Mission

11 2 0
                                    

Hari berikutnya mereka kembali dikumpulkan perihal kelanjutan pengumuman misi pertama sebagai anggota resmi FO. Gwen menghampiri Erry tadi pagi ketika hendak berangkat. Karena terlalu pagi, Brandon mengajaknya sarapan terlebih dulu. Kebetulan pula Gwen belum makan sejak semalam.

"Kau sengaja datang sebelum sarapan?" goda Brandon. Gwen nampak malu menjawabnya.

Erry mengambil alih. "Ia tahu kau selalu memasak banyak sekali, jadi ia datang."

Mereka tertawa.

"Um, Profesor," panggil Gwen. "Aku penasaran apa misi pertama kami."

Erry mengangguk tanda setuju.

Brandon melirik mereka bergantian. "Rahasia. Tunggu saja nanti. Prof. Lischence pasti akan menjelaskan."

"Apakah akan dibentuk tim seperti saat simulasi?"

"Ya. Tetapi hanya satu tim mewakili satu periode upacara peresmian."

"Oooooh." Mulut mereka membulat sambil mengangguk paham.

"Mengapa misi ini belum berhasil, Profesor?" Gwen kembali bertanya setelah menghabiskan minumannya.

Brandon membuang tulang ayam panggangnya. "Karena gagal. Jadi belum berhasil," sahutnya. Ia mengedikkan bahu.

Erry menghela napas sambil menopang kepalanya menghadap Gwen. "Orang ini linglung. Lebih baik jangan lanjutkan percakapan ini demi kesehatan jiwamu. Ayo berangkat."

≈≈≈≈≈

"Hei, aku minta maaf soal kemarin."

Erry menoleh. Ia diam sambil mengulas senyum. "Tak apa."

"Aku ... benar-benar minta maaf. Kau tahu, aku kehabisan akal karena hampir mati." Gwen nampak menyesal. "Terima kasih sudah menolong dan mengingatkanku."

Erry hanya tersenyum.

"Ucapan Angen sangat menusuk buatku. Dia menemuiku lagi sepulang kelas. Setelah itu aku benar-benar tak ingin berbicara dengan siapapun. Aku sadar Ivy lah yang tak beres, bukan kau.

"Aku sempat mengira kau menyuruhnya juga. Lalu aku ingat sepeduli apa dia padamu sampai menunggumu memintanya dulu, baru dia akan membantu."

"Tak apa." Erry merangkul bahu Gwen.

Mereka akhirnya tiba dan segera masuk ke ruang rapat. Angen melambaikan tangan pada mereka dan mereka menghampirinya.

"Sudah kusiapkan tempat untuk kalian." Ia bergeser dan menyilakan mereka duduk.

Ruang mirip auditorium itu segera penuh dan Prof. Lischence beserta staff lain datang. Wanita berambut pirang sebahu itu menuju mimbar dan memulai acara dengan penjelasan singkat tentang misi pertama mereka.

"Sepuluh tahun lalu sebuah dokumen negara telah dicuri. Kalian pasti pernah melihat berita ini baik di selebaran ataupun siaran berita televisi," mulainya.

"Banyak tim telah dikirim selama ini, namun mereka semua gagal membawa dokumen tersebut kembali. Kali ini sebuah tim akan dibentuk dengan tujuan sama, yaitu membawa pulang dokumen tersebut."

Semua anggota nampak antusias dan saling berbisik. Seorang staff menyerahkan surat keputusan yang telah ditandatangani Presiden, Perdana Menteri, Brandon, dan Lischence sendiri. Lischence membukanya dengan tangan sedikit gemetar. Rasa tak teganya masih menyelubungi, terlebih mereka bilang misi ini akan menjadi misi terakhir mereka—yang mana artinya mereka percaya penuh pada tim kali ini.

"Dan untuk tim tersebut akan dipilih dari kalian yang memperoleh skor tertinggi dalam angkatan." Lischence membaca nama yang tertera di sana. Suaranya sedikit gemetar.

"Paul Jackster," ujarnya lantang. Anggota yang disebut nampak terkejut. Teman-temannya segera memberi ucapan selamat.

Lischence melanjutkan. "Davos Gingergun."

"Poison Ivy."

Ivy terbelalak. Ia mendapat ucapan selamat dari teman disekelilingnya duduk.

"Gwendoline Bookscore."

Gwen terdiam begitu pun Erry dan Angen.

"Angen Banesburry."

"What the—"

"Dan Ernest Movielow."

Erry menggenggam tangan Gwen dan Angen. "Hah," ujarnya tak percaya.

"K-kita?" timpal Gwen. Teman-teman Angen segera memberi mereka ucapan selamat dengan wajah antusias, sementara yang diberi selamat terdiam kikuk.

Lischence menatap mereka parau. Mereka tak tahu apa yang menanti di sana. Para tim pendahulu mereka, semuanya ...

"Profesor?" panggil seorang staff. Lischence menoleh lalu menyerahkan SK tersebut.

"Anda baik-baik saja?"

Lischence diam. Jelas ia tak baik-baik saja.

Ia kembali mengarahkan mulut ke mikrofon. "Untuk nama-nama tersebut setelah ini harap temui saya di ruangan saya. Terima kasih dan selamat pagi."

≈≈≈≈≈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

≈≈≈≈≈

INTREPID [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang