Minggu ini diadakan simulasi satu hari lebih cepat daripada yang ada di jadwal. SPASS masih tergolong mendapat anggota baru, jadi lima simulasi awal masih perlu dilakukan demi mempersiapkan masing-masing organisasi. Kali ini Erry terbangun paling awal dan mendapati dirinya berada di tepi jurang. Satu per satu rekan timnya mulai sadar, lalu tibalah robot putih.
"Angin tidak dapat merobohkan pohon dengan akar yang kuat*," ucap Erry lantang membaca isi kertas di genggamannya.
"Apa maksudnya?" tanya Pearl, salah seorang anggota.
Robot itu menunjuk kotak senjata di samping mereka, "Semoga berhasil," ucapnya kemudian pergi.
Seluruh anggota tim—kecuali Erry—mengambil senjata selagi Erry mengamati tempat tersebut. Sejauh mata memandang hanya ada gedung-gedung tua yang sudah rusak; ada yang hangus dan hancur, ada pula yang beberapa sisinya menghilang, ada yang berlubang, dan sebagainya. Lalu ke mana mereka harus pergi?
"Sudah?" tanya Erry pada teman-temannya begitu mereka kembali.
"Bagaimana menurutmu? Harus ke mana kita?" ujar Gwen—kebetulan mereka satu tim lagi, juga dengan si sarkas Ivy. Kebetulan mengerikan macam apa ini?
"Ada klu lokasi bola emas?" Erry balik bertanya. Gwen menggeleng.
"Mungkin kita akan menjumpai klu di jalan nanti," sahut Jacob yang diikuti anggukan anggota lain—minus Ivy.
Erry nampak diam sesaat kemudian mengiyakan. "Jacob, bisa kau tolong pimpin jalannya?" pintanya. Jacob mengangguk.
"Kita lewat jembatan ini." Erry menunjuk jembatan gantung di hadapan mereka.
Jembatan tersebut nampak tak bagus. Mereka kelihatan gemetar sebelum Jacob melangkah terlebih dulu. Perlahan mereka berbaris melewati jembatan yang dengan cepat segera berguncang tersebut. Jacob berada di paling depan, disusul Erry, Ivy, Gwen, dan Pearl terakhir. Lelaki berjaga di depan dan belakang—begitu kan prinsipnya?
Tak ada gangguan lain selain jembatan yang terus bergoyang seiring mereka berjalan semakin jauh. Tetapi tanpa mereka ketahui, tali jembatan tersebut perlahan pula putus. Setelah berhasil melewati lebih dari setengah jalan, tali jembatan di belakang Pearl putus. Mereka berteriak panik sambil berpegangan kuat pada pijakan jembatan hingga posisi mereka jatuh 90°.
"Semuanya baik-baik saja?" seru Jacob yang berada paling atas.
Semua anggota masih nampak syok. Pearl menengok ke jurang di bawah mereka sekilas, dan dengan cepat kembali menghadap depan.
"Teman-teman, kurasa kita harus cepat naik agar tali atas tak putus juga," ujar Pearl.
"Ayo cepat naik!" seru Ivy.
Mereka pun naik dengan hati-hati. Sesekali pijakan kayu yang saat ini mereka jadikan pegangan untuk naik retak dan cuil sebagian. Sambil saling menjaga, akhirnya Jacob dapat menjangkau sisi lain tempat tersebut dan berhasil naik. Ia membantu Erry kemudian, lalu sebelum sempat membantu Ivy tali jembatan kembali renggang.
"Oh shit!" pekik Pearl terkejut.
Ketiga anggota yang tersisa akhirnya berhasil naik. Mereka bisa bernapas lega sekarang. Erry seorang diri yang berdiri selagi keempat rekannya mengisi paru-paru sejenak. Pandangannya mengedar. Tak jauh dari mereka terdapat sebuah gedung bekas yang hampir roboh. Erry menyipitkan mata, tak tahu harus ke mana lagi mereka.
"Bagaimana, Er?" Jacob bangkit dan berdiri di samping Erry. Gadis itu menggeleng.
"Kita ke sana?" tanya Pearl sambil menunjuk gedung tersebut.
"What's in there?" timpal Ivy. Jacob bertatapan dengan Erry sesaat. Bingung. Mereka kompak menggeleng.
"Any suggest?" Gwen berdiri, kemudian membantu Pearl berdiri pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTREPID [FINISHED]
Science FictionBadai hari itu memporakporandakan Gaia-79. Ernest harus kehilangan orang tuanya dan mengalami sakit parah sebelum akhirnya SI membawanya. SI memberi dan melatih tubuh baru Ernest, berupa AI yang dirancang semirip mungkin dengan wajah lamanya. Hingga...