Deru mobil yang ditumpangi Aksa membelah jalanan. Ia hanya diam meski kini ia ditemani oleh orang special. Namanya Zahra Hadara Milas. Gadis bergigi gingsul yang mampu menggeser posisi Ninda Asa Nurani di hatinya.Baginya ini sulit dicerna. Mengingat seberapa lama ia memendam rasa itu untuk Asa.
Ara sendiri duduk bersandar pada jok mobil. Pandangannya tertuju pada kaca jendela. Enggan memecah keheningan. Hingga tiba-tiba Aksa menghentikan mobilnya di tepi jalan. Ara menatap heran pada Aksa.
“Kenapa berhenti? Kan sekolahnya masih di sana?”
“Karena lo belum jawab pernyataan gue kemarin ra.”
“Soal lo yang sayang gue?”
“Emang ada pernyataan yang lain ya ra?”
Ara meringis, ia jadi gugup. Kenapa Aksa harus menanyakan pernyataan itu sih? Ia jadi bingung harus menjawab pernyataan itu.
“Itu kan pernyataan bukan pertanyaan, kenapa mesti gue jawab? Kalaupun harus gue jawab, gue harus jawab bagian apanya?”
Aksa menghembuskan nafasnya. Benar juga apa yang dikatakan Ara. Sekarang ia malah jadi malu sendiri.
Ia merasa bodoh telah berkata demikian. Tapi masak Ara juga tidak faham akan maksud hatinya saat mengungkapkan itu. Aksa memejamkan matanya, menarik nafasperlahan lalu membuangnya.
“Maaf gue emang bego ra. Gue ulangi deh yang kemarin.”
“Eh..”
Aksa menaikkan alisnya,”Iya gue ulangin kali ini lebih lugas biar paham.”
Aksa mengatur nafasnya,”Zahra Hadara Milas gue nggak tahu sejak kapan perasaan aneh ini muncul. Tapi tiap kali gue sama lo, gue ngerasa tenang. Gue selalu senang ada disamping lo. Gue sayang sama lo, dari sini,”Aksa menunjuk dadanya,”Lo mau kan balas rasa sayang gue ini dengan menjadikan gue sebagai teman special di hidup lo?”
Aksa menelan salivanya, susah payah ia berkata demikian. Semoga apa yang ia harapkan dapat terwujud. Ia memperhatikan Ara, lekat.
Lima detik ia tak bereaksi. Sepuluh detik ia tak bergeming. Aksa mulai putus asa. Lima belas menit, ia melihat Ara menatapnya.
Ia mengangguk samar. Aksa tak mungkin salah lihat. Meski samar ia dapat melihat Ara mengangguk untuknya. Ara tersenyum ke arahnya. Senyum termanis sepanjang hidupnya.
“Gue sayang lo ra,”ucapnya sambil memegang tangannya.
“Ara juga sayang Aksa.”
Mereka berbagi senyum. Senyum yang mereka berikan hanya untuk orang yang special bagi mereka. Aksa melajukan kembali mobilnya karena gerbang sekolah akan ditutup sebentar lagi. Menyadari hal itu Ara ingin protes.
“Nggak usah protes, hari ini jam kosong. Ada rapat guru. Nih Dayat baru saja wa gue.”
Mendengar hal itu Ara menjadi bungkam.
***
Pukul 07.00 di SMA Bhakti Mulia Surakarta tak seperti kemarin. Tidak ada acara satpam yang dirayu oleh siswa yang terlambat. Atau guru bimbingan konseling yang keliling untuk mengecek keadaan sekolah.
Semua siswa masih bercanda tawa di ruang maupun luar ruangan. Bahkan masih ada beberapa siswa yang baru datang. Hal itu karena ada rapat guru dadakan yang membahas tentang ulang tahun sekolah. Rapat ini tentunya bersama beberapa perwakilan dari ekskul sekolah.
Sebuah mobil baru saja masuk ke area sekolah. Tak lama sang empunya mobil turun. Seorang cowok yang cukup terkenal di Bhakti Mulia karena kepiawaiannya membidik gambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Dalam Asa
General FictionTentang Ara dalam diamnya. Tentang Asa dengan segala keceriaannya. Dan tentang Aksa diantara keduanya. Tentang 3 orang berbeda pribadi yang berada dalam satu rasa. Apa yang akan terjadi pada mereka? Mari kita simak sama sama kisahnya.