PART TIGA BELAS

447 33 0
                                    

Teddy sudah berjanji pada Lyra bahwa ia tidak akan memberitahu siapapun perihal kecelakaan yang menimpa gadis itu.

Bagi mereka berdua, ini jelas kecelakaan ringan. Tapi bagi kedua orang tua Lyra, mendapati ada sebuah luka jahit di tubuh Lyra adalah suatu bencana besar.

Lyra tidak pernah terluka. Baik secara fisik maupun psikis. Ia sangat dijaga dari segala macam penderitaan oleh kedua orang tuanya. Dan jika mereka mendapati Lyra dalam kondisi seperti ini, tentu bukan hanya khawatir yang dirasakan tetapi juga kecewa dan sedih yang amat jelas.

Teddy tau pasti hal itu.

Hal itu pulalah yang membuatnya meringis ngeri, bagaimana jika kedua orang tua Lyra mengetahui hal-hal gila apa yang sudah dilakukannya sepajang pernikahan mereka.

Teddy tidak pernah membuat Lyra bahagia. Itu jelas.

Dan gadis itu memang tidak pernah memprotesnya akan hal itu, hanya saja, orang tuanya bisa membantai Teddy dengan kenyataan tersebut.

"Kamu butuh apalagi?" Tanya Teddy penuh perhatian setelah ia mendudukan Lyra di atas kursi ruang makan.

"Nggak ada." Jawab Lyra kalem dan mulai membalik piringnya, kemudian mengisinya dengan selembar roti.

Teddy kemudian memilih kursi di ujung meja. Melakukan hal yang sama dengan Lyra.

"Bias baru akan kembali esok sore. Jadi untuk dua hari ini apapun yang kamu butuhkan, kamu bisa mengatakannya kepadaku." Jelas Teddy sembari mengolesi selai kacang di atas roti tawarnya.

"Aku baik-baik saja Teddy. Lukaku sudah mulai membaik." Jawab Lyra. "Kamu tidak perlu melakukan apapun. Seperti menggendongku, membantuku bersih-bersih, merawatku layaknya aku wanita tua renta yang tidak bisa melakukan apapun."

"Oh.. come on Lyra. Kamu tau aku tidak bermaksud memperlakukanmu seperti wanita tua renta. I treat you like a Queen, isn't it good?"

"Tidak... kalau orangnya kamu. Bersikaplah seperti biasa. Menjadi Teddy yang menyebalkan."

"You are so mean."

Lyra hanya mengendikkan bahunya tak acuh. Dan ia bersikap cuek dengan melahap sarapannya.

"Kau yakin kita tidak perlu ke Rumah Sakit? Dokter bisa memastikan lukamu oke."

"Rangga pun seorang Dokter Teddy! Bukan karena ia bekerja di daerah terpencil lantas kau meragukan kemampuannya."

"Aku tidak meragukan kemampuan Rangga. Tapi alat medis yang ada disana."

"Menurutmu ada perbedaan signifikan seperti apa antara alkohol, jarum dan benang di Rumah Sakit pedalaman dengan Rumah Sakit Ibukota? Jangan berlebihan!"

"Oke.. oke... aku tidak akan memaksamu untuk memeriksakan lukamu lagi. Santai dan habiskan sarapanmu. Beristirahatlah setelah itu, dan aku akan bekerja."

"Great! Aku merasa lebih baik tidak melihatmu." Desis Lyra pelan kepada dirinya sendiri.

Teddy sebetulnya mendengar gadis itu berkata demikian, tapi ia enggan untuk membalasnya karena mereka pasti akan bertengkar lagi.

Ia terlalu lelah untuk memulai harinya dengan pertengkaran. Jadi ia tidak butuh semua itu saat ini.

* * *

"Kau sudah lebih baik?" Suara tenang dan dalam milik Bias membuat Lyra tersentak kaget dari bacaannya, ia menoleh dan mendapati pria itu berdiri di ambang pintu dengan senyuman dan raut wajah perhatiannya yang menentramkan.

Ms.Sangaji's Wedding VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang