(sebelum membaca part ini mohon untuk membaca part "belajar menghargai" terlebih dahulu, agar ga ada salah paham lagi)
• Cristy Colliventyn
Ah sialan!
Aku merasa ingin segera terjun dari lantai 999 sekarang juga tanpa bantuan alat terbang tentunya, dapat ku rasakan jantung malangku seakan memberontak ingin keluar dari singgasana dimana ia bersemayam selama ini, udara-pun seakan menolak untuk mampir ke dalam rongga pernafasan yang seharusnya memang lebih baik tidak bernafas saja, dengan begitu aku akan lebih tenang seiring menunggu malaikat mengantarku ke depan pintu surga.
Namun sepertinya aku harus menjalani sesi neraka disini terlebih dahulu, di dunia yang penuh akan orang-orang berhati iblis yang salah satunya adalah sosok yang baru saja ku lihat dengan mata telanjang tanpa efek blur yang menyertai.
Ini mengerikan!
Kenapa mata ini sama sekali tidak tidak bisa di ajak bekerjasama, terlebih lagi isi otak-ku yang hanya memutar-mutar ulang kejadian tersebut bak kaset usang yang rusak, dan malangnya lagi akulah satu-satunya manusia berakal yang menyaksikannya tanpa di pungut biaya, secara sukarela? Oh... ayolah! dari banyaknya populasi rakyat korea mengapa hanya aku yang berada disini? Mana yang lain?! Menyebalkan!
Jujur...aku takut, meskipun aku terlihat banyak bicara dan terkesan menyebalkan saat ini. Percayalah aku tak mampu berkata-kata ketika kejadian sebelumnya menimpaku secara tiba-tiba, kejadian yang sungguh di luar akal bodohku... Laki-laki dengan paras bak pangeran kerajaan, berotak cerdas dengan iq yang tak tertandingi di sekolah, memiliki kesan ramah dan sangat mudah tersenyum tanpa halangan.
Tapi semua itu lenyap sudah!
Tolong buang pikiran baik kalian tentangnya, tolong! Dia seorang devil, percayalah padaku...ia bahkan tak layak untuk di sebut sebagai bangsa manusia, bahkan seekor babi pemakan kotoran pun jauh lebih baik darinya, ia kejam dengan pola pikir teraneh yang pernah ku temui, bisa-bisanya lelaki bergigi kelinci itu membunuh seorang gadis cantik dengan alasan di luar nalar, sampai sekarang saja aku masih tidak percaya bagaimana pola pikirnya terbentuk.Apakah faktor terlalu pintar dapat membuat seseorang menjadi sangat bodoh? entahlah, aku bertanya karna aku bukanlah golongan siswi pintar di sekolah, sebut saja aku si bodoh yang berusaha memahami anak pintar.
-Flashback-
Deruan angin dingin menusuk lapisan kulit terluarku hingga tak lagi dapat kurasakan hawa panas tanda kehidupan, dengan niat menghangatkan badan ku peluk erat tubuhku sendiri untuk mengiringi langkah pulang yang sampainya entah kapan, meskipun waktu sudah menunjukan jam 3 siang namun mentari tetap memilih setia berselimut lewat awan, butiran salju beberapa kali mengenai kulit kepalaku dan rasanya sangat mengganggu.
Kali ini pulang sekolah lebih cepat dari biasanya, entahlah aku tidak ingin menghabiskan waktu dengan penasaran akan hal yang membuatku senang, setidaknya setelah di rumah nanti aku dapat menikmati coklat panas beserta novel kesayangan yang belum habis ku jamah secara keseluruhan.
"huh..." ku gesekan dua telapak tangan degan cepat lalu ku sentuh kedua pipi kenyal yang hampir saja membeku oleh keadaan, salju semakin turun dengan membabi buta membuat bulu-bulu halus di tanganku berdiri di sertai gigi yang tiada henti bergeletuk menahan dingin.
Langkahku tetap berlanjut meski tidak dalam kondisi cepat, salju yang mengenai jalan membuatnya menjadi licin yang jika tidak hati-hati akan berimbas buruk pada punggung tak bersalahku, dengan wajah menunduk memperhatikan jalan ku lanjutkan perjalanan hingga berada di pertiga-an jalan sempit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Boy (Jungkook) °×°
FanfictionJeon Jungkook, seorang anak kecil yang tumbuh dari siraman air neraka,begitulah ungkapnya.. setelah masa-masa kecilnya di warnai oleh darah dari pisau yang tak mampu lagi ia jabarkan. Ia menangis,meringis,bahkan berteriak meminta keadilan dunia akan...