Settling Down

18 2 0
                                    

Perusahaan ayah.

Masih berada di luar area—sudah terlihat beberapa orang berjas putih—kuduga mereka sekelompok ilmuwan—sibuk mondar-mandir mengangkat box berwarna cokelat berukuran sedang dari bagasi truk yang mengangkut nya. Aku tidak tahu pasti apa yang mereka angkut, tentu saja. Ditilik dari gerak-gerik, mereka terlihat seperti dikejar sesuatu.

Apakah ada perintah untuk melakukan eksperimen mendadak?

Entahlah.

"Bagaimana aku bisa masuk kesana?" Ny. Forrest menoleh ke arahku

"Ya, tentu saja tanpa membuat kegaduhan," tambahku seraya menaikkan alis.

Ny. Forrest menghidupkan kembali mesin mobil, kemudian memutari bangunan perusahaan itu sekaligus melewati beberapa ilmuwan yang masih sibuk mengurus box. Ia memutar stir nya—ke arah kanan.

"Kau bisa menyusup?"

"Ya?" Aku menoleh.

Ny. Forrest mematikan mesin mobil setelah mengambil tempat aman untuk parkiran nya. Dibuka nya pintu mobil, lalu menoleh ke arahku. "Kita harus cepat turun! Ini saat yang tepat bagi kita untuk menyusup."

Aku mengangguk. Kubuka pintu mobil, lalu ku tutup perlahan. Sengaja Ny. Forrest tidak mengunci pintu mobil, dikarenakan pasti akan menimbulkan bunyi bip-bip. Kurogoh silver ball—mengaktifkan sistem drone berbentuk bola kecil berwarna hitam pekat.

"Biarkan drone ini menuntun." Bola kecil hitam pekat itu melesat masuk melalui pintu belakang yang tak digembok. Layar transparan yang muncul dari silver ballku menampilkan kondisi beberapa lorong yang lengang—tak ada pekerja lalu-lalang yang lewat—karena mereka semua berkumpul di halaman depan.

"Aman?"

"Aman."

Tanpa basa-basi, kami menerobos masuk. Derap langkah kami menggema di setiap lorong yang kami lewati. Setelah tiba di lobi utama, kami melihat salah satu papan penunjuk transparan—di langit-langit lift. Informasi demi informasi kami telusuri—mulai dari urutan paling atas hingga paling bawah. Mencari informasi untuk dijadikan ruangan tujuan selanjutnya.

"Ada di lantai tiga." Ny. Forrest mengangguk.

Drone melesat terlebih dahulu menuju lantai tiga. Lorong-lorong disana juga lengang—sama lengang nya dengan seluruh lorong yang ada di lantai dasar. Kaki kami melangkah tanpa ragu menuju lift. Tapi sebelum itu, aku sudah meretas kontrol semua CCTV melalui silverball. Tak perlu belajar keras dalam hal meretas perangkat lunak melalui silverball ini,  karena panduan nya sudah ada tertera di bagian Tutorial Pemanfaatan Fitur Silverball.

Benda ini....

Canggih nya memang luar biasa!

Tapi, tunggu!

Kudengar banyak derap langkah yang arah nya menuju kami.

"Kalian dicegat!" Teriak salah satu suara bariton; terdengar familiar. Kutolehkan pandangan ku. Pantas saja! Dia salah satu pria yang pernah menculikku—ah, bukan. Maksudku pernah membawaku pergi serta Cannon mengunjungi bangunan ini yang pertama kali. Ny. Forrest membalikkan badan nya, lalu dengan tangkas ia mengacungkan pistol—yang entah sejak kapan sudah ada di balik pinggang nya—diacungkan ke hadapan lelaki itu. Otomatis, para ilmuwan yang berada di belakang lelaki itu juga mengacungkan pistol berwarna bening—sehingga bisa terlihat amunisi yang ada di dalam pistol tersebut. Kulihat jelas, amunisi yang ada bersifat cair—berwarna hijau pekat. Dapat kutebak, itu adalah pistol injeksi jarum...racun?

Sky Will EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang