Bel pulang akhirnya berbunyi. Setelah menahan kantuk selama kurang lebih setengah jam,Vanessa akhirnya dapat membuka lebar matanya ketika bel berdentang dengan nyaring di telinganya. Ia tak sabar untuk menghampiri kasur kesayangannya di rumah. Tak lupa guling yang selalu setia menemani tidurnya. Karena sejujurnya,Vanessa tak bisa tidur tanpa guling.
Setelah guru yang mengajar keluar dari kelas dan Vanessa telah siap untuk pulang dengan menyandang tas-nya,ia pun melangkah keluar kelas tanpa menoleh pada Dania,Ardy,Felly,Farel,dan... David. Karena hanya mereka saja yang tersisa di dalam kelas. Yang lain sudah pulang lebih dulu.
"Vanessa! Kok lo malah ninggalin kita,sih?!" teriak Felly melihat Vanessa yang jalan dengan terburu-buru keluar kelas. Vanessa pun berbalik. "Yaudah buruan! Gue udah ngantuk berat ini,"
"Dasar kebo." sahut Dania. Dania berjalan menghampiri Vanessa yang sedang berdiri di ambang pintu lalu melingkarkan tangannya di pundak gadis yang tengah menahan kantuknya itu. Sesekali Vanessa menguap karena rasa kantuknya terus menyerang.
Felly,Ardy,Farel,dan David pun berjalan bersamaan keluar kelas. Diikuti oleh Vanessa dan Dania. "Lo ngapain ikut sama kita sih? Lo kan bukan anggota dari geng kita!" ketus Vanessa melirik David dengan sebal.
"Oh,bukan ya?" David merespon dengan tatapan datar.
Farel yang penciumannya sangat tajam bak ikan hiu,mulai mencium bau-bau tidak enak. Mungkin bau keteknya dia (?).
"Gue lagi cium bau-bau yang gak enak nih. Duh,kalian jangan mulai dong. Udah udah,gak usah berantem," lerai Farel.
Vanessa mendengus. "Siapa yang berantem sih,Farel!"
"Gak ada yang berantem,tai!" dengan sangat tega,Felly menjitak kepala Farel hingga sang empunya kepala meringis kesakitan dan beralih mengerucutkan bibir. "Dan lo sama sekali gak imut kalo lagi ngambek terus ngerucutin bibir lo kayak gitu. Jijik gue yang ada!" tambah Felly.
Dania dan Ardy kompak terkekeh melihat kelakuan-kelakuan sahabat mereka itu.
David berhenti melangkah. Sontak,yang lainnya pun ikut menghentikan langkah mereka. David melipat tangannya di depan dada,senyum sinis muncul di wajahnya sebelum ia mengatakan sebuah keputusan yang di mana keputusan itu membuat Vanessa ingin tenggelam saja saat itu juga. Namun sayangnya Vanessa berada di sekolah,bukan di laut. Jadi ia tak bisa menenggelamkan dirinya.
"Mulai saat ini,gue memutuskan untuk bergabung dengan geng kalian." ucap David.
Ketika Vanessa hendak angkat bicara,David terlebih dahulu memotongnya. "Gue gak terima penolakan."
Dengan sangat amat terpaksa,Vanessa akhirnya mengiyakan saja ucapan David itu. Walaupun David telah bergabung dengan geng mereka,Vanessa tidak akan pernah menganggap David adalah salah satu anggota dari geng itu.
"Gue duluan deh ya. Males lama-lama disini. Yang ada kepala gue mau pecah gegara denger keputusan dia barusan," Vanessa sengaja menekankan kata 'dia' dengan menunjuk ke arah David.
David pun tersenyum miring. Hatinya terasa sedikit terobati dengan melihat gadis yang ia kerjai merasa kesal olehnya.
Vanessa pun melanjutkan langkahnya dengan kaki yang sedikit dihentak-hentakkan. Ia merasa kesal! Sangat kesal! Bagaimana bisa bunglon india itu memutuskan sebuah keputusan secara sepihak? Dan parahnya,keempat sahabatnya hanya terdiam saja yang secara tidak langsung juga mengiyakan keputusan David itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
For You [COMPLETE]
Teen Fiction****** Rasa benci yang berlebihan, bisa saja berubah menjadi cinta. Itulah yang dirasakan oleh David dan Vanessa. Awalnya, mereka saling membenci satu sama lain. Tiap hari selalu berkelahi dengan masalah yang sepele. Namun, sejak kejadian 'itu'...