Vanessa tak peduli apa yang dipikirkan oleh Dania, Felly, Ardy, dan Farel sekarang ini perihal dirinya yang sedang memisahkan diri dari mereka. Intinya, ia sedang ngambek. Tapi... tunggu. Vanessa kesalnya, kan sama David. Kok ngambeknya sama mereka berempat? Ck, dasar Vanessa!
"Hai."
Sebuah suara bariton terdengar dengan jelas di telinga Vanessa. Suaranya terdengar asing bagi gadis itu. Vanessa pun memilih menghentikan sejenak melahap makanannya dan menghadap ke arah suara yang menegurnya barusan.
Ia dongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang yang kini berdiri di samping kirinya. Wajahnya terlihat familiar. Namun, Vanessa tak ingat siapa orang yang berada di sampingnya ini. Wajahnya bisa dibilang lumayan. Kulitnya putih, matanya agak sipit dan postur badannya tinggi. Semoga aja di perutnya ada kotak-kotaknya, ya(?).
Vanessa sempat terdiam sejenak dengan masih memandangi orang yang ada di hadapannya. Ganteng banget, Ya Allah! teriak Vanessa dalam hati. Tangannya menggenggam erat sendok dan garpu yang sedari tadi ia pegang. Dadanya berdebar-debar. Jantungnya deg-degan. Aduh,Vanessa sakit jantung ya? Eh,naudzubillah. Jangan sampai deh.
"Gue boleh duduk?" tanya orang itu. Mata Vanessa mengerjap beberapa kali,hingga akhirnya ia mengangguk dengan ragu-ragu.
Orang itu berjalan ke arah kursi yang berada di seberang Vanessa dan segera mendudukinya. Vanessa masih saja memperhatikan orang yang kini sedang minum jus jambu itu. Dan sebuah lengkungan tercetak di bibir Vanessa. "Nama lo siapa?"
Orang itu menghentikan aktivitas minumnya sejenak dan beralih menatap gadis yang ada di depannya. Ia tersenyum sebelum menjawab. Tangannya ia ulurkan ke hadapan Vanessa. "Kenalin. Gue Leonard Karrel. Panggil aja Karrel. Gue kelas XII IPA 1."
Kelas unggulan,ucap Vanessa dalam hatinya. Vanessa pun menerima uluran tangan dari cowok yang bernama Karrel itu. "Nama gue Vanessa. Lengkapnya sih,Briggita Vanessa. Gue kelas XI IPA 3. Salam kenal ya Kak."
Vanessa menyunggingkan senyum terbaiknya. Karrel pun begitu. Tangan yang tadinya saling berjabat akhirnya dilepas oleh keduanya. Mereka memilih untuk melanjutkan aktivitas masing-masing yang sempat tertunda tadi.
"Nama lo cantik. Persis orangnya," kata Karrel yang kini matanya menatap Vanessa. Senyuman terukir di wajah tampannya.
Vanessa mendongak. Menatap Karrel yang sedang menatapnya dengan senyuman. Vanessa mencoba untuk tersenyum walau terkesan kaku. "Ma-makasih,Kak."
"Gak usah kaku gitu. Santai aja." ucap Karrel dan melanjutkan meminum jus jambu-nya. Vanessa mengangguk pelan dan melahap mie ayam-nya kembali.
******
David menggeram. Amarahnya ia tahan sekuat-kuatnya agar tak meledak. Seragam yang terkena tumpahan es jeruk terlihat masih basah,belum kering.
Tiba-tiba saja,Tasya datang dengan membawa sebuah sapu tangan berwarna hijau. Ia tersenyum dan menghampiri David yang masih berdiri sembari memejamkan matanya. Ganteng banget oemji,kata Tasya dalam hatinya ketika memandangi setiap lekuk wajah David. Ia ukirkan senyum atas kekagumannya.
"Ehm. Hai,Dav. Tadi gue liat si Vanessa tumpahin es jeruk ke seragam lo. Dan dia gak mau tanggung jawab. Nyebelin banget sih,tu anak. Sabar aja ya,Dav. Si Vanessa emang gitu. Yaudah,karena kebetulan gue bawa sapu tangan,gue bantu lo buat lap seragam lo ya sampe kering. Oke?" Tasya menatap David dan beralih untuk mengelap seragam David yang terlihat masih basah itu.
David menghempaskan tangan Tasya dengan pelan. "Gak usah. Gue gak butuh lo buat lap seragam gue. Gue gak mau hutang budi sama lo."
Jleb. Kata-kata David yang menusuk terdengar di telinga Tasya. Hatinya terasa sakit untuk yang kedua kalinya. Tadi di kelas, ia dibiarkan begitu saja oleh David. Ditinggalkan dan beralih ke Vanessa. Dan sekarang,David tak butuh bantuannya hanya karena tak ingin hutang budi pada Tasya. Sebenarnya David ini maunya apa sih?

KAMU SEDANG MEMBACA
For You [COMPLETE]
Teen Fiction****** Rasa benci yang berlebihan, bisa saja berubah menjadi cinta. Itulah yang dirasakan oleh David dan Vanessa. Awalnya, mereka saling membenci satu sama lain. Tiap hari selalu berkelahi dengan masalah yang sepele. Namun, sejak kejadian 'itu'...