PART TIGA PULUH TUJUH

404 25 0
                                    

Aku lagi berbaik hati nih... posting dua part lagi yaaahh 😘😙 Thank you untuk yang selalu menunggu nopel abal-abal ini. Jangan lupa tinggalkan pesan dan vote kalian yaaa...

* * *

Tepat pukul sebelas malam, Teddy mendapati dirinya yang hampir tertidur di sofa ruang keluarga tiba-tiba terbangun. Ia tersadar karena mendengar suara langkah kaki dari arah pintu depan.

Ia segera bangun dan membiasakan dirinya dengan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam indra penglihatannya.

"Lyra... kau sudah pulang?" Ujarnya lembut menyadari kehadiran gadis itu.

Wajah Lyra terlihat lelah. Namun senyuman tidak pudar dari wajahnya.

"Kau tertidur?" Tanya Lyra dan mengambil posisi duduk di sebelah Teddy.

"Iya.. aku lelah setelah seharian bermain bersama anak-anak." Jelas Teddy sembari menyandarkan tubuhnya kembali ke sofa.

"Mana Pamella?"

"Ia sudah tidur bersama Aaron. Orion dan yang lainnya kemana?"

"Mereka baru saja naik ke atas."

"Oh..."

"Kau bermimpi buruk saat tidur tadi?"

"Tidak."

"Hm... wajahmu kelihatan lelah. Kalau begitu pergilah ke kamarmu untuk tidur yang lebih layak Teddy. Aku juga akan ke atas."

"Baiklah. Selamat malam Lyra."

"Selamat malam Teddy."

Teddy tidak berbohong saat ia mengatakan kepada Lyra bahwa tadi ia tidak bermimpi. Yang sebenarnya adalah kenangan masa kecilnya dan Lyra hadir dalam tidurnya.

Apakah itu termasuk kategori mimpi?

Teddy masih ingat dengan kejadian itu. Saat itu usianya baru lima belas tahun, dan Lyra sepuluh tahun. Gadis itu terbaring tidak sadarkan diri setelah terjatuh dari pohon mangga yang berada di halaman belakang rumah keluarga Sangaji.

Teddy menanti dengan harap-harap cemas dan berdoa di dalam hatinya semoga sesuatu yang buruk tidak terjadi pada Lyra.

Sebab ini semua adalah salahnya. Ia sudah menantang Lyra untuk menaiki pohon mangga dan mengambil layangannya yang putus disana. Bagaimana mungkin anak perempuan berusia sepuluh tahun menerima tantangan seperti itu seolah harga dirinya tengah di pertaruhkan?

Tetapi Lyra adalah seorang Sangaji sejati. Ia tidak akan pernah kalah dari Teddy Regar, ataupun mengalah untuk pria itu.

"Lyra? Kau butuh sesuatu? Katakan padaku... akan kuambilkan untukmu."

Kedua mata hitam Lyra menatap bingung pada Teddy. Ia tampak kurang yakin, namun akhirnya berujar

"Teddy! Kau kalah taruhan!" Serunya pelan masih dengan kepala yang terasa pusing. "Sesuai perjanjian, kau harus mengabulkan semua keinginanku. Sekarang dan selamanya!"

"Berisik!!"

"Kau sudah berjanji Teddy."

"Ya.. ya.. ya.. aku berjanji!"

"Yes!!! Jadi tepati janjimu!"

"Berisik!!"

Teddy tersenyum kecil saat ia mengingat senyum kemenangan di wajah Lyra kala itu.

Lyra yang tidak pernah mudah di pahaminya, Lyra yang tidak pernah gampang untuk mengalah, Lyra yang selalu meminta ini dan itu kepadanya tanpa perduli ia bisa ataupun tidak mengabulkannya.

Ms.Sangaji's Wedding VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang