PART SEBELAS

436 37 2
                                    

"Kamu yakin airnya nggak dingin?" Bias berseru dari kejauhan. Melihat Shafana yang berjalan menuju bibir pantai untuk berenang.

"Coba saja sendiri." Jawab gadis itu dengan suara penuh teka-teki.

"Tidak. Aku takut dingin, Shafa."

"Tidak akan tau sampai kamu mencobanya, Kak. Ayo...!!" Shafana mengulurkan tangannya dan memanggil-manggil Bias.

Bias awalnya enggan, namun ia akhirnya mengalah dan berjalan mendekat pada Shafana di bibir pantai.

"Yuk?" Tanya Shafana meyakinkan.

"Dalam hitungan ketiga."

"Satu..." Shafana mulai menghitung. "Dua.... Tiga!!!"

Bias berlari ke arah pantai dengan sekuat tenaga lalu merendam dirinya di dalam air. Sedang Shafana tidak bergerak sama sekali dari tempatnya. Gadis itu hanya tertawa-tawa karena sudah mengerjai Bias.

"Kamu curang!!" Seru Bias dari dalam air.

"Gimana, Kak? Dingin nggak?"

"Sini coba sendiri biar tau!"

Shafana tertawa, tapi ia melangkahkan kakinya dengan mantap menuju air laut. Dan mulai merendam dirinya sendiri.

"Nggak dingin." Ujarnya bersemangat.

"Iya kan?"

"Malah kalau malam airnya jadi hangat."

"Iya, Shafa. Bener."

Shafa kemudian berenang lebih dalam dan bermain air sesuka hatinya. Bias memperhatikan dengan seksama.

Dan ia tersenyum kecil.

Mudah memang untuk menyukai Shafa dengan segala sikap dan tingkah lakunya yang menyenangkan. Tapi Bias tidak bisa menutupi kenyataan bahwa sebenarnya ia hanya mencari sosok Lyra di dalam diri gadis itu.

Gaya berbicaranya yang blak-blakan, sama persis dengan Lyra. Ketenangannya, juga serupa. Meskipun Lyra jauh lebih dingin dan nampak angkuh, tapi kepribadian mereka sedikit banyak cukup mirip di mata Bias.

Ia tidak mungkin memaksakan hatinya lebih jauh dari ini. Ia tidak bisa berbohong.

Shafa berhak mendapatkan orang yang lebih baik, yang menyayangi dan mencintainya dengan tulus. Bukan laki-laki yang menjadikannya pelarian seperti apa yang Bias lakukan saat ini.

"Kak Bias..." panggil Shafa sembari berenang mendekat kearah Bias. "Besok Kakak dan seluruh anggota keluarga diundang makan siang sama Bapak. Gimana Kak?"

"Semua?"

"Iya.. Mbak Lyra juga diajak sama Bapak, Kak."

"Boleh. Kami akan datang."

"Bener ya Kak? Aku tunggu. Besok Ba'da Sholat Dzuhur."

"Iya.."

"Oke deh Kak."

* * *

Pak Baharuddin, kepala Desa sekaligus Ayah dari Shafa adalah pria bertubuh gendut dengan badan pendek. Kumis lebatnya memberi ciri khas khusus.

Jika diperhatikan dengan seksama, ia nampak seperti Mario Bros dengan seragam aparatur negara.

Ibu Yanti malah kebalikannya. Kecantikannya memang bukan bak Dewi dari khayangan. Tapi wajah dan tubuhnya jelas bukan dalam kategori jelek atau biasa saja.

Sekarang Lyra tau darimana Shafa mendapatkan kecantikan ragawinya. Ia beruntung mewarisi paras dan tubuh tinggi semampai milik Ibunya.

"Silahkan masuk." Ujar Pak Burhanuddin dengan suaranya yang kecil (berbanding terbalik dengan tubuhnya yang tambur) penuh keramahan.

Ms.Sangaji's Wedding VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang