PART DUA PULUH SEMBILAN

411 28 4
                                    

Kau bisa menanggung perihnya patah hati sekian lama, dan sakitnya sebuah penolakan akan cinta dengan begitu kejam, tetapi kau tidak akan sanggup melihat orang yang kau cintai menanggung derita dan luka meski sekejap mata.

Itulah apa yang tengah Lyra dan Teddy rasakan saat ini.

Lyra tidak sanggup menyaksikan Bias yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, dengan berbagai macam alat medis menopang hidupnya. Sudah lima jam berlalu sejak operasinya dilakukan, dan ia masih saja terbaring koma disana.

Disaat yang bersamaan, Teddy tak sanggup melihat betapa menderita wanita yang teramat sangat dicintainya itu. Duduk bersimbah air mata, di sisi ranjang tempat suaminya terbaring tak bergerak.

Tidak ada yang bersuara diantara mereka.

Sedang anggota keluarga yang lain menunggu harap-harap cemas di luar sana. Lyra dan Bu Dijah berada di dalam ruangan, menanti Bias untuk siuman.

"Mate.." Auriga menepuk bahu Teddy perlahan. Membuat pemuda yang sedang memperhatikan dari kaca kecil di pintu masuk ruang rawat itu menoleh kepadanya.

"Aku dan Orion akan ke kafetaria. Kau ikut bersama kami?" Tawar Auriga kemudian.

"Aku disini saja." Teddy menjawab. "Mungkin Lyra butuh sesuatu nanti. Aku harus menemaninya saat ini."

Auriga mengangguk dan meremas bahu Teddy. "Kau butuh kopi atau sesuatu? Akan kami bawakan untukmu."

"Tidak." Jawab Teddy dengan cepat. "Kalian saja."

"Baiklah. Segera telepon aku jika kau membutuhkan sesuatu. Teleponku dan Orion selalu aktif." Jelas Auriga sebelum ia berlalu.

Teddy mengangguk mengerti. Ia melangkah menjauh dari pintu ruang perawatan, dan memilih duduk di bangku yang tepat berada di hadapan ruangan tersebut. Untuk sesaat ia terdiam, namun detik berikutnya ia mengambil telepon genggam yang berada di saku celana sebelah kanannya.

Ia mengaktifkan telepon genggamnya, dan menekan beberapa tombol untuk menelepon seseorang. Pada dering keempat, teleponnya terjawab.

"Hallo..." suara yang terdengar anggun dan keibuan di seberang sana menjawab.

"Bunda," ujar Teddy. "Apa Cassie dan Scorpie baik-baik saja?"

"Mereka sedang tidur." Fortuna Sangaji menjelaskan. "Bagaimana keadaan disana?"

"Cukup kacau, Bun." Jelas Teddy dengan suaranya yang lemah.

Ia memang sudah bercerai dari Lyra bertahun-tahun yang lalu, statusnya berubah. Namun panggilannya kepada kedua orang tua Lyra tidak berubah sama sekali.

"Bagaimana keadaan Lyra?" Mantan Ibu Mertuanya itu bertanya.

"Dia masih tampak shock. Terduduk di sisi ranjang Bias." Jelas Teddy. "Operasinya mungkin tidak berjalan dengan baik. Aku tidak begitu mengerti. Nanti saat Saggita datang akan kutanyakan padanya."

"Kita mungkin perlu memindahkannya ke rumah sakit lain saat ini. Siapkan saja pesawat di Halim, Tedd."

"Dokter tidak menganjurkannya. Kondisi Bias masih terlalu kritis untuk dipindahkan."

Ms.Sangaji's Wedding VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang