Tentang Ara

80 6 2
                                    

Alkisah ada bunga yang selalu iri dengan teman-temannya. Ia selalu sedih ketika teman-temannya bisa tumbuh dan menjadi bunga yang cantik.

Ia selalu berusaha agar bisa seperti yang lain namun selalu gagal. Ia tak pernah berbunga. Akhirnya ia memutuskan hidup di dunia yang berbeda, dunia air. Di sana ia bertemu dengan dengan seekor katak.

Bunga itu menceritakan segala permasalahannya. Dengan bijak sang katak menasehati dan memberi semangat kepada sang bunga.

Sang bunga pun akhirnya menjadi lebih semangat agar bisa tumbuh. Karena kegigihannya akhirnya sang bunga dapat tumbuh dan mekar.

Lalu sang katak memberinya nama teratai. Bunga yang dapat tumbuh indah di dunianya sendiri.

Ara tersenyum ketika mengingat dongeng itu. Dongeng yang selalu dibawakan oleh ibunya dulu.

Berharap hidupnya kelak bisa seperti bunga teratai.
"Maaf Ra ganggu imajinasi lo." Tiba-tiba Alya teman abadi Ara datang mengganggu lamunannya. Ara berdecak pelan.

"Kenapa?" Tanyanya. Alya tampak berfikir sejenak. Ingin berbicara tapi takut salah.

"Lo udah liat mading?"

"Belum."

"Ih kok belum sih. Sana gih liat."

"Ada apa sih Al? Gaje deh."

"Pokoknya lo harus liat."

"Ya udah, ayo temenin."

Mereka beranjak dari taman menuju mading yang letaknya agak jauh. Di dekat ruang kelas XI IPS 1. Ara membelalakkan matanya ketika membaca tulisan disana.

Mimpi

Aku merasa sendiri
Kala perbedaan hinggap di diri
Ketika kesedihan meratap di hati
Tangis pun pecah tak mampu berhenti

Aku merasa tak mampu
Menjadi apa yang ku mau
Inginku dikalahkan oleh rasa malu
Egoku menguasai kalbu
Adakah yang mampu menolongku?

Aku ingin berlari
Pergi mencari jati diri
Namun takut selalu menghantui
Banyak dinding yang membatasi

Ara Milas

Hai semua.....
Poetry series balik lagi nih. Bulan ini bakal diisi sama teman kita dari kelas XI IPA 1. Dia adalah Zahra Hadara Milas. Puisi di atas adalah puisi pertama edisi poetry series ya guys. Nantikan puisi selanjutnya. Selamat menikmati.

Itulah yang tertulis di mading. Yang membuat Ara malu, bingung, dan marah. Ia tak pernah merasa mengikuti acara ini. Tapi kenapa bisa ada namanya di sana. Ia harus mencari tahu. Dengan sebal ia menarik tangan Alya meninggalkan mading.

"Mau kemana Ra? Kelas kita bukan ke sana?" Alya bingung. Karena Ara tidak berjalan menuju kelasnya.

"Ruang OSIS." Jawabnya singkat.

"Emang lo berani ngomong sama anak OSIS?"

"Enggak."

"Terus ngapain lo kesana?"

"Mau mastiin sesuatu."

"Kalo nggak berani nanya ngapain mastiin?"

"Gunanya lo buat apaan dah?" Alya berdiri di depan Ara membelakangi pintu ruang OSIS.

"Ra lo serius?"

"Lo nggak mau bantuin?"

"Ck!! Oke. Tunggu sini."

"Ya iyalah masak mau ikut masuk."

"Sabar Al sabar. Untung lo temen abadi gue Ra."

Tak lama Alya keluar dari ruang OSIS. Ia menggandeng Ara tanpa berkata apapun. Baru sampai di kelas ia berkata.

"Lo mesti ketemu Aksa!"

Aksara Dalam AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang