Perhatian

19 2 2
                                    

Gadis berlesung pipit itu tengah duduk di ranjang UKS. Sambil sesekali minum teh hangat yang tersaji disana. Wajahnya tampak tak sepucat sebelumnya. Diliriknya jam dinding yang terpajang di sana. Pukul 11.00 sebentar lagi istirahat kedua. Dan ia bisa keluar dari tempat ini. Seperti kata petugas UKS tadi.

Rasa bosan menghinggap di hatinya. Bagaimana tidak sejak pukul 09.00 sampai sekarang ia hanya berdiam diri di UKS. Biasanya ia sudah pecicilan kesana kemari dengan Mega.

Tak lama bel istirahat berbunyi. Tak menunggu lama Asa langsung melenggang keluar. Taman belakang sekolah adalah tujuannya. Asa menarik nafas dalam-dalam. Ketenangan menjalar dihatinya.

"Ninda Asa Nurani lo gila ya?"

Terdengar seruan dari seorang yang amat dikenalinya. Bukannya menoleh ia malah pergi mengambil duduk di bangku ujung taman.

"Lo tuh ihhh.... Asa gue udah seharian nggak konsen belajar dari pagi kepikiran lo yang lagi pingsan di UKS. Gue udah bolos jam pelajaran tadi pagi demi jagain lo. Sekarang setelah lo sadar dan di ijinin keluar UKS lo nggak nungguin gue buat jemput lo malah langsung minggat ke sini. Sumpah demi kepala botak Upin Ipin lo tega banget sa."

Asa tersenyum menanggapi kata-kata sahabatnya itu. Ia memang sudah dapat memprediksi hal ini. Omelan Mega yang sudah tak asing lagi baginya.

"Lo kelamaan tau nggak. Gue udah gabut di UKS. Ya udah gue langsung cabs tadi. Kantin yuk!"

"Emang dari kelas sampe UKS cukup waktu 3 detik sa?"

Asa hanya nyengir menanggapi Mega. Ia sebenarnya memang sengaja tidak menunggu Mega. Ia berniat mencari Aksa di sini. Namun yang dicarinya tidak ada.

Sebenarnya ia berharap Aksa ada di UKS menungguinya. Ia ingin membicarakan hal penting padanya. Namun harapannya itu sia-sia.

Asa berjalan menuju kantin bersama Mega. Ia menengok kekiri kanan mencari sosok Aksa. Namun hasilnya nihil.

Bukk!!!!

Karena tidak fokus berjalan Asa menabrak seseorang. Ditatapnya orang itu. Gadis berkuncir kuda dan berkaca mata. Asa dapat mengenalinya, tapi tidak dengan orang itu.

"Maaf." Katanya tanpa menatap Asa dan langsung berlalu.

Asa menatap kepergian orang itu dengan pandangan nanar. Seketika kesedihan menyusup di kalbunya.

"Sa lo nggak apa-apa kan?" Pertanyan Mega menyadarkan Asa.

"Nggak kok. Jangan bilang papa ya ga kalau gue pingsan."

"Iya."

***

Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang paling disukai Ara. Apalagi hari ini pembahasannya tentang puisi. Ia sangat antusias memperhatikan Bu Evi guru bahasanya mengajar.

Dengan cekatan ia mencatat materinya. Tentang majas dalam puisi. Tentu saja ia sudah sangat hafal dengan istilah itu. Bahkan ia sudah sering menggunakannya dalam setiap puisinya. Namun untuk menghargai Bu Evi ia tetap mencatatnya.

Mungkin catatan ini akan berguna untuk Alya. Karena ia sekarang bukannya memperhatikan malah tidur. Sungguh hal yang paling Ara benci dari Alya. Namun ia tetap tidak tega untuk membangunkan Alya.

Bel istirahat berbunyi menandakan berakhirnya jam pelajaran Bahasa Indonesia. Para siswa berhamburan keluar menyisakan Ara dan Alya. Perlahan Ara membangunkan Alya.

"Al bangun udah bel istirahat nih. Gue mau ke perpustakaan, temenin."

"enghhh sendiri aja deh ra, gue masih mau lanjut hibernasinya."

Aksara Dalam AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang