Dengan langkah ringan seorang gadis tiba di sebuah panti asuhan yang telah membesarkannya. Wajahnya tampak beseri dengan rona merah di pipinya. Terdengar senandung dari mulutnya. Dengan berbinar ia masuk ke kamarnya. Namun ia sedikit kecewa karena kamar tersebut kosong.
Tumben Alya belum pulang, batinnya.
Gadis itu lalu menuju ke dapur mengambil minum dan beberapa makanan ringan. Ia mengambil ponselnya mencoba menghubungi orang yang dicarinya. Setelah menemukan kontaknya, ia kembali menimang. Ragu. Akhirnya ia menaruh lagi ponselnya. Ia mengambil laptopnya lalu jarinya dengan lincah mulai bermain di atas keyboard.
Terima kasih untuk hari ini
Untuk segala tawa yang kau beri
Untuk berbagai cerita yang kau bagi
Untuk semua nasehat yang kau miliki
Aku bahagia menyebutmu kekasih hati
Dimas Aksa Priangga sang pujaan hatiAra terkekeh sendiri menulis sebait puisi itu. Merasa itu bukan dirinya sekali. Terlalu berlebihan untuk ukuran seorang Zahra Hadara Milas.
Senyum mengembang di wajahnya. Seperti ada ribuan kupu-kupu yang beterbangan di perutnya. Ia melayang, merasakan bahagia karena memiliki Aksa.
“Ara kamu kenapa?” suara ibu panti membuyarkan lamunannya.
“Eh ibu, enggak kenapa-kenapa kok bu.”
“Baru sampai? Aksa nggak diajak mampir?” todong ibu panti.
Pipi Ara kembali memerah dan dadanya berdegup kencang mendengar nama Aksa disebut. “Enggak bu. Tadi udah ditelpon mamanya.”
“Lain kali ajak mampir ya ra.”
“Iya bu. Ehm..Alya belum pulang ya?”
“Belum. Tadi dia kasih kabar kalau dia nggak pulang.”
“Alya enggak pulang, memang dia kemana bu?”
“Di rumah sakit, katanya temannya sakit.”
Ara mengangguk. Ia mulai menerka mungkin itu alasannya mengapa tadi Alya meninggalkannya. Ibu panti lantas pergi meninggalkan Ara. Dalam hati ibu panti berharap bahwa Ara tidak akan pernah mengetahui siapa saat ini yang tengah dijenguk Alya.
***
Ruangan berukuran sedang itu di penuhi berbagai rangkaian bunga. Disana terdapat satu tempat tidur berukuran kecil, satu buah nakas, dan satu set kursi. Aroma bunga yang terhias di sana begitu harum, sampai mampu mengalajkan aroma khas dari kamar yang didominasi warna putih tersebut.
Di tempat tidur itu ada seorang gadis yang kini tengah terbaring dengan selang infus yang dipasang di tangan kirinya. Wajahnya pias, tak seperti hari-hari biasa. Sementara tak jauh dari ranjang itu, seorang gadis lainnya tengah membaca majalah.
Setidaknya majalah yang dibawakan oleh mama sahabatnya itu dapat mengusir rasa kantuknya. Sesekali ia memainkan ponselnya saat jenuh menderanya. Sudah sejak tadi siang ia berada di sini. Setelah mendapat kabar dari mama sahabatnya tadi siang, ia langsung kemari. Dan ia memutuskan untuk menginap di sini.
Sang gadis itu lalu menghampiri ranjang,”Bangun dong sa. Lo nggak bosan apa tidur kayak gini? Dirantai pula, bukan lo banget.”
“Berharap dia bisa dengerin lo al?”
Alya lantas menoleh ke sumber suara. Seorang gadis dengan tubuh yang cukup berisi datang membawa satu plastik makanan. “Lo kapan datangnya?”
“Tadi pulang sekolah langsung kemari. Huh, tahu gitu gue bareng lo aja gan.”
“Gue males nebengin lo,”kekeh megan sembari mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya.
Alya tak menggubris ucapan Megan. Tak tertarik lebih tepatnya. Ia lebih tertarik dengan apa yang dibawa Megan tadi. Jujur saja, perutnya sudah protes minta diisi sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Dalam Asa
General FictionTentang Ara dalam diamnya. Tentang Asa dengan segala keceriaannya. Dan tentang Aksa diantara keduanya. Tentang 3 orang berbeda pribadi yang berada dalam satu rasa. Apa yang akan terjadi pada mereka? Mari kita simak sama sama kisahnya.