No Earthquake

175 41 44
                                    

09:00 am

Aku berdiri mematung dengan baju kemeja hitam yang juga berkancing hitam, dan celana jeans biru sedang. Rambut kukepang dua, mata violetku bertemu dengan mata biru tua milik Reyynard. Neschris Reyynard, nama yang cukup mengundang rasa misterius dan indah.

Kembali aku membuka sistem silver ball ini. Rumah yang tadinya sempat berwujud kini telah hilang. Reyynard mengatakan bahwa aku bisa tinggal dengan rumah transparan tersebut di belakang halaman luas rumah Reyynard. Senang rasanya, aku bisa melihat dunia secara luas.

Reyynard membawa mobil hitam yang di dalamnya cukup untuk 5 atau 6 orang. Aku duduk di samping kemudi, dan Reyynard menyalakan mesinnya.

Katanya, perjalanan memakan waktu 5 jam. Reyynard menghidupkan musik yang begitu mengalun indah di telingaku, suara penyanyinya begitu emas. Terdorong rasa keingintahuan siapa penyanyi tersebut.

"Ini lagu siapa?" tanyaku pada Reyynard.

"Eh? Ini Brian Mcknight, judulnya Back At One, lagunya udah lama," ujar cowok di sebelahku ini. Pantas saja aku baru mendengarnya.

"Indah," gumamku.

Selama di perjalanan, kami membahas mengenai yang akan aku lakukan setiba di kota nanti.

"Kamu akan sekolah di tempat Senior High School aku dulu, masalah testing kamu akan mengikuti tes jalur IQ, tes ini digunakan untuk anak yang belum pernah menempuh pendidikan sebelumnya namun IQ nya sangat tinggi,"

Aku mengerutkan kening. "Memangnya IQ aku tinggi?"

Reyynard menolehkan pandangannya sekilas ke arahku. "Ya, tes aja dulu,"

Pepohonan mulai sedikit berkurang, menandakan bahwa sebentar lagi kami akan sampai di kota. Aku memainkan ponselku, dan melihat situs weather today untuk mencari tahu suhu udara sekarang ini. Karena aku merasa sedikit heran dan mengganjal, kenapa aku merasa suasana mendung ini bukan mendung seperti biasanya?

16 derajat celsius.

Aku menelan ludahku. Pikiranku menerawang.

Ini bukan biasanya.

60 meter dari arah utara, perlahan tanah meretak dan menimbulkan guncangan. Burung-burung beterbangan di bawah gelapnya awan sekarang ini. Aku bisa melihat Reyynard menatap pemandangan di depannya dengan kaget, lalu segera mengambil arah kemudi menuju barat laut.

Aku tidak banyak protes, dan tidak terlalu shock setelah melihat kejadian tadi. Reyynard sadar akan hal itu, wajar saja ia memandangku aneh ketika kami berhenti di suatu titik aman yang hanya kemungkinan kecil terjadi retakan tanah.

"Serr? Kamu ga terkejut?"

Aku hanya menatap lurus ke depan. "Hm?"

Tidak berapa lama kemudian, guncangan telah lenyap. Sekali lagi aku menelan ludah, menatap awan dengan pikiran yang melayang. 6 detik kemudian, lalu-lalang transportasi udara dengan beragam bentuk terlihat sangat jelas. Ada yang berbentuk oval, lonjong, bulat, persegi, dan lainnya. Reyynard sempat mencuri pandang, lalu menghela nafas.

Mesin mobil kembali dihidupkan.

π°π

Rumah berbentuk trapesium dengan balkon yang terlihat puncaknya cukup menimbulkan rasa penasaranku mengenai pesatnya teknologi zaman sekarang. Warna abu-abu muda dengan pot tanaman yang menghiasi sekitarnya menambah kesan manis pada rumah ini. Reyynard membukakan pintu mobil untukku, dan aku cukup terkejut diperlakukan seperti itu.

Sky Will EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang