Happy reading!
******
Setelah makan, mereka berdua pun berjalan mengelilingi mall lagi. Saat melihat sebuah toko boneka, David pun berinisiatif untuk membelikan Vanessa sebuah boneka.
"Van, suka boneka gak?" tanya David sebelumnya, untuk memastikan.
Vanessa mengangguk. "Iya, suka. Kenapa?"
Mendengar jawaban itu, David pun tersenyum lebar. "Beli boneka yuk," ajaknya yang langsung menarik tangan Vanessa yang tidak memegang kantong plastik.
Saat mereka masuk ke dalam toko boneka itu, lagi-lagi Vanessa tak bisa menahan decakan kagumnya. Toko boneka ini benar-benar seperti dunia boneka!
Gadis itu lalu berjalan meninggalkan David sendiri di belakangnya. Vanessa mencari-cari boneka panda, kesukaannya. Tak perlu waktu lama untuk mencarinya, karena Vanessa kini telah berada di depan rak yang berisi penuh dengan boneka panda. Kembali, Vanessa mendecak kagum.
"Panda..." gumamnya sembari mengelus salah satu boneka panda berukuran mini. Matanya melihat-lihat ke rak berisi boneka panda tersebut. Ada banyak berbagai macam warna dan ukuran. Ada yang berwarna hitam-putih seperti panda pada umumnya, ada yang berwarna pink, ungu, biru, dan masih banyak lagi. Ukurannya pun ada yang mini sampai ada yang berukuran besar seperti Vanessa. Maksudnya, tingginya yang sama seperti Vanessa. Bukan besar badannya ya, readers.
"Ya ampun, ini lucu-lucu banget! Gue jadi bingung mau bawa pulang yang mana," monolognya. David yang ada di belakang gadis itu terkekeh.
"Ambil aja yang lo mau, Van. Asal jangan semuanya," sahut David. Vanessa menoleh ke belakang. "Tapi uang gue gak cukup nantinya. Mahal-mahal banget nih,"
"Gue yang bayarin. Kan, gue yang ngajakin tadi. Udah buruan," ujar David yang langsung membuat wajah Vanessa cerah, tidak murung seperti sebelumnya.
"Beneran?!" pekiknya. Untung saja toko ini tidak begitu ramai. David mengelus puncak kepala Vanessa dengan lembut. "Iya, beneran. Udah gih, pilih yang lo mau. Jangan semuanya ya,"
"Iya, iya.."
Vanessa pun mengambil dua boneka panda yang ukurannya tidak begitu kecil, namun juga tidak begitu besar.
"Udah nih. Yuk bayar," ucap Vanessa yang hendak berjalan menuju kasir. Namun sedetik kemudian, David menahan pergelangan tangannya. "Yakin mau ambil yang itu aja?"
Vanessa mengernyit. Sebenarnya sih, Vanessa pingin ambil juga yang ukurannya sangat besar. Tapi, ia tak ingin merepotkan David lagi. Jadi ia hanya mengambil boneka panda berwarna hitam-putih dan pink yang berukuran sedang saja.
"I--ya. Ya--yakin kok," ujarnya dengan terbata-bata. Kenapa gue jadi grogi gini sih! batinnya.
Akhirnya, dengan langkah yang semangat, Vanessa berjalan menuju kasir sembari membawa dua boneka panda pilihannya. Kemudian ia menaruh kedua boneka tersebut ke atas meja kasir.
"Ini aja, Mbak?" tanya kasir yang memakai seragam berwarna merah tersebut. Vanessa hendak mengangguk, namun tiba-tiba saja dari belakang gadis tersebut, seseorang menaruh juga boneka panda yang berukuran sangat besar.
"David?" ucap Vanessa kala melihat cowok tersebut yang menaruh boneka panda raksasa tersebut.
"Boneka ini juga, Mbak. Tiga-tiganya," jawab David tanpa menoleh ke arah Vanessa yang masih memandangnya dengan tatapan tak percaya.
"Lo beliin buat Alisa ya?" tanya gadis tersebut dengan polosnya. David rasanya ingin mencubit pipi gadis itu karena gemas, namun niat itu ia urungkan karena akan membayar ketiga boneka yang sudah dimasukkan ke dalam kantong plastik.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [COMPLETE]
Fiksi Remaja****** Rasa benci yang berlebihan, bisa saja berubah menjadi cinta. Itulah yang dirasakan oleh David dan Vanessa. Awalnya, mereka saling membenci satu sama lain. Tiap hari selalu berkelahi dengan masalah yang sepele. Namun, sejak kejadian 'itu'...