PART TIGA PULUH TIGA

378 29 2
                                    

"Daddy..." Cassie memanggil.

Teddy yang sedang menyiapkan susu untuk Cassie di balik meja pantry menoleh kepada sumber suara.

"Yes, honey?"

"Aku rindu dengan Ayah... apa kita bisa ke tempat Ayah?"

"Tentu saja. Kau ingin pergi kapan?"

"Bagaimana kalau sekarang?"

Teddy melihat sekilas pada jam tangannya yang menunjukan pukul tiga sore. Bukan ide yang buruk untuk berjiarah.

"Let me ask your mother, first..  mungkin Bunda ingin ikut bersama kita."

"Oke, Dad."

Teddy lalu mendekat kepada Cassie dan menyerahkan segelas susu pada gadis itu. "Ingat, minum sambil duduk."

Cassie menuruti perintah Ayahnya. Ia berjalan ke ruang keluarga dengan perlahan sembari membawa serta gelas susunya. Sementara Teddy menuju ke kamar Scorpious di lantai dua, tempat dimana Lyra sedang meninabobokan bayi mungil itu.

Teddy mengetuk pintu kamar Scorpie dua kali untuk menunggu jawaban wanita itu. Setelah Lyra mempersilahkannya masuk, Teddy hanya melongokan setengah badannya dari pintu kamar Scorpie.

"Aku dan Cassie akan berjiarah ke makam Bias. Kau ingin ikut?"

Lyra tersenyum. "Aku ingin ikut."

"Kau serius?" Teddy nampak cukup khawatir.

Biasanya Lyra tidak pernah mau diajak ke makam Bias. Pertama dan terakhir kali ia ia kesana adalah di hari pemakaman pria itu. Dan setelah hampir delapan bulan seperti ini, ia tidak pernah sekalipun kesana lagi.

"Aku ingin ikut Teddy." Ia meyakinkan. "Aku tidak bisa selamanya lari dari permasalahanku. Aku harus menghadapinya. Dan sesakit apapun kehilangan ini, aku akan menghadapinya."

"Hm.. Baiklah. Bersiaplah.. aku dan Cassie menunggumu di bawah. Kita akan membawa Scorpie?"

"Tidak. Ia baru saja tertidur, aku akan menitipkan Scorpie pada baby sitternya."

"Baiklah. Kami menunggumu di bawah."

Lyra mengangguk, dan Teddy menghilang di balik pintu kamar.

"Bunda.... kenapa setiap orang baik meninggal terlebih dahulu?" Cassie berdiri menggenggam tangan Lyra disamping pusara Bias.

Gadis itu bertanya dengan polos, dan tatapan matanya penuh keingintahuan.

"Jika kau berada di taman dengan begitu banyak bunga, bunga manakah yang akan lebih dahulu kau petik Cassie?" Tanya Lyra kepada si kecil.

"Tentu saja yang menurutku yang paling indah." Cassie menjawab antusias.

"Dan Tuhan memilih yang paling indah untuk berada disisinya lebih cepat. Dan Ayah adalah salah satu yang paling indah sehingga ia lebih dulu meninggalkan kita."

"Apa Ayah bahagia disana?"

"Tentu saja.. Ayah pasti sedang tersenyum pada kita saat ini." Dada Lyra terasa sesak saat mengatakan itu. Tetapi kemudian ia mengerti, bahwa memang itulah kenyataannya. Bias pasti akan lebih bahagia jika ia dan anak-anak mereka berbahagia.

"Bunda menyayangi Ayah kan? Aku sayang pada Ayah."

"Ya,nak... Bunda menyayanginya, sama sepertimu Cassie."

Ms.Sangaji's Wedding VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang