"Ke gerbang sekolah yuk," ajak Andina ketika bel pulang sekolah berbunyi. Aku, Hexa, dan tentu saja Andika menyetujui ucapannya, lalu kami berjalan diantara lalu-lalang anak pulang sekolah.
Sesampai di depan gerbang, Andina dan Andika melambaikan tangan ke kami.
"Kami pulang dulu ya, bye bye,"
"Ya, dasar kapel." celetuk Hexa. Aku tertawa melihatnya.
"Jangan cemberut gitu dong, kita kan pulang sama."
Baru saja kami berjalan satu langkah, tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam berkilat yang pengendara nya sudah ku ketahui langsung membuatku menelan ludah.
Seorang cowok tampan berpakaian kemeja hitam dengan celana jeans hitam keluar dari mobil tersebut. Tingkahku sedikit kikuk. Kurasakan lirikan Hexa yang tengah menatapku tajam saat ini.
"Pulang yuk," ajaknya lembut. Uluran tangannya aku sambut, dan Hexa berdeham dua kali dengan nada yang sedikit kesal.
"Oh, gua ditinggalin nih?"
"Emm, maaf Hexa. Lain kali aja ya?"
Ekspresi kesal Hexa berubah menjadi tawa.
"Ya ampun lo, lo, hahaha! Santai aja kali, gua ga larang lo pulang bareng cowok lo kok,"
Aku sedikit memukul lengannya. Dia sedikit meringis.
"Yaudah, hati-hati ya?"
"Yaelah cerewet amat lo, gue bukan anak kecil!"
Aku merasa heran kenapa cowok di sampingku ini hanya diam saja ketika Hexa menggodanya. Namun segera kutepis rasa penasaranku, dan aku masuk ke dalam mobil.
Pintu mobil belum tertutup sempurna, sehingga aku mendengar sedikit pekikan dari Hexa.
"ASTAGA, APA CUMAN GUE SENDIRI YANG DITINGGAL JONES?!"
Aku terkikik geli.
Mobil melaju dengan kecepatan normal. Aku masih tertawa kecil mengingat tingkah Hexa tadi. Cowok yang sedang mengendarai mobil ini menolehku seraya tersenyum tipis.
"Cie, punya teman baru."
Tawaku langsung kuhentikan ketika mendengar suaranya.
"Memangnya kenapa? Envy?"
"Iya, apalagi teman kamu gesrek,"
"Hahaha, tapi dia itu cerewet juga,"
"Ga ada yang ganggu kamu tadi kan?"
Aku terdiam sejenak. Kembali kutatap lenganku. Reyynard mengikuti sorotan mataku.
"Serr, tangan kamu kenapa?!" tanyanya khawatir. Untung saat ini sedang lampu merah, jadi konsentrasinya tidak berbahaya jika buyar di saat sekarang.
Aku menggeleng lemah. Jujur, aku merasa aneh dengan diriku sendiri. Tulisan di tanganku tidak bisa dihilangkan.
Mobil kembali melaju, namun aku masih bisa melihat kekhawatiran dari wajah Reyynard. Tak lama, kami sampai di rumahnya.
Reyynard kembali melihatku dengan tatapan hangatnya. Dan, lihatlah! Ia mengelus puncak kepalaku!
"Ini, kenapa?"
Aku mengeluarkan butir mataku. Ketika setetes air mataku jatuh pada tulisan di lengan kananku, diriku perlahan bercahaya. Tentu hal ini tidak bisa diserap oleh akal sehat, sehingga Reyynard pun sedikit terlonjak.
Kami bisa melihat jelas bahwa pohon yang ada di halaman rumah Reyynard bergoyang hebat, dan itu artinya sedang terjadi badai angin sekarang.
Reyynard langsung membawaku ke dalam rumah tanpa memarkirkan mobilnya di garasi terlebih dahulu. Bersusah payah Reyynard melawan terjangan angin, namun aku hanya mengikutinya tanpa berkutik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Will End
Teen Fiction"Jangan memaksakan aku menjadi kalian, karena aku, bukan kalian," Ketika kendaraan menyemaraki tanah Klakson-klakson berdengung dibawa haluan udara Lampu-lampu kota menjadi bintang Disitulah aku berdiri Menatap langit dengan tatapan kosong Indahnya...