PART DUA PULUH TUJUH

397 26 0
                                    

Teddy sudah melarikan dirinya seumur hidup dari segala masalah yang harus di hadapinya. Ia tidak pernah berani mengakui bahwa di dalam dirinya, ia sangatlah pengecut dan rendah diri.

Setelah semua yang dikatakan Maminya dua hari yang lalu, ia sudah yakin bahwa ia tidak akan melarikan diri lagi.

Apapun yang terjadi, ia harus mengatakan yang sejujurnya. Ia harus menyampaikan apa yang harus disampaikannya sejak dulu.

"Lyra Sangaji." Ujar Teddy penuh keceriaan sembari melangkah memasuki ruang keluarga rumah Lyra dan Bias yang telah disulap penuh dengan dekorasi pesta bertema Mario Bross.

"Kau sudah datang." Lyra menyambut Teddy dengan antusias.

"Selamat atas kehadiran anak lelakimu." Teddy merentangkan tangannya dan memeluk Lyra dengan hangat. Ia tidak ingin melepaskan pelukan ini, ia bahkan rela terjun ke dasar neraka hanya untuk diberikan kesempatan lebih lama memeluk Lyra dalam dekapannya.

"Om Teddy bawa apa untuk Scorpie?" Tanya Lyra menirukan suara anak kecil.

"Baju bayi kualitas terbaik!" Teddy menjelaskan. "Kau bilang ia belum bisa mengenali wajahku atau membutuhkan mainan dan benda-benda semacamnya. Jadi aku memberikannya pakaian. Is that ok?"

"Of course! Thank you Om Teddy. You are the best Uncle ever!!"

"Bias mana?"

"Ia ada bersama para Ayah disana." Lyra menunjuk sekerumunan lelaki yang sedang mengobrol dan bercanda tawa. Teddy melangkah mendekat kepada kerumunan kecil itu, dan menyalami tangan mereka satu persatu.

"Kau baru datang, mate." Orion selalu seperti biasa, menjadi yang paling antusias dengan kehadiran Teddy.

"Iya.. dimana Draco dan juga Saggita? Aku rindu pada keponakanku yang cerdas itu." Ujar Teddy dengan nada riangnya.

"Draco sedang bermain dengan Cassie, Aura dan Al. Kau tidak mungkin berniat untuk bergabung dengan mereka kan?" Canda Auriga pada Teddy.

"Tentu saja aku lebih memilih bergabung dengan para Ayah." Teddy berkhilah cepat.

"Bias.." ia kemudian menoleh kepada Bias. "Aku ingin berbicara empat mata denganmu."

"Kau terlihat serius sekali, Teddy." Bias nampak terkejut dengan ketiba-tibaan ini.

"Aku sedikit mendapat pencerahan sekembalinya diriku dari Bali." Teddy berusaha bercanda. "May us?"

"Yeah of course. Please this way." Bias menuntun menuju halaman belakang yang kosong dan luas.

Teddy mengambil tempat yang dirasanya nyaman pada kursi outdoors tersebut.

"Hal apa yang ingin kau bicarakan Teddy?" Tanya Bias kemudian.

"Pertama, aku ingin mengucapkan terima kasih kepadamu, Bias... karena semua yang telah kau lakukan untukku seumur pertemanan kita adalah sesuatu yang luar biasa.

"Kau laki-laki yang hebat. Hal itu pulalah yang membuatku tidak akan pernah bisa menggeser posisimu di hati Lyra. Kau juga Ayah yang hebat bagi Cassie... ia mengagumimu. Mencintaimu dengan sepenuh hatinya."

"Aku tau." Bias tersenyum penuh kebanggaan.

"Aku tidak pantas mengatakan ini padamu, tapi, kuminta jagalah Lyra dan Cassie untukku. Selama ini aku bukanlah lelaki yang tepat untuk Lyra. Juga bukan Ayah yang sempurna bagi Cassie. Aku hanya ingin mengatakan, bahwa aku sangat sangat sangat berterima kasih karena kau telah menjaga dua harta paling berharga di hidupku.

"Aku mencintai Lyra, Bias. Ini keterlambatan yang benar-benar tidak bisa ditoleransi. Tetapi aku ingin sekali saja mengatakannya... aku ingin menjadi jujur.

Ms.Sangaji's Wedding VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang