja sekarang. Aku mengangguk malas.
★★★
Tempat ini mengerikan juga. Banyak tulang manusia berserakan. Ada juga kayu yang tertancap mirip batu nisan bertuliskan nama "George" . Apa mereka mengakhiri hidupnya disini? Pantas saja disebut deadhead.
Hampir 5 menit aku mencari gubuk yang dimaksud Frypan. Aku semakin dalam masuk ke hutan. Langit juga semakin menunjukkan gurat oranye. Jika ada jam, kukira sekarang pukul 5 sore.
Dibalik pohon besar didepanku, kulihat ada bangunan kayu reyot tak berpintu. Apa itu gubuk kayunya? Aku membawa diriku kearahnya. Benar ini gubuk yang dimaksud Frypan. Disini banyak kayu kering. Hampir memenuhi tempat ini. Kenapa mereka membangun tempat kayu jauh disini? Kenapa tidak di dekat dapur? Aku tak tahu apa yang ada di pikiran mereka.*suara dengkuran*
Aku terperangah, suara siapa itu? Darimana asalnya? Kudengar suara itu sekali lagi.
Dari balik tumpukan kayu?
Bagaimana cara melewatinya?
Apakah ada pintu atau jendela?
Aku keluar dari gubuk. Berjalan ke sisi lain gubuk seluas 8m persegi itu. Aku sampai di bagian belakang gubuk. Ternyata ada daun pintu. Aku membukanya. Suara deritan pintu terdengar perlahan.