Gaia-39

13 3 0
                                    

Mereka sedang bermain kartu saat telepon rumah Angen berbunyi.

"Halo?"

"Selamat siang. Saya Margarethe Lischence dari Selectric Incorporation. Bisa bicara dengan Ernest?"

Angen melirik Erry sekilas. "Oh, Profesor. Ada apa?" sahutnya.

"Apa kalian sibuk di rumah?"

"Tidak kok."

"Baiklah. Bisa aku bicara dengan Erry?"

"Tentu." Angen mengisyaratkan pada Erry bahwa ia mendapat telepon. Erry bangkit dan menghampiri Angen.

"Prof. Lischence," bisik Angen.

Erry meraih gagang telepon dan Angen kembali untuk bermain kartu. "Halo, Profesor?"

"Hai, Erry. Maaf mengganggu cutimu, tapi barusan PM memberitahukan bahwa ada serangan teroris di Gaia-39. Prof. Bowlman memintamu ke sana."

"Aku? Sendiri?"

"Sepertinya begitu."

"Kenapa aku? Bukankah sudah ada GA?"

"Aku kurang tahu. Sebaiknya kau segera kembali karena aparat akan segera berangkat."

≈≈≈≈≈

Seharusnya Erry dan Angen bisa bermalam sekali lagi di Gaia-79, tetapi panggilan tugas tak dapat diabaikan. FO memang biasa diikutsertakan saat diadakan kegiatan pengawasan masyarakat atau pun kegiatan semacam ini. 50% para aparat kepolisian, 50% lagi GA dan FO. Bagaimanapun, SI telah menjalin kerja sama dengan Pemerintah sejak awal dibangun. Mau tidak mau beberapa anggota mayoritas GA dan minoritas FO harus ikut terjun di luar jam operasi normal. Erry tidak heran mengapa Brandon menugaskannya turun—walau sebenarnya ia ingin menolak. Setibanya di Gaia-18 mobil aparat telah menjemput GA dan Erry yang akan ikut. Segera mereka pun berangkat.

Lokasi Gaia-39 berjarak sekitar satu jam lebih dari Gaia-18—jika macet. Jika lalu lintas normal hanya perlu waktu sekitar 45 menit. Untunglah lalu lintas sedang sepi. Mereka bisa tiba di lokasi dalam waktu 30 menit saja. Seluruh unit segera berpencar ke titik yang telah ditentukan. Mereka mengepung lima orang di tempat. Erry bersama para GA mengawasi di barisan belakang para polisi.

"Tidakkah kita harus pergi menyisir tempat lain?" bisik Erry pada sebuah AI GA.

"Tunggu dulu," sahut AI tersebut. Tak lama ia melanjutkan, "Kita ke titik C dan D!"

Titik C dan D? Di mana itu? Erry hanya mengekori mereka sampai tiba di lokasi yang dimaksud. Tanpa aba-aba lain mereka kembali berpencar. Tinggallah Erry seorang diri. Ia hendak menyusul, tetapi urung saat melihat salah satu teroris tengah beraksi beberapa meter di depannya. Dengan sigap ia segera berlari menghampiri teroris tersebut. Lengan kanannya telah siap dengan senjata laras panjang bertipe SR. Ia mengendap-endap, memfokuskan bidikan pada betis teroris itu. Tembakan mulus. Pria itu nampak mengerang kemudian terjatuh. Granat di genggamannya yang telah terbuka itu jatuh. Semula Erry tak menyadarinya, namun segera melindungi diri dengan perisai begitu melihatnya. Tubuh pria itu terkoyak menjadi dua. Erry beranjak melewati mayat tersebut untuk menyisir wilayah lain.

Di tikungan setelah lokasi sebelumnya, nampak dua orang teroris tengah menawan beberapa warga. Mereka menyadari kehadiran Erry dan mulai menembakinya. Erry berlindung dengan perisainya sambil terus maju. Sekiranya dua pria itu kehabisan peluru, mereka berhenti. Erry menurunkan perisainya tepat ketika salah satu pria kabur. Ia segera meraih pria satunya dan melemparkan pria itu ke arah pria yang kabur. Mereka jatuh saling menimpa. Erry melihat teroris lain tiba. Ia segera menghampiri kedua pria yang masih mengaduh kesakitan itu lalu memborgol mereka di tiang.

Para 'pendatang baru' itu menembaki warga yang untungnya telah kabur. Erry berlari menuju warga yang tertinggal di belakang dengan perisainya, lalu mentransformasikan lengan kanannya menjadi benda runcing tajam dan memotong peluru-peluru yang datang. Ia melesat ke arah mereka, lalu menghempaskan mereka dengan satu ayunan. Lagi, ia menembak betis demi melumpuhkan mereka.

"Intrepid-79, datanglah ke pusat kota. Para polisi masih kesulitan melumpuhkan mereka." Terdengar sebuah suara dari earbuds yang Erry kenakan—dari salah satu AI GA.

Erry mendecak kesal, "Namaku Ernest," gerutunya sambil berlalu pergi.

Sesuai dugaannya, suasana pusat kota dimana mereka tiba tadi masih panas. Nampak para polisi kesusahan melumpuhkan teroris yang tersisa. Teroris itu malah semakin menembak tak karuan arah dan bahkan menembaki warga. Erry siaga dengan perisainya. Ia menerjang hujan peluru yang mengarah padanya. Awalnya ia mengambil langkah pelan, lalu semakin cepat hingga ia sanggup meraih tubuh mereka. Dengan perisainya ia mendorong salah satu teroris hingga terbentur air mancur dengan sangat keras. Peluru lain ditembakkan. Erry sedikit beratraksi dengan melakukan salto demi menghindari peluru yang akhirnya bersarang pada teroris lain. Sebelum memijak tanah ia menendang seorang teroris hingga menabrak tubuh kawannya dan mereka jatuh. Sisa satu teroris. Erry rasa ini bagiannya, karena keempat rekan pria ini telah ditangani polisi. Ia segera maju, mencengkeram leher pria tersebut, mengangkat tubuhnya, dan menghempaskannya turun hingga terdengar suara berdebam yang keras. Seorang polisi menghampirinya untuk memborgol teroris tersebut. Erry bangkit. Bersamaan dengan itu ia melihat para GA baru saja kembali sambil beberapa dari mereka menggiring para teroris.

Terdengar seruan Kapten Chalkhead dari posisinya, "Kerja bagus semuanya!"

Terdengar seruan Kapten Chalkhead dari posisinya, "Kerja bagus semuanya!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

≈≈≈≈≈

INTREPID [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang