PART TIGA PULUH ENAM

405 32 10
                                    

Lyra tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

Semua ini seolah begitu tiba-tiba baginya. Menghantam ia dengan telak tepat di relung hatinya, dan menyisakan lubang besar di dalam sana.

Ia belum sepenuhnya bisa mencerna penjelasan Pamella, tetapi sedikit banyak, ia tahu bahwa selama ini ia telah salah menilai Teddy.

Teddy memang brengsek. Laki-laki itu memang "pernah" masuk dalam kategori "Penghancur Hati Wanita nomor satu" yang tidak bertanggung jawab, tetapi dari apa yang Lyra dengar barusan, Teddy telah cukup banyak berubah.

Pamella bahkan berani menjadi taruhanya, jika sejak menikah dengan Lyra ; Teddy tidak pernah lagi berhubungan dengan sembarang perempuan.

Teddy tidak pernah menyelingkuhinya.

"Benarkah?" Lyra bergumam pelan.

Ia berbarimg nyalang di atas kasurnya dan memandang langit-langit kamar berhias gipsum tersebut.

Ada sedikit penyesalan di dalam hatinya.

Mengapa dulu ia cepat sekali mengambil kesimpulan?

Tetapi perasaan lain dan akal sehatnya mengatakan sebaliknya.

Jika dulu ia tidak berpisah dari Teddy, tidak mungkin cintanya yang terpendam begitu lama pada Bias akan tersampaikan.

Sesuatu terjadi dengan maksud dan tujuan tertentu. Dan mungkin inilah apa yang Tuhan takdirkan bagiku, Teddy dan Bias.

Aku tidak ingin menyesal.

Aku tidak boleh menyesal.

Apapun yang terjadi aku pernah bahagia bersama Teddy, dan aku selalu mencintai Kak Bias sepenuh hatiku.

Aku tidak akan menyesali atau merasa bersalah karena ini semua.

Tidak.

* * *

"Bunda aku ingin es krim!!!" Seru Cassie sembari menunjuk restoran Es Krim yang baru saja di lewatinya bersama Sang Ibu tersebut.

"Tidak sekarang Cassie.." tegur Lyra lembut. "Kau hanya boleh makan es krim dua kali seminggu. Kau sudah menghabiskan jatahmu untuk minggu ini hanya dalam dua hari sejak kedatanganmu ke Orlando."

"Tapi aku ingin, Bunda."

"Tidak sayang. Kau harus disiplin dan memegang teguh prinsipmu. Kau tau peraturannya."

Saggita yang sedang menemani Lyra dan anak-anak mereka berbelanja tersenyum melihat sikap Lyra.

"The Sangaji always have rules." Ujarnya menggoda Lyra. "Kalian tidak bisa sedikit saja memberi kelonggaran pada para Sangaji kecil ini?"

"Mereka harus dididik disiplin sejak kecil, Kak. Itu baik untuk mereka di masa depan."

Saggita mengangguk. "Ya, kau benar. Kedisiplinan itu baik."

Lyra dan Saggita kemudian berjalan lagi menyusuri kota Orlando.

Mereka sudah berada di kota ini selama empat hari. Di hari pertama semua orang mempergunakannya untuk istirahat total, di hari kedua dan ketiga, Teddy mengajak mereka semua berjalan-jalan.

Di hari ke empat, Lyra dan Saggita bersama anak-anak mereka pergi berbelanja. Sedangkan Teddy menemani Pamella dan Aaron, kemudian Orion menjelajah Orlando bersama Auriga.

"Kak?" Lyra terdengar serius. "Aku ingin berbicara beberapa hal denganmu, Kak Orion dan Kak Auriga."

"Sure.. kita bisa mengobrol nanti malam saat anak-anak sudah terlelap."

Ms.Sangaji's Wedding VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang