Sejak kecil aku sudah kehilangan
Akan sosok ayah yang kudambakan
Yang melindungiku dari segala siksaan
Hingga ibu dengan cepat meninggalkan
Menyusul ayah di keabadian
Lalu kini aku kembali merasakan
Kesakitan akan kehilangan, untuk kesekianAra merebahkan diri di ranjang kesayangannya. Rasanya lelah berkali lipat saat ini. Apalagi setelah ia melihat Alya yang meninggalkannya demi Asa.
Ada perasaan aneh dalam dadanya. Semacam perasaan tidak suka karena Ara merasa Asa telah merebut Alya darinya. Katakanlah itu perasaan konyol. Tapi memang itu keadaanya.
Drrtt drttt
Getaran ponsel mengalihkan pikiran Ara. Dengan gontai dia mengambil ponselnya. Melihat nama yang tertera membuat ia menarik kedua sudut bibirnya.
“Halo.”
“Halo pacar, lagi ngapain?”
“Ih geli gue, lagi tiduran aja nih. Ada apa?”
“Nggak kenapa-kenapa. Tiba-tiba hati gue merasa aneh aja.”
“Aneh kenapa?”
“Semacam perasaan pengen ketemu gitu sama pacar.”
“Aksa ih, geli deh geli.”
“Serius,gue udah di depan pintu kamar lo.”
Ara lantas berdiri dan berlari membuka pintu. Tapi ia hanya mampu kecewa karena nyatanya tak ada seorangpun di sana. “Aksa ngeselin! Tukang bikin baper! Tukang tipu!”
“Siapa yang tukang tipu?”
Tubuh Ara menegang. Suara itu bukan hanya berasal dari ponselnya. Tetapi juga berasal dari belakang tubuhnya. Ia lantas menoleh. Seketika wajahnya memerah, menahan malu yang menjalar di tubuhnya.
“Kenapa malah bengong?”
“Kaget,” jawabnya polos.
“Kamu ada tugas sekolah?” Eh kok pake aku-kamuan sih.
“Enggak ada kok. Kenapa?”
“Kalau enggak kamu mau diajak jalan sama pacar kamu.”
Ara mengangguk antusias. Ada binar berbeda di matanya. Lantas ia bersiap sementara Aksa tetap menunggu di luar.
Mobil Aksa membelah jalanan yang saat ini cukup lengang. Tak ada percakapan diantara Aksa dan Ara. Keduanya tengah larut dalam pikiran masing-masing.
Hingga mereka tiba di sebuah taman. Mereka turun lantas berjalan menyusuri taman. Tak ada yang unik dari taman ini. Karena memang taman ini sama seperti taman-taman pada umumnya.
“Mau naik perahu ke tengah danau itu?” tawar Aksa sembari menunjuk danau yang ada tak jauh dari mereka.
“Tapi nggak bisa berenang. Entar kalau kenapa-kenapa gimana?”
“Tenang aja ada Aksa kok yang bakal jagain Ara.”
“Mau nolak juga nggak bisa kayaknya ini.”
Aksa terkekeh, mengacak rambut Ara saking gemasnya. Ara hanya mampu pasrah melihat apa yang dilakukan Aksa padanya. Aksa mendayung perahu yang mereka tumpangi dengan hati-hati. Mengerti Ara yang saat ini pasti tegah menahan rasa takutnya mengingat ia tidak dapat berenang.
“Kamu lihat sekeliling kamu?”
Ara lantas melihat sekelilingnya. Disitu tampak bungat teratai yang tumbuh. Tidak banyak tetapi bunga-bunga itu tampak terawat. Ara tersenyum, ia jadi teringat akan dongeng ibunya. Ara terdiam cukup lama. Melamun. Ia ingat akan dua sosok penting dalam hidupnya. Pertama ibunya yang selalu menjadi inspirasi dan semangatnya. Yang kedua, Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Dalam Asa
General FictionTentang Ara dalam diamnya. Tentang Asa dengan segala keceriaannya. Dan tentang Aksa diantara keduanya. Tentang 3 orang berbeda pribadi yang berada dalam satu rasa. Apa yang akan terjadi pada mereka? Mari kita simak sama sama kisahnya.