"I'll wait you here, darling."
"Kenapa aku? Mereka pasti salah. Pasti Ernest yang lain."
"Aku takut. Bagaimana jika aku tak kembali?"
"Brandon ... "
"Namaku Brandon. Mulai sekarang kau akan tinggal di sini bersamaku. Ayahku kadang di sini juga. Kuharap kau betah."
"Kenapa kau memilih FO?"
"Diam di tempat bukanlah gayaku."
Brandon terhentak bangun pagi itu. Napasnya memburu, peluh membanjiri dahi dan membasahi rambutnya. Ia mengusap wajahnya frustasi, tanpa sadar menangis untuk kesekian kali.
Semangatnya hilang pagi itu ketika pergi ke kantor. Semalam pesan enkripsi Erry ketika akan mengejar pesawat itu masuk, dan radarnya tak terdeteksi lagi. Lututnya lemas saat itu juga, pertama kalinya ia menangis di hadapan bawahannya. Lischence langsung pergi saat itu, ia tahu wanita itu juga menangis. Ia dan Lischence lah yang sebenarnya paling khawatir di sini. Lischence pernah bilang padanya bahwa Erry mengingatkannya pada mendiang adiknya. Itu sudah menjelaskan semuanya mengapa wanita cantik itu hancur ketika radar memberi hasil bahwa sisa awak Intrepid-79 adalah nihil. Dokumen Charity berhasil didapatkan, tetapi bukan itu yang terpenting sekarang.
Brandon duduk lemas di kursi kerja di ruangannya. Ia sedang menerima telepon dari ayahnya.
"Brandon, sudahlah."
Bayi besar Tn. Bowlman Tua ini tak jua berhenti menangis. Ayahnya tak bisa datang karena belum sempat. Beliau sudah berjanji pada Brandon akan datang ketika pemakaman.
"Kenapa mereka tidak kembali?" ujar Brandon di tengah tangisnya.
"Untuk Gaia. Semua ini untuk Gaia," sahut ayahnya. "Nak, aku tahu kehilanganmu. Aku sama hancurnya ketika ibumu pergi. Hiburlah Margarethe. Jangan terlihat terus seperti itu di hadapan orang-orangmu."
Brandon menghapus air matanya. Panggilan berakhir. Ia pergi ke toilet untuk membasuh muka, lalu pergi ke ruangan Lischence. Wanita itu sedang memandang keluar jendela. Ia sengaja memasang pemandangan luar angkasa di balik kaca raksasa itu. Dari sana terpantul bayangan Brandon di depan pintunya, Lischence menoleh.
"Selamat pagi, Pak," ujarnya lirih. Dari suaranya terdengar getir, entah berapa kali wanita yang sedang mengandung usia satu bulan ini telah menangis.
Brandon mendekati meja kerjanya dan berhenti di sana.
"Radar tak menemukan mereka," tutur Lischence lagi. Suaranya gemetar, pun bahunya. Ia membenamkan muka pada telapak tangan.
"Profesor, jangan menangis. Kasihan bayimu." Brandon bermaksud menghibur.
Lischence mengangkat wajahnya lalu mengusap pipinya. "Apa upacaranya akan dimulai sekarang?"
"Ya."
Ruang aula sudah ramai dengan para anggota baru SPASS dari tiap-tiap organisasi. Mayoritas dari mereka terlihat habis menangis, termasuk teman-teman Angen. Para ketua organisasi telah duduk di depan menunggu kehadiran Brandon dan Lischence. Setelah mereka datang barulah layar menyala, menampilkan logo SI kemudian foto awak Intrepid-79. Erry di tengah, lalu sisanya di sisi kanan dan kirinya. Brandon berdiri di mimbar.
"Misi ini pertama kali diadakan sepuluh tahun lalu," ujarnya. "Kita datang langsung ke sana, untuk mengambil apa yang telah dicuri dari kita."
Brandon menunjuk layar dengan tangan kosongnya. "Mereka adalah yang kita kirim, untuk terakhir kali, dan mereka berhasil membawa pulang Dokumen Charity."
Semua nampak kembali haru, begitu pun Lischence yang menundukkan wajahnya.
"Jackster gugur di hari pertama ketika menyisir hutan untuk menuju ke pusat kota. Ia tidak mati konyol, melainkan gugur sebagai seorang pahlawan."
"Poison adalah yang terbaik dalam hal persenjataan. Mobilnya meledak di hari terakhir bersama Gingergun dan mereka gugur sebagai seorang pahlawan."
"Bookscore dan Banesburry adalah yang paling rajin mengikuti kelas. Mereka adalah teknisi terbaik, dan gugur sebagai seorang pahlawan. Bookscore mati tertembak dan Banesburry ... merelakan dirinya meledak bersama granat demi Gaia."
Brandon terdiam cukup lama ketika tiba saatnya untuk Erry. "I was considering her ... as my daughter," ujarnya.
"Dia mungkin memang terlihat aneh bagi kalian. Dia hanyalah seorang robot yang kubuat sebagai sarana pemindahan kesadarannya." Brandon mulai menangis.
"Dia adalah manusia sungguhan, sama seperti kita. Dengan kelebihannya yang membawanya menjadi kapten untuk misi terakhir ini, dia bisa membawa pulang milik kita." Suara Brandon gemetar.
"Mereka adalah prajurit terbaik yang FO miliki. Sejarah mencatat mereka adalah penyelamat Gaia dari kehancuran. Merekalah pemberani yang sejati. Merekalah tim yang sesungguhnya. Mereka tidak mati sia-sia, melainkan sebagai prajurit ... dan untuk Gaia."
Seisi ruangan menjawab serempak. "Untuk Gaia."
≈≈≈≈≈
Wow, udah tamat.
To be honest, ini cerita scifi pertamaku yang berhasil lulus sensor alias berhasil aku publish (walau nyendat ya, karena aku sempet hiatus).
I'm happy for this story! Terima kasih buat kalian yang udah mendukung cerita ini. Mungkin kedepannya aku bakal bikin lagi cerita futuristik teknologi yang serupa ini. Buat sekarang cerita futuristikku yang lagi on going adalah tetralogi distopia The Clan, kalo kalian mau baca. Cari aja di worksku, yang covernya pink neon. See you there and see you in the next moment!❤
Best regards,
Akino.H
KAMU SEDANG MEMBACA
INTREPID [FINISHED]
Science FictionBadai hari itu memporakporandakan Gaia-79. Ernest harus kehilangan orang tuanya dan mengalami sakit parah sebelum akhirnya SI membawanya. SI memberi dan melatih tubuh baru Ernest, berupa AI yang dirancang semirip mungkin dengan wajah lamanya. Hingga...