"Awas!" sontak kami menunduk ketika sebuah peluru hampir mengenai kepala kami.
Kami sampai di lorong dengan pintu penghubung di ujung ruangan.
Thomas berkali-kali menggesek kartu tapi pintu tidak kunjung terbuka.
"No, come on!" pekiknya sambil terus berusaha.
"Hentikan Thomas, kau tak akan bisa membuka pintunya"
Tap
Tap
Tap
Janson dengan beberapa orang dibelakangnya yang menodongkan senjata kepada kami. Thomas segera mengambil senapan dari tangan Minho dan menodongkannya balik ke Janson.
"Buka pintunya, Janson!" Thomas mendekati Janson.
"Kubilang buka pintunya!"
"Ayo Minho!" kataku panik pada Minho yang tengah mencoba. Namun, hanya indikator merah yang muncul dengan tulisan penolakan.
"Tidak bisa!"
"Kalian tidak bisa bertahan lebih dari seminggu di daerah hangus"
"Jika elemen tidak melakukannya. Crank yang akan melakukannya"
"Aku hanya ingin yang terbaik untukmu"
"Biar kutebak, WICKED IS GOOD?"
Janson terdiam sejenak.
"Kau tidak akan bisa membukanya" desisnya
Kudengar tanda permintaan yang disetujui dari pintu. Indikator berubah menjadi hijau. Pitu terbuka. Dari luar, Aris dan Winston menunggu kami. Ya, mereka berhasil.
"Halo teman-teman"
Thomas menengok ke arah kami. Ia segera menyusul namun memberikan serangan dahulu pada Janson.
"Sial!" pekiknya saat senjata itu kehabisan peluru. Thomas membuangnya dan segera berlari keluar, menyusul kami.
"Ayo Thomas!" pekik Newt memimpin.
"Tutup pintunya!" Janson memberi perintah lewat pengendali di lengannya.
Pintu menutup perlahan. Jarak Thomas masih cukup jauh.
"Cepat Thomas!"
Pintu menyisakan celah sedikit.
Sret
Thomas meluncur ke arah celah.
Dug
Pintu akhirnya tertutup rapat. Tiba-tiba bocah bernama Aris itu memukul mesin di samping pintu. Mesinnya meledak. Janson berkali-kali mencoba membukanya namun tidak bisa.
Kulihat Minho segera mengambil tas kecil dari seorang penjaga. Sedangkan Thomas, ia memberikan jari tengahnya kearah Janson.
"Ayo pergi!" perintah Thomas.
Kami berlari menuju gerbang utama. Ruangan kendaraan cukup luas. Ditambah banyak petugas yang menluncurkan tembakan kepada kami. Hampir saja peluru itu mengenai kepalaku jika Minho tidak memegang kepalaku untuk menunduk.
"Argh" pekiknya tertahan. Aku melihatnya meringis kesakitan. Punggung tangannya tergores peluru.
"Minho" desisku penuh kekhawatiran.
"Tak apa, hanya luka kecil" katanya. Tapi aku tetap saja khawatir. Kami berhasil sampai di gerbang.
"Mana pembukanya?" Newt meraba-raba pintu super besar.