PART DUA PULUH TIGA

430 33 3
                                    

My life seem like a sad story...

Teddy memandang pada riak-riak awan yang berlalu dari kaca pesawat terbangnya. Pikirannya berkelana jauh dan hatinya terasa pilu.

Ia baru lima hari meninggalkan Cassie.. tapi ia sudah merasakan rindu yang teramat sangat pada bayi mungil itu.

Ia rindu pada jari jemari Cassie yang kecil mungil namun lentik, menggenggam erat jari telunjuknya. Ia rindu sikap mengulet bayi itu saat berada dalam gendongannya. Ia rindu raungan dan tangisan Cassie ketika ia lapar, atau ketika popoknya perlu diganti.

Teddy merindukan Cassie lebih dari apapun juga. Ia tidak ingin berjauhan dengan Putri kecilnya, bertemu lima jam sehari saja tidaklah cukup.

Ia ingin lebih. Lebih lama, lebih banyak menghabiskan waktu bersama.

Setibanya nanti di Jakarta, ia akan segera menuju rumah lamanya dengan Lyra yang saat ini sedang ditempati hanya oleh Lyra.

Ia akan bertemu Cassie dan menggendongnya kemudian menciumi wajahnya disana. Mengobati rasa rindunya kepada putri kecilnya itu, sekaligus juga kepada Lyra yang sudah lima hari ini tak ditemuinya.

My baby Princess Cassiopeia Regar... Daddy loves you so much. I'll be right there very soon.

I'll see you and your mom.

* * *

"Sejak kapan kau mencintaiku?" Lyra sedang duduk di atas hanging chair yang menghadap ke kolam renang sembari mendekap Cassie dengan kedua tangannya. Sedangkan Bias duduk di atas sun lounger balas menatapnya dari kejauhan.

"Aku tidak tau kapan tepatnya, mungkin sebelum kematian Ayahku atau sesudahnya." Jawab Bias dengan senyuman di wajahnya. "Kalau kamu?"

"Hm... mungkin saat usiaku tujuh belas. Melihat ketampananmu yang memabukkan." Lyra tertawa dan mengedipkan sebelah matanya. "Apa yang membuatmu mencintaiku?"

"Kepribadianmu yang unik. Kau sangat susah di tebak, terlihat angkuh dan arogan. Namun sebetulnya memiliki hati yang begitu lembut. Dan apa yang membuatmu mencintaiku?"

"Kau satu-satunya pria yang membuatku merasa bisa menjadi diriku sendiri, namun juga selalu merasa istimewa setiap waktu."

"Apa kau benar-benar bersedia menikah denganku? Aku mungkin harus memulai semuanya dari awal. Memulai firma hukumku dari nol, juga beberapa investasi dari bawah."

"Aku tidak masalah. Apakah kau tidak keberatan jika kelak kau tidak akan memiliki anak denganku? Aku mungkin akan mandul."

Bias tersenyum. "Tanpamu hidupku terasa menyedihkan, aku tidak mungkin lebih bahagia dari hidupku saat ini Lyra. Meskipun aku tidak akan mendapatkan keturunan darimu, aku akan tetap bertahan disisimu. Tidak ada yang lebih membuatku bahagia selain keberadaanmu."

Lyra tersenyum. Air mata menggenangi pelupuk matanya. "Mengapa kau memendam perasaanmu begitu lama Kak? Tidakkah kau berniat mengumpulkan segenap keberanianmu untuk mengatakan padaku tentang isi hatimu selama ini?"

Bias mendekat untuk menghapus air mata Lyra. "Kau yang begitu kejam Lyra. Mengapa sangat susah bagimu untuk memberikan pertanda padaku bahwa kau juga mencintaiku. Aku tidak pantas untukmu, bagaimana mungkin aku bisa begitu lancang menyatakan isi hatiku."

"Kita dua orang tolol yang memutuskan segalanya sendiri. Kalau saja kau lebih berani, dan aku lebih jujur, maka semua tidak akan seburuk ini."

"Jangan menyesali keadaan Lyra. Tidak semuanya buruk... Cassie adalah salah satu bukti bahwa Tuhan begitu baik padamu. Meskipun pernikahanmu dan Teddy bukan dilandasi cinta tapi Cassie adalah bukti bahwa kalian pernah bersama. Bayi yang begitu suci dan berharga."

Ms.Sangaji's Wedding VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang