PART DELAPAN

451 33 0
                                    

"Kamu sedang tidak bercanda kan Lyra?" Bias memutar matanya tidak percaya. Merasa terkejut sekaligus bimbang dengan keputusan wanita itu.

"Kakak akan ambil cuti kan?"

"Ya.. dan itu seminggu penuh."

"Aku ingin ikut."

"Lyra, aku bukan tidak mengizinkanmu untuk ikut bersamaku... tapi kau wanita bersuami. Sudah kau tanyakan pada Teddy mengenai hal ini?"

"Ia tidak akan perduli."

"Masalahnya kau akan pergi ke kampung halamanku. Ini perjalanan yang jauh Lyra. Kau pasti tidak akan menyukainya."

"Aku lebih tidak menyukai berada disini tanpamu. Teddy akan sangat menyebalkan."

"Lyra, ia suamimu. Kau memang sudah seharusnya berada disisinya. Jangan bertingkah kekanak-kanakan. Kalau kau merasa bosan, ajaklah Khandra ke luar negeri untuk Shopping. Atau menginaplah di tempat Saggita untuk melihat perkembangan calon keponakanmu."

"Aku sedang tidak ingin bersama keluargaku."

"Lalu kau ngotot ingin bersama keluarga orang lain?"

Lyra menampilkan cengiran dan rasa bersalah di wajahnya. Ia jarang sekali memamerkan ekspresinya yang satu ini.

Bias merasa gemas di dalam hatinya melihat ekspresi wanita itu. Dengan sekuat tenaga ia menahannya.

"Aku sudah lama sekali tidak bertemu dengan Ibu Dijah, Kak. Ibumu.. aku ingin menengoknya sesekali."

"Baiklah. Asal kau mendapat izin dari suamimu. Jadi mintalah izin padanya, dan kau boleh ikut bersamaku pulang kampung."

"Serius??? Yeeesss!!"

* * *

"Pergi saja." Ujar Teddy santai tanpa mengangkat wajahnya dari berkas-berkas pekerjaannya.

"Kau yakin? Aku akan pergi seminggu."

"Ya. Pergi saja." Ujar pria itu dengan sikap dinginnya yang menjadi hobi barunya pasca kejadian mereka tempo hari.

"Baiklah. Kalau begitu aku akan mempersiapkan kepergianku." Lyra memutar tubuhnya berlalu dari ruang kerja Teddy.

Teddy meletakkan berkasnya di meja, dan memandang kepergian Lyra dalam diam. Ia lalu menghela nafasnya dengan berat, tersenyum miris pada kehidupannya saat ini.

Lyra mempertanyakan perasaanku.... cinta?

Ia tidak yakin punya perasaan seperti itu selama dua puluh delapan tahun hidupnya. Tapi jika ia memikirkannya kembali, tentu ini sangat aneh. Seseorang seperti dirinya menyetujui sebuah pernikahan saja sudah jelas sebuah keanehan. Dan sekarang ia memikirkan pertanyaan sepele Lyra padanya.

Ini jelas benar-benar suatu keanehan!!!

Teddy belum pernah benar-benar jatuh cinta sebelumnya. Mendeskripsikan cinta saja ia tidak mampu, apalagi memahami perasaan itu dengan baik.

Jika cinta tentang interaksi dan intensitas pertemuan, maka hubungannya dengan Pamella adalah sebuah cinta.

Tapi jika itu tentang rasa ingin memiliki dan tidak mau kehilangan, jelas Pamella bukan orang yang ia cintai. Sejauh ini Pamella bebas untuk menjalin hubungan dengan siapapun, yang mereka lakukan hanyalah mengisi kekosongan bersama.

Ms.Sangaji's Wedding VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang