Horizon

144 19 3
                                    

Planet Gaia, wilayah Gaia-79, 2561

Berdasarkan data yang diberikan oleh Unicheck, badai ini bernama Horizon, dimana pernah beberapa kali terlihat di Uranus dan Jupiter. Perdana Menteri telah mengimbau seluruh warga agar menetap di rumah selagi Hanging City diselesaikan ...

"Ibu," panggil seorang gadis kecil yang mengalihkan perhatian wanita itu dari layar televisi. Ia menoleh, mendapati putrinya tengah menuruni tangga dengan langkah berat.

"Sayang, apa yang kau lakukan di sini? Kembalilah ke kamarmu." Wanita itu menghampiri gadis kecilnya, lantas menyentuhkan punggung tangannya pada dahi gadis itu.

"Kran air di kamarku rusak. Aku ingin buang air." Gadis itu berujar dengan suara parau sambil mengusap matanya.

Wanita itu segera membimbing putrinya menuju kamar mandi di lantai bawah, lantas menunggu di luar selagi putrinya menyelesaikan urusannya di dalam. Ia menengok ke luar jendela. Hujan masih sama lebatnya sejak tadi pagi. Ia melirik ke jalanan, mendapati air mulai meninggi. Beruntung rumahnya berdiri sedikit lebih tinggi, jadi setidaknya air tidak akan menggenang malam ini. Ia menengok ke langit. Sangat gelap. Hanya gemuruh halilintar yang menjadi sumber penerangan di sana. Ia bergidik. Usai putrinya selesai, ia segera mengantar gadis itu kembali ke kamarnya dan turun untuk lanjut menonton siaran berita. Baru saja ia duduk, pintu rumahnya terbuka. Wanita itu menoleh, mendapati suaminya datang dengan celana basah.

"Bagaimana?" tanya wanita itu sembari menghampiri suaminya.

Pria itu menggeleng. "Air sudah mulai naik. Kau lihat ini."

Wanita itu melihat celana suaminya yang telah basah hingga lebih dari mata kaki.

"Air akan segera naik pada pukul dua. Lebih baik kita bermalam di lantai atas."

Mereka mengemas beberapa helai pakaian dan bantal serta selimut untuk dibawa ke lantai atas. Saat melewati kamar putri mereka, sang suami berhenti. Ia membuka pintu kamarnya sedikit dan mengintip ke dalam.

"Bagaimana keadaannya?"

Wanita itu terdengar mendesah singkat. "Hanya tersisa obat untuk tadi siang. Aku tak bisa pergi karena hujannya sama sekali tak mereda."

Pria itu menatap istrinya sekali, lalu kembali mengintip. Ia meletakkan selimutnya di lantai, lalu merogoh sakunya. Di sana ia menemukan sebotol kecil cairan berwarna merah. Ia membukanya. Aroma stroberi. Ia melirik istrinya, kemudian masuk. Perlahan ia bangunkan gadisnya, dan segera meminumkan sedikit cairan itu. Ia mengecup puncak kepala gadis itu.

"Tidurlah. Semuanya akan baik-baik saja," ucapnya.

"Berjanjilah padaku," tutur gadis itu pelan, lalu kembali berbaring.

Sang ayah hanya bisa diam ketika putrinya berkata demikian. Ia menghela napas, lalu berjalan keluar dan beristirahat di kamar kosong.

≈≈≈≈≈

Pagi menjelang. Pria itu bangun terlebih dulu. Dilihatnya istrinya masih terlelap. Ia bangkit dengan malas, lalu pergi ke luar. Diintipnya lagi kamar putrinya itu. Ia juga masih terlelap. Ia masuk untuk memeriksa keadaannya. Tak ada perubahan dari semalam. Apakah obatnya tak berpengaruh? Ia menggelengkan kepala, lantas berjalan keluar. Baru saja ia hendak melangkah turun ke lantai bawah, langkahnya terhenti. Ia terkejut melihat air yang telah sampai tangga ketiga.

INTREPID [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang