"Profesor tidak salah baca? Namaku? Pasti salah. Pasti Ernest yang lain."
Brandon mendengus. Mobil ia hentikan di lahan parkir kantor Pemerintahan. Erry sedari tadi terus menghujaninya dengan berbagai pertanyaan.
"Hei, jawab aku!" Erry memeluk lengan Brandon, berusaha membuat pria itu meresponnya tetapi nihil.
"Astaga, Er." Brandon menarik tangannya. Ia merangkul bahu Erry. "Nanti semua pertanyaanmu akan terjawab. Tenang saja."
Erry diam mencebik.
"Jangan membuatku malu. Bersikaplah selayaknya seorang tentara sungguhan. FO adalah petarung SI. Mana harga dirimu?"
Mendengar itu, Erry memundurkan langkah dan berdiri tegap. Ia membuka resleting jaketnya. Pakaian FO beserta pin muncul di baliknya. Ia merapikan rambutnya lalu mengekori Brandon dalam diam.
Mereka disambut seorang staff yang mengantar mereka menuju ruang rapat. Di sana sudah duduk Prof. Lischence ditemani dua orang staff FO. Ada juga Prof. Richhunter selaku ketua UniCheck bersama dua staffnya, dan Prof. Weathershield selaku ketua BO dengan dua staffnya. Brandon? Mereka semua adalah staff Brandon. Siapa lagi memangnya?
Erry duduk di samping Lischence yang menyunggingkan senyum lebar padanya sementara Brandon duduk di seberang kursi PM dan Presiden persis.
"Selamat pagi, Profesor," sapa Erry.
"Morning, sweet heart." Lischence masih menyunggingkan senyum.
"Saya tadi melihat Tn. Statham di dekat sini. Anda bersamanya?"
"Ya. Jason mengantarku tadi."
Erry mengangguk paham. Suami Prof. Lischence memang juga mengantar wanita itu ke kantor biasanya. Tak lama PM dan Presiden serta beberapa staff tiba. Mereka menempati tempat masing-masing.
"Selamat pagi, semuanya. Maaf kami terlambat," ujar Presiden sambil duduk. "Mari langsung saja kita mulai. Tn. Callhood silakan."
Tn. Callhood yang adalah Perdana Menteri membuka rapat dan segera menuju pada inti permasalahan.
"Nona Movielow mungkin sudah tahu gambaran kasar tentang misi kali ini." Ia menengok ke arah Erry. Di belakangnya telah disediakan sebuah layar beserta gambar, video, dan grafik tentang misi yang dimaksud. Mereka memerhatikannya dengan saksama.
"Ada sebuah dokumen bernama Charity yang dicuri pesawat Jynx-56 dari Planet Venus. Dokumen tersebut telah hilang selama sepuluh tahun dan berada di planet yang sulit sekali untuk ditembus tersebut. Banyak tim telah dikirim, dan mereka semua gagal membawa pulang Dokumen Charity."
Video menunjukkan gambar dokumen yang dimaksud. Erry mencoba merekam semua itu dalam memorinya.
"Untuk tim Anda kali ini, Nona, kami telah sepakat bahwa kalian akan menjadi tim terakhir yang dikirim."
Erry mengalihkan pandangan.
"Itu berarti kalian harus berhasil membawa pulang dokumen tersebut. Bagaimana pun caranya."
Kenapa begitu?
"Kami—saya dan Tn. Presiden, kami telah melihat rekaman simulasi Anda dan tim serta ketika Anda membantu di Gaia-39. Kami sangat terkesan dengan kemampuan Anda—kalian—dalam medan dan berharap kalian takkan menjumpai kesulitan saat menjalankan misi nanti."
"Planet Venus?" tanya Erry. Rekaman dihentikan, PM mengangguk.
"Bukankah itu planet hacker?"
"Indeed."
"Lalu tim-tim sebelum kami?"
PM terdiam sejenak. "Dead. Nobody returns."
KAMU SEDANG MEMBACA
INTREPID [FINISHED]
Ciencia FicciónBadai hari itu memporakporandakan Gaia-79. Ernest harus kehilangan orang tuanya dan mengalami sakit parah sebelum akhirnya SI membawanya. SI memberi dan melatih tubuh baru Ernest, berupa AI yang dirancang semirip mungkin dengan wajah lamanya. Hingga...