Fears, or emotional?

49 15 12
                                    

Bau apa ini?

Kulihat mata Cannon sedikit membulat, melihat pemandangan menjijikkan sepanjang hidup kami. Banyak tikus, semut, kecoak, hampir seluruh serangga mengerumuni daging-daging yang terlantar. Bahkan aku menemukan organ pankreas yang terpisah dari daging saling melekat.

Harusnya aku muntah bukan?

"Cannon, bisakah kau membawa beberapa daging dan organnya?"

Cannon menatapku bingung. "Pakai silver ball lo gabisa?"

Aku menepuk jidat. Untuk apa repot-repot mencari benda untuk tampungan? Kuaktifkan sistem plastik transparan, dan aku mengambilnya dengan santai seperti sedang mengutip gulungan kertas.

Sebuah pertanyaan terlintas dalam benakku. Apakah ini ibuku? Kenapa para petugas tidak menguburnya dengan layak? Kenapa mereka begitu tega menyiksa ibuku walaupun ia bukan bagian dari mereka?

Tapi setidaknya, ibuku makhluk hidup juga kan?

Cannon menelusuri ruangan gelap, kotor, nan lembab ini. Tak lupa kuhitung semua jumlah organ yang berserakan dan kumasukkan ke dalam plastik transparan. Cannon sempat bertanya.

"Buat apa lo ngutip organ-organ?"

Ngutip ya cara bicaranya, pfft. "Dijadikan eksperimen,"

"Lo nge-eksperimen tubuh ibu lo sendiri? Tega juga lo,"

Yah, setidaknya ia sudah mati. Lagian aku juga ingin menilik lebih lanjut, bagaimana kinerja sistem tubuh ibu sehingga ia memiliki kekuatan sama sepertiku? Tentu pemikiran ini tidak masuk akal dan berkesan kuno. Walaupun organnya tidak berfungsi kembali, semoga masih ada secercah harapan.

Tapi, tunggu dulu!

Organ hati nya tidak ada!

"CANNON! Kau ada melihat organ hati di sekitar sini?"

"Engga," jawab Cannon santai, seraya mengusap debu-debu yang mengepul di dinding.

Aku merasa ada yang aneh. Mengapa organ hati nya tidak ada? Apa ada seseorang yang memindahkannya? Ah, jangankan memindahkan, memasuki ruangan ini saja tidak ada yang ingin. Lalu, kemana organ hati itu pergi? Tidak mungkin kan, organ nya punya kaki?

"Udah siap ngutipnya belum?" Cannon membuyarkan lamunanku.

"Tunggu sebentar, organ hati nya tidak ada!"

"Lagian lo kan udah banyak dapetin organ, satu organ yang hilang kan gajadi masalah," kalimatnya ada benarnya juga sih. Namun, aku merasa kalau cara menghilangnya organ hati tersebut menandakan bahwa organ itu yang terpenting.

Setitik cahaya merah muncul di hadapanku. Semakin membesar, seolah-olah ingin meledak sekarang juga. Aku mundur beberapa langkah, dan berseru kepada Cannon.

"CANNON! AWAS!"

Dan benar saja, cahaya itu meledak dan menyebabkan alarm penjara terdalam aktif.

"Sial! Kita bisa ketahuan!"

"Tenang saja, kita kan pakai tameng," kataku mengingatkan.

"Tapi kan, tetap aja mereka nanti pada curiga apalagi pintunya lo buat rusak!"

"Ya sudah, ayo kita pergi darisini," kami melesat cepat hingga menuju lift yang semula kami gunakan.

Kulihat beberapa petugas berlarian dengan pakaian yang kelihatan seperti tabung mendekati ruangan penjara ibuku dengan was-was. Ekspresi mereka semakin terkejut mengetahui bahwa pintu yang terkenal keamanannya sangat kuat dapat hancur dan memperlihatkan isi dari balik pintu tersebut. Tatapan mereka sangat jijik, dan salah satu petugas ragu-ragu memasuki ruangan itu, lalu terkejut.

Sky Will EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang