There's Sky

36 8 0
                                    

Suara emergency kebakaran meraung di lorong sempit ini. Para budak Ayah berlarian tergesa-gesa, menuju gudang yang pintu nya telah 'dibobol'. Ya, aku berhasil keluar. Aku berhasil melarikan diri. Tidak ada yang menyadari bagaimana caraku melarikan diri. Tidak ada yang akan menyangka bahwa aku bisa melarikan diri.

Kini, posisiku berada di ujung lorong. Ada sebuah gerbang yang lumayan menjulang tinggi dan aku menerobosnya---menggunakan kekuatan petirku sehingga wujud gerbang ini menjadi tidak berwujud. Dengan segera kakiku berlari lincah; meninggalkan lokasi penyekapanku.

Aku tersenyum miring.

Flashback on...

Perutku telah terisi penuh. Kusembunyikan silver ball di sakuku yang paling dalam. Aku mengembuskan napas lega, pikiranku liar---bersemangat memikirkan cara untuk kabur darisini. Pandangan kulemparkan ke berbagai arah walaupun gelap. Tiba-tiba, ada sebuah cahaya berwarna ungu pudar, memberkas hingga ke iris bola mata violetku. Aku menunduk, kulihat lengan kiriku---seperti ada yang menggores tinta disana---membentuk tulisan tiga rangkai kalimat berupa 'They Will Die".

Keningku berkerut. Hey, ini kejadian dua kali ketika tanganku digores tulisan yang seperti peringatan! Pendar ungu pudar itu berpindah; menari-nari di telapak tanganku. Ketika kutengadahkan, selintas aliran listrik dan cahaya ungu pudar tersebut bersatu, terbentuklah orb yang berisi arus listrik.

Kutatap pintu gagah itu, lalu mataku beralih ke orb. Ini kesempatan! Aku bisa keluar darisini!

Tanpa ba-bi-bu, kulemparkan orb tersebut ke pintu, dan DUARRR! Akhirnya pintu tersebut luluh juga. Segera aku berlari ke sembarang arah, mencari ujung lorong melalui intuisi. Lima detik kemudian, muncullah suara emergency dan aku hampir tiba di ujung lorong.

Flashback off!

Sejenak aku berpikir, kemana aku akan pergi? Aku tidak tahu dimana keberadaanku sekarang---banyak bangunan terlantar diatas bukit yang kelihatannya tidak terurus. Kutatap langit yang berwarna orange keabuan, aku merasakan hal ganjil darisana. Tunggu, ada sebuah goresan kecil, sama hal-nya dengan goresan tulisan di tanganku. Namun, apa yang ditulis di langit berbeda dari tanganku.

Tulisan itu mengatakan....

"Different dimension, would you rather to choose one?"

Kemudian, ada lagi tulisan lain...

"Sky, or sea?"

Aku semakin tidak mengerti.

Langit tersebut seakan berkomunikasi denganku.

"Choose one!"

"Errhh, sky?" teriakku, spontan.

Tulisan-tulisan itu menghilang. Leherku terasa pegal karena menengadah terlalu lama. Ketika ingin melakukan gerakan relaksasi leher, tiba-tiba jantungku berdegup kencang, darah berdesir hebat, dan mataku tidak memercayai apa yang tengah kulihat. Loh, bukankah tadi aku berada diantara bangunan terlantar dan bukit tak terurus? Bagaimana bisa kini aku berada di jalan tol, dengan beberapa mobil lalu-lalang??? Argh! Leherku semakin pegal! Apa-apaan ini??!

Adalah tiga puluh detik aku menggerutu; mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Hingga aku tidak menyadari sebuah mobil dengan kecepatan tinggi akan menabrak apa saja yang ada di depannya. Mobil tersebut bolak-balik membunyikan klakson, tapi rasanya suara tersebut menguap di udara.

TIIIIIN! CKITTTT! Aku menjerit, badanku terlempar kuat ke arah samping, menubruk aspal dan baju punggungku tersobek panjang. Mataku melotot, mobil itu berhenti menyamping---asapnya mengepul ke wajahku.

Sky Will EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang