Hilang

17 1 0
                                    

Dudidudidam dam dudidudidam

Dudidudidam dam dudidudidam

Lalalalalala lalalalala

Hmmmm hm hmmm

Asa bersenandung riang ke dalam rumah setelah Aksa pamit pulang. Keadaannya tidak terlalu buruk untuk seorang yang baru menyatakan perasaannya yang jelas-jelas akan sia-sia, karena ia sudah tahu perasaannya hanya bertepuk sebelah tangan.

Ia menuju ke dapur mengambil minuman dingin dan beberapa makanan ringan. Ia lalu ruang keluarga menyusul kedua orang tuanya. Mereka tampak asyik menonton film horror tempo dulu yang dibintangi oleh ratu horror.

“Dih,tontonannya gitu banget.”

Asa langsung mengambil duduk di bawah sofa. Tak peduli reaksi kedua orang tuaya akan kehadirannya. Entahlah, ia benar-benar ingin cuek hari ini.

“Di bawah dingin sayang.”

“Nggak apa-apa ma. Lagi pengen yang dingin.”

Seseorang duduk menyusul Asa di bawah. Asa hanya meliriknya, tak berani menegur orang itu. Secara tak terduga orang itu memeluk Asa. Mengelus rambut Asa. Ada hangat yang menjalar di hati Asa. Rasanya Asa ingin seperti ini terus.

“Maafkan papa sayang nggak seharusnya papa begitu sama kamu.”

Mata Asa berkaca-kaca lidahnya kelu. Ia hanya mampu mengangguk lantas memeluk papa lagi lebih erat. Tempat ternyaman di hidupnya.

Mama yang menyaksikan itu juga ikut menangis. Lantas ikut merangkul papa dan anaknya.

“Sayangnya Ara nggak ada ya pa.”

“Suatu saat dia akan bersama kita sayang.”

Hari ini banyak kelegaan yang Asa dapatkan. Pertama kelegaan karena ia telah menyampaikan perasaannya pada Aksa. Kedua ia telah mendapatkan papanya kembali. Tinggal satu hal yang belum ia peroleh. Dan sesegera mungkin ia akan mendapatkannya apapun caranya.

***

Sang surya kembali menyapa bumi. setelah sang fajar pergi kini mentari menyinari. Cahayanya yang benderang membuat orang untuk segera menyingkap selimutnya. Lalu memulai aktivitasnya.

Pukul 06.30 anak-anak Panti Asuhan Mutiara. Dengan wajah berseri mereka bersiap untuk berangkat sekolah. Satu per satu mereka berpamitan dengan ibu panti. Dengan senyum yang mengembang mereka mencium punggung tangan ibu panti.

“Ara berangkat dulu bu,” ucapnya datar.

“Iya.hati-hati ra. Belajar dengan sungguh-sungguh. Oh ya kamu bareng Alya atau dijemput Aksa?”

“Berangkat sendiri kayaknya bu. Ya udah bu Assalammualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

  “Alya berangkat dulu ya ibuku yang cantik.”

“Iya. Alya, Ara kenapa? Hari ini dia terlihat murung?”

Alya menghendikkan bahunya lantas melenggang pergi. Ia tidak mau mengatakan apapun pada ibu panti tentang penyebab murungnya Ara hari ini.

Flashback

“Ck nggak ada!”

Berulang kali Ara berucap demikian. Ia dengan cemas mencari benda berharganya kesana kemari. Di setiap sudut kamarnya. Di meja belajarnya. Dilemari pakaiannya. Bahkan ia mencarinya dikolong kolong meja maupun tempat tidurnya.

Aagggrrrhhhhh

Ia mengerang frustasi. Tak kuasa ia menahan air matanya. Merutuki kebodohannya karena telah teledor menaruh benda berharga itu.

Aksara Dalam AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang