Hari ini tiba waktunya simulasi pertama para anggota baru SPASS. Mereka mengikuti simulasi di organisasi masing-masing, di lokasi yang berbeda. FO mengadakan simulasi bawah sadar, dimana setiap tim akan diberikan serum yang akan membawa mereka pada lokasi simulasi. Lengkap dengan seragam dan pin mereka telah berbaris rapi di depan ruang simulasi selagi Prof. Lischence membagi mereka per kelompok.
"Kelompok selanjutnya adalah Ernest, Angen, Gwen, David, dan Heather—tim Hijau."
Erry menghela napas. Ia dan Gwen saling pandang. Tim Hijau berarti mereka pergi ke bilik yang menyediakan serum hijau. Lokasi dan durasi simulasi adalah sama, hanya warna cairan sebagai pembeda tim. Mereka akan masuk ke ruangan mirip bilik rumah sakit, dimana masing-masing serum dan dua orang petugas bersiap di sisi kanan dan kiri ruangan. Serum tersebut akan disuntikkan pada aliran darah mereka, dan simulasi pun dimulai.
Mereka mulai pergi ke bilik masing-masing setelah semua nama telah dibacakan. Erry dan timnya segera mendapat serum mereka. Perlahan mata mereka semakin berat, dan kesadaran mereka lenyap.
Gwen membuka mata pertama kali ketika mendapati anggota timnya masih belum sadar. Satu per satu dari mereka mulai sadar akhirnya. Erry menatap sekeliling. Mereka sedang ada di mobil yang dikemudikan oleh sebuah robot berstampel SI. Entah ke mana robot itu membawa mereka melintasi jalanan gersang penuh bebatuan ini. Erry menengok ke luar kaca. Tak ada apapun di sana dan entah mereka ada di mana. Matahari nampak terik sekali. Angin kering berhembus cukup kencang menerbangkan dedaunan dan ranting kering. Ketika mobil akhirnya berhenti, mereka turun. Rupanya mereka ada di sebuah ngarai. Di tempat mereka berhenti tadi terdapat sebuah bendera kecil berlambang SI dan sebuah kotak berstampel SI di bawahnya, juga lima buah motor berstampel SI. Semuanya serba SI. Jadi simulasinya benar-benar sudah dimulai, batin Erry. Mobil yang mengantar mereka tadi sudah pergi. Tinggallah mereka di sana tanpa pengetahuan apapun.
"Cepat sekali perginya mobil tadi," ujar David.
"Apa yang kita lakukan sekarang?" tanya Gwen.
Angen meraih kotak tersebut dan membukanya. Ia menemukan lima buah kunci dan sebuah kertas. Ia membagikan kunci yang diasumsikan sebagai kunci motor tersebut pada keempat rekannya. Ia mengeluarkan kertas tersebut.
"Pergi 10 mil ke arah utara dan temukan bola emas," bacanya. Semua anggota menautkan alis tak paham.
"Utara? Di mana?" Heather berucap.
"Ada yang bawa kompas?" tanya Angen. Semua menggeleng.
"Hei, sepertinya motor ini menyediakan kompas. Coba lihat!" seru David sambil menunjuk spedometer salah satu motor.
"Baiklah. Kita pergi sekarang!" ajak Angen penuh semangat. Ia mengembalikan kotak tersebut ke tempat semula, lalu menghampiri motornya.
Masing-masing dari mereka memeriksa kelengkapan motor tersebut. Terdapat dua kantong yang cukup besar di kedua sisi motor yang berisi senjata. Mereka mengambil pistol dan menyimpannya di pinggang. Perjalanan pun dimulai.
Spedometer menampilkan banyak menu, antara lain jarum spedometer itu sendiri, jumlah bahan bakar, kompas, dan penunjuk jarak. Sekarang mereka sudah berjalan sejauh satu mil dari tempat semula. Motor dikendarai perlahan sambil memandangi sekitar.
"Begini saja simulasinya?" ujar David.
Tiba-tiba saja peluru menghujani mereka. Mereka berhenti mendadak untuk melindungi diri. Pistol diraih, lalu terjadi aksi tembak-tembakan. Ternyata ada orang-orang gunung yang entah dari mana datangnya menembaki mereka. Orang-orang itu berpakaian lusuh dan aneh. Mereka berada di atas tebing sana, sementara Angen dan yang lainnya harus berusaha melindungi kepala mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTREPID [FINISHED]
Science FictionBadai hari itu memporakporandakan Gaia-79. Ernest harus kehilangan orang tuanya dan mengalami sakit parah sebelum akhirnya SI membawanya. SI memberi dan melatih tubuh baru Ernest, berupa AI yang dirancang semirip mungkin dengan wajah lamanya. Hingga...