Asa membolak-balikkan majalah di ranjang rumah sakit. Namun tak ada yang menarik baginya. Ia menghela napas, mengambil remote tv dan menyalakannya. Mungkin itu akan sedikit mengusir rasa bosannya.
Mencari channel yang menyajikan ajang pencarian bakat penyanyi pop Indonesia kesukaannya. Tapi nihil, acaranya di tunda karena ada siaran sepak bola.
Asa membanting remotenya karena jengkel. Ia lalu mengambil air minum di nakas. Meminumnya dengan sekali tengguk. Ah andai ini juz jambu.
Ia meraih apel yang tergeletak disampingnya. Bekas gigitan, pasti ini perbuatan Alya. Tapi bukannya ia taruh lagi buahnya malah ia makan.
Baginya ada rasa nikmat berbagi jika ia memakan apa yang dimakan temannya itu.
Ia menggigit bagian yang masih utuh. Rasanya manis,seperti permen rasa coklat. Lah permen rasa coklat lagi.
Tanpa sadar ia menarik bibirnya. Ia jadi merindukan Aksa. Apalagi jika ia ingat janjinya dulu kalau ia ingin jadi model untuk setiap fotonya. Janji konyol yang ingin ia penuhi.
Dua orang berpakaian serba putih memasuki kamar Asa. Mereka berjalan bersisihan. Yang satu seorang lelaki dengan stetoskop di lehernya. Yang lain membawa catatan di tangannya. Mereka tersenyum ramah.
Lelaki itu memeriksa detak jantung Asa lalu kelopak matanya. Kemudian ia tersenyum, ”kondisimu sudah stabil.”
Alya yang baru masuk mendengar penuturan sang dokter pun tersenyum. Setelah mengucapkan beberapa resep obat kepada suster, sang dokter pergi. Selepas kepergian sang dokter Alya menghampiri Asa dan memeluknya.
“Gue seneng lo udah baikan.”
Asa membalas pelukan sambil memejamkan matanya menahan napas karena pelukan Alya yang terlalu kuat.“Uhuk uhuk!!! Bisa mati nih al gue kalo lo peluknya kayak gini.”
Alya terkekeh dan melepas pelukannya, “Maaf gue kelewat senang soalnya.”
“Nggak gitu juga kali al.” Asa mengembungkan pipinya.
“Bodo, yang penting keadaan lo sa. Eh gue laper nih, gue mau makan aa…pel,” Alya mencari apel yang sudah digigitnya tadi dan menemukan apel itu sudah tak bersisa.
“Asa kok lo embat sih apel gue!” serunya geram.
“Hahaha! Nggak apa-apalah orang itu apel punya gue juga. Terserah gue lah mau makan apa enggak.”
Asa menaikkan selimut hingga separuh badannya, lalu berbaring.
“Yang penting jangan gebetan teman abadi gue lo embat.”Asa tercengang dengan ucapan Alya barusan. Ia tahu siapa yang dimaksud Alya. Teman abadinya itu Ara. Dan gebetannya pasti Aksa.
“Teman abadi lo, siapa?” tanyanya pura-pura tidak tahu.
“Zahra Hadara Milas, lo kenal kan? Dan lo tahu kan siapa gebetannya.” Ucapnya lantang. Alya sebenarnya tidak tega berkata seperti ini. Tetapi ini demi sahabatnya, Ara.
Sementara Asa tersenyum samar. Pikirannya menerawang akan Ara, dan hatinya merasa sesak dengan keadaan antara dirinya dan Aksa.
Haruskah ia mengorbankan perasaannya untuk Ara?
Tetapi ia tak dapat memungkiri bahwasanya ia memiliki perasaan kepada Aksa. Sejak kecil, saat Aksa memberikan permen rasa coklat itu kepadanya. Haruskah ia merelakannya demi Ara?Asa mulai berkaca-kaca. Ia menatap jendela kamar dengan nanar. Raut wajahnya berubah seketika dan hal itu tak luput dari pandangan Alya. Alya sudah menduga reaksi Asa.
“Al lo tahu sendiri kan gimana hubungan gue sama Aksa dari dulu.”
“Gue tahu, terus?"
“Dan lo juga tahu kan hubungan gue sama Ara itu sebagai apa?”
“Iya, penjelasannya?”
“Gini Aksa itu teman kecil gue, gue tahu dia itu.. emmm.. apa ya suka sama gue dari dulu. Tapi akhir-akhir ini dia beda al.”
“Bedanya?”
“Dia udah jarang ambil foto gue. Sekarang dia lebih sering habisin waktu sama Ara.”
“..”
“Mungkin dia udah lelah sama gue. Dia mau ninggalin gue. Dan gue mau nggak mau harus ikhlas.”
“Tapi perasaan lo sama Aksa gimana? Itu yang nggak gue ngerti dari dulu.”
“Gue biasa aja. Hehe”dustanya.
Asa menghela napas sejenak, “Dan Ara, gue sayang sama dia. Banget malah.”“Buktinya?”
“Buktinya gue pengen dia nggak malu lagi buat nunjukin karyanya. Yah meskipun caranya mesti ngambil karyanya secara diam-diam. Tapi seenggaknya orang lain tahu tentang dia. Dan gue harap kelak karyannya itu bisa diterbitin. Dia bisa jadi penulis besar, dan gue sebagai kakaknya bakal bangga sama dia.”
Mata asa berkaca-kaca ketika mengucapkan itu. Alya mengusap bahu Asa, sebagai bentuk kepeduliaanya.
“Gue pengen adik gue dihargain sama orang lain al.”
“Gue juga pengen dia dihargain sama orang lain sa.”
Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Menampakkan sosok lelaki dan wanita paruh baya. Mereka masuk dengan tenang dan raut wajah mereka begitu datar.
Asa dan Alya sama-sama menelan saliva. Saling pandang lalu kompak menunduk.
“Asa jadi kamu sudah tahu dimana adik kamu?”
Asa mengangguk tak berani menatap papanya. Tangannya sudah keringat dingin. Ia melirik Alya, kondisinya tak kalah jauh darinya.
“Dimana dia nak?” kali ini mama bersuara.
“Dia.. dia satu sekolah sama Asa ma. Teman pantinya Alya.” Jawabnya setengah berbisik.
“Orang yang waktu itu nak?”
Asa mengangguk lalu memeluk mama,”MaafinAsa nggak bilang sama kalian.”
Mama mengelus kepala Asa, lalu menoleh pada papa,”Pa kita bicarakan ini lain waktu saja. Biarkan Asa pulang dulu.”
Papa diam dan menatap tajam pada Asa,”Baiklah, Alya ikut om. Om mau bicara penting sama kamu."
Alya mendongak, tubuhnya terasa gemetar dan kakinya terasa kaku untuk melangkah. Dengan langkah berat ia menyusul om Andre. Mereka berhenti di kantin rumah sakit.
“Alya apa benar apa yang tadi om dengar? Kalau kalian sudah tahu keberadaan adik kembar Asa?”
“Iya om, dia teman panti Alya.”
“Siapa namanya?”
“Zahra Hadara Milas, biasa dipanggil Ara om.”
“Lalu soal Aksa?”
“Setahu Alya Aksa memang suka sama Asa om, tapi akhir-akhir ini dia agak berubah. Kayak jaga jarak sama Asa.”
Om Andre diam sejenak memandang keluar, “Tadi kalian membicarakan soal karya,maksudnya apa?”
“Jadi om Ara itu suka nulis, tapi dia malu buat nunjukin karyanya.”
Om Andre mengernyit lalu menganguk,”Alya jika memang dia suka menulis om ada tugas buat kamu.”
“Apa om?”
“Om mau lihat karyanya, kamu bisa ambilkan buat om.”
Mau tidak mau menurut permintaan Om Andre. Karena ia yakin Om Andre tengah menyiapkan sesuatu yang besar untuk Ara. Sama seperti yang dilakukan Asa selama ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Dalam Asa
General FictionTentang Ara dalam diamnya. Tentang Asa dengan segala keceriaannya. Dan tentang Aksa diantara keduanya. Tentang 3 orang berbeda pribadi yang berada dalam satu rasa. Apa yang akan terjadi pada mereka? Mari kita simak sama sama kisahnya.