Berita penyerangan teroris di pusat kota Gaia-39 tersebut dengan cepat menyebar melalui siaran televisi—minus aksi transformasi Erry, karena Brandon pribadi telah meminta pihak stasiun tv untuk tidak menyiarkannya atau mereka akan secara terang-terangan dituntut jika tetap menyiarkannya. Rekaman kejadian secara penuh dimana terdapat gambar transformasi Erry menjadi materi pribadi milik SI, mengingat mereka masih merahasiakan identitas Erry dari Gaia-79. Rekaman tersebut tidak disiarkan secara terang-terangan, hanya di portal berita harian di tiap lorong selama beberapa menit saja.
"Ini ... " Angen terpaku pada layar monitor ketika muncul rekaman Erry dan aksinya.
"K-kau ... t-tidak mungkin ... " ujarnya lagi.
Erry diam menundukkan wajahnya. Percuma saja ia menyembunyikan hal ini dari Angen ketika akhirnya malah Brandon yang memberitahunya. Menyebalkan.
Angen melirik Erry dan layar monitor bergantian, "Jadi selama ini kau ... jadi seperti ini?" tuturnya penuh selidik.
Erry mengedik. "Memangnya apa yang bisa kulakukan?"
"Oh ... "
"Kau takut padaku—?"
"Tidak, tidak. Bukan begitu. Maksudku ... kenapa aku tidak tahu?"
"Untuk apa aku memamerkannya padamu? Apa aku melihatmu ingin tahu soal diriku?"
"Hei, kau temanku! Kita bahkan sudah seperti saudara. Apa maksudmu aku tidak ingin tahu tentang kondisimu?"
Kau bahkan tidak mencariku sepuluh tahun terakhir.
"Ini ... bagus. Keren. Tn. Movielow akan suka," sambungnya. "Tapi ... "
" ... tapi apa Tn. Eraselook tahu?"
"Tidak," jawab Erry tegas. "Br—Prof. Bowlman tidak berniat memberitahunya."
Ah, sial! Kenapa selalu keceplosan memanggilnya Brandon?!
"Kenapa begitu?" Angen menautkan alis.
"Aku juga tidak akan mengizinkannya, sih." Erry mengangkat wajahnya, "Ini konyol. Tidakkah menyeramkan saat kau harus berhadapan dengan sebuah robot?"
"Tapi ini dirimu. Kesadaranmu tidak hilang. Apa yang perlu dikhawatirkan?"
Erry menggeleng. "Aku selalu teringat ayahku setiap kali menghubungi Tn. Eraselook. Aku ... tidak berniat memberitahunya."
"Cepat lambat semua orang akan tahu."
Erry menatap Angen parau. Nampak sorot ketakutan dari matanya.
"Hei, tak apa." Angen meremas bahu gadis itu sambil tersenyum simpul.
Ada yang kagum dengan ketangkasan Erry, ada pula yang tidak suka. Kaum-kaum iri itu paling pandai menggali kesalahan. Salah satu contohnya saat ini ketika Erry baru saja tiba di kantor bagian FO.
"50-XCX/AI/61/INTREPID-79," cibir seorang gadis. Langkah Erry terhenti, ia membalikkan badan.
Who tf is that?
"Dasar kabel," desis gadis yang menatap Erry tak suka tersebut sambil menyeringai aneh.
Erry menautkan alis. Kenapa dia hafal kode produksi Erry?
"Itu kode produksimu, ya? Aku benar?" Gadis itu menghampiri Erry sambil menyerahkan sebuah data laporan. Erry terdiam tak mengerti. Ia menerima data tersebut lalu memeriksanya sekilas.
"Aku Ivy." Gadis berambut coklat panjang dengan potongan aneh—menurut Erry—itu mengulurkan tangan.
Erry menjabatnya, "Ernest," sahutnya mencoba ramah.
Siapapun yang menyebutkan—atau lebih parahnya hafal—kode produksi Ernest tak akan ia ramahi. Brandon pun tidak.
"Tidak usah parno begitu. Aku hanya ingin bertemu Sang Jagoan secara lebih dekat." Ivy tersenyum miring—atau senyumnya memang seperti itu?
"Biasa saja," balas Erry.
Ivy terkekeh. "Ya, kau tahu lah. Aku dari Gaia-39. Sedikit aneh rasanya mengetahui bahwa bukan aku yang dikirim ke sana, melainkan dirimu. Aku hanya ingin berterimakasih karena kau telah menyelamatkan keluargaku."
"Keluargamu? Distrik berapa?"
"Tiga."
"Oh, itu jauh dari pusat kota. Tapi, sama-sama. Itulah yang harus dilakukan sebagai sesama warga Gaia," sahut Erry tak kalah sarkas. Ivy nampak kalah telak. Ia terdiam cukup lama sambil mereka beradu pandang.
Gadis itu buka suara akhirnya. "Apa keluargamu tahu kau jadi begini?"
Keluargaku? Ya, setelah aku mengunjungi makam mereka. Ya, untuk Angen—keluarganya.
Ivy mengangguk paham. "Bagaimana reaksi mereka? Atau ... keluargamu juga robot?"
Well, aku lebih suka menyebut diriku RC-AI daripada robot. "Menurutmu?" Erry menaikkan alis.
"Kutebak mereka terkejut," terka Ivy sambil nampak berpikir keras. Erry menaikkan satu alisnya.
"Kau dulu manusia, kan?" sambung Ivy. Senyum miring terlukis tipis di bibir Erry. Ia mengangguk.
"Tentu saja."
"Apa yang terjadi sampai kau jadi begini?"
"Kutantang kau tanyakan semuanya pada Prof. Bowlman. Deal?"
"Kenapa?"
"Aku bisa saja salah."
"Kau tidak paham dirimu sendiri?"
Erry diam.
"Apa isi kepalamu itu? Kabel saja?" Ivy terus memberondong Erry dengan pertanyaan yang membuat naik darah. "Aku penasaran bagaimana mereka membuatmu."
"Sudah kubilang tanyakan saja pada Profesor."
"Kenapa kau ada di sini dan bukannya di GA?"
"Karena aku ingin di sini."
"Apa yang kau cari di FO?"
"Yang pasti bukan ketenaran."
Skakmat. Ivy terdiam.
Erry mengangkat data laporannya, "Kau memberiku ini untuk diproses, kan? Baiklah, akan kuselesaikan. Nice to meet you, Miss—"?
"Poison," sahut Ivy.
"Poison Ivy," tutur Erry penuh penekanan. Poison—marganya, dan Ivy—namanya. Sesuai ciri khas Gaia-39, marga berada di depan nama.
Lagi-lagi Ivy tersenyum miring.
≈≈≈≈≈
KAMU SEDANG MEMBACA
INTREPID [FINISHED]
Science FictionBadai hari itu memporakporandakan Gaia-79. Ernest harus kehilangan orang tuanya dan mengalami sakit parah sebelum akhirnya SI membawanya. SI memberi dan melatih tubuh baru Ernest, berupa AI yang dirancang semirip mungkin dengan wajah lamanya. Hingga...