Insiden

27 4 0
                                    

Lagu Indonesia Raya menggema di lapangan SMA Bhakti Mulia Surakarta. Para siswa berbaris rapi di sana. Ada yang tenang, namun tak sedikit yang berisik.

Tak lama suara kepala sekolah mengudara menambah kebosanan sebagian siswa. Peluh membanjiri kening para siswa karena udara Senin pagi yang cukup panas.

Setelah 1 jam berlalu kegiatan itu berlalu. Para siswa berhamburan memasuki kelas masing-masing. Tapi ada pula yang mampir dulu ke kantin guna melepas dahaga. Seperti Mega dan Asa yang baru saja keluar dari kantin membawa es teh.

"Lo duluan deh ga, gue ada perlu bentar." kata Asa.

"Kemana? Jangan lama-lama lo harus istirahat."

"Jangan kayak papa deh ga."

Mega hanya menghendikkan bahu. Menatap kepergian Asa dengan perasaan tidak enak.

Mudah-mudahan yang gue takutin nggak terjadi.

Asa berjalan santai menuju kelas 11 IPS 1. Toh para guru juga masih rapat koordinasi. Jadi ia masih punya cukup waktu untuk bertemu Aksa.

Dari ambang pintu ia dapat langsung mengenali Aksa. Sosok yang baru dikenalnya beberapa hari yang lalu. Orang yang supel dan asyik untuk diajak ngobrol. Ia tampak sedang bercengkrama dengan temannya. Dengan percaya diri Asa masuk ke kelas itu.

"Suit suit!!!"

"Mas di sini mbak manis reneo (kemari)."

"Lihat sini dong manis."
Terdengar berbagai godaan dari teman-teman Aksa untuk Asa. Hal itu sering Asa terima, mengingat popularitasnya di sekolah. Asa hanya acuh tak acuh menanggapinya. Ia langsung menghampiri Aksa.

"Jalan-jalan di Slamet Riyadi
Ketemu Ani sama si Siti
Adem bener ini hati
Ada gadis manis menghampiri." Celetuk Dayat. Namun tidak dihiraukan Asa.

"Aksa gue mau ngomong." Katanya setengah berbisik.

Aksa hanya melirik lantas mengangguk. "Ngomong apa?"

"Gue mau minta maaf kemaren nggak jadi jalan bareng lo. Gue lupa serius."

"Iya nggak masalah."

"Sebagai gantinya nanti kita nonton deh."

"Eya!!!!!!" Seluruh siswa kompak berseru.

"Oke! Sudah balik kelas sana. Jangan lama-lama disini. Kesenengan temen-temen gue."

Asa hanya tersenyum lalu pergi. Namun baru 3 langkah Aksa menyusulnya.

"Gue anterin."

"Eya!!!?" Mereka kembali bersorak. Seolah ini adalah pertunjukan teater gratis. Mereka tak menyangka teman mereka bisa kenal bahkan berencana kencan dengan Asa. Salah satu siswa populer di sekolah. Sedangkan Aksa pergi berlalu tanpa mengindahkan sorakan teman-temannya.

Mau tahu bagamana perasaan Aksa saat ini? Jawabannya campur aduk. Antara senang dan kecewa. Mereka berjalan dalam diam. Hingga Asa berbicara memecah keheningan.

"Aksa gue bener-bener minta maaf. Kemaren lupa kalau ada janji sama lo. Acara gue sama Mega nggak gue batalin." jelasnya.

"Jadwal?"

"Iya jadwal, jadi gue ada jadwal tiap minggu buat liburan. Biasanya sama orang tua kalau enggak sama Mega. Please maafin gue." katanya sambil menangkupkan kedua tangannya.

"Gantinya kita nonton sore ini kan?"

Asa mengangguk sambil tersenyum sumringah. "Jam 4 kita ketemu di grandmall."

Seseorang tolong Aska sekarang. Ingin rasanya ia membungkus senyum itu saat ini. Senyum manis dari seseorangbyang ia kagumi sejak dulu. Setelah mengantar Asa, Aksa kembali ke kelasnya.

Asa masuk ke kelas dengan perasaan lega. Rasa bersalahnya karena lupa akan janjinya dengan Aksa akan terbayar. Namun selain lega ia juga merasa aneh. Kepalanya tiba-tiba pusing. Ia dapat melihat Mega yang sedang duduk di kursinya. Namun lama kelamaan pandangannya mengabur.

"Asa!!!!!!" seru Mega.

Semua terasa petang bagi Asa. Samar ia dapat mendengar derap kaki di sekitarnya. Ia dapat merasakan ada tangan yang menggoyang goyangkan pipinya. Ia juga mendengar Mega menangis sambil memanggil namanya. Namun semua tak bertahan lama. Tergantikan senyap dan gelap bagi Asa.

***

Aksa berjalan menuju kelas dengan perasaan bahagia. Ia memang kesal awalnya pada Asa karena membatalkan janjinya.

"Asa kita jadi kan jalan?"

"Aduh!! Aksa gue nggak bisa deh kayaknya. Gue lagi di Ungaran."

"Okelah!"

Ia teringat percakapannya kemarin dengan Asa. Bagaimana Asa dengan mudahnya berkata demikian. Namun rasa kesalnya akan terbayarkan sore ini bukan? Ia akan pergi dengan Asa. Dengan senyum mengembang ia masuk ke dalam kelas.

"Cie pangeran lagi bahagia disamperin gebetan." goda Dayat.

"Bisa aja lo. Lagi senang nih. Ntar gue traktir bakso deh yat."

"Mantab!!! Sering-sering deh kayak gini." Mereka tertawa hingga seorang siswa berlari menghampiri mereka. "Sorry lo yang namanya Aksa?" tunjuknya pada Dayat.

"Gue yang namanya Aksa, kenapa?"

"Asa pingsan."

Mendengar itu Aksa langsung pergi ke UKS. Rasa khawatir menyelimuti hatinya. Ada apa dengan Asa? Bukankah beberapa menit yang lalu ia baik-baik saja? Mengapa tiba-tiba ia pingsan? Rentetan pertanyaan itu menghiasi benak Aksa.

***

Derap langkah itu
Mengisi telingaku
Goncangan ditubuhku
Semakin melemahkanku
Suara tangis itu
Menambah kebingunganku
Gelap menghalangi pandanganku
Ada apa denganku?
Mengapa semua terasa beku
Dalam senyap didiriku
Aku memanggil namamu

Suara hati Asa kayak gitu kali ya
Hahahaha makasih udah mau baca ceritaku
Follow IG ku ya PoetrySanty

Salam
Santy







Aksara Dalam AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang