Gadis dengan rambut yang dikuncir kuda itu berjalan dengan santai menuju kelasnya yang berada di lantai 2 sambil bersenandung kecil.
Tak sampai 5 menit, ia pun telah berdiri di depan kelasnya, XI IPA 3. Kelas itu tampak sepi. Tak ada satu pun orang yang berada di kelas itu saat ini selain dirinya. Ya, dia sudah menduganya karena gadis itu selalu datang terlalu pagi ke sekolah.
Gadis itu pun berjalan menuju kursinya yang terletak di barisan ketiga dari depan. Ia mendaratkan bokongnya di kursi dan setelah itu ia menelungkupkan kepalanya di atas meja dengan tangan sebagai tumpuannya. Tak butuh waktu yang lama, gadis itu telah berada di alam bawah sadar.
******
"Vanessa!"
"Vanessa bangun, dong."
"Vanessa, ih!"
Seorang gadis yang duduk di sebelah Vanessa berusaha membangunkan Vanessa yang masih terlelap itu. Ia menepuk-nepuk pipi Vanessa agar segera terbangun namun Vanessa tak kunjung meresponnya.
"Vanessa bangun, dong. Kebiasaan, deh."
"Van? Bangun!"
Entah tepukan keberapa kali akhirnya Vanessa pun bangun dari tidur lelapnya. Ia mengucek-ngucek matanya sebentar. Setelah penglihatannya normal kembali, ia pun menoleh ke samping kirinya.
"Eh, Dania! Selamat pagi, Dania!" ucapnya sambil tersenyum, menampilkan sederet giginya yang putih.
"Pagi juga, Vanessa!" balas Dania--sahabat Vanessa sejak kelas 10.
"Lo udah lama? Sorry, ya. Gue ketiduran lagi, hehe,"
"Gapapa, lah. Gue juga baru dateng, kok. Oh ya, novelnya mana?"
Vanessa membuka resleting tasnya dan mengeluarkan novel horror yang dipinjamnya dari Dania kemarin. Ia pun menyodorkan novel itu ke arah Dania. "Nih. Makasi, ya!" ucapnya.
Dania mengangguk. "Sama-sama,Van. Eh iya, Felly kok belom dateng, sih? Katanya mau curhat. 15 menit lagi bel bakalan bunyi tapi, tuh anak belom keliatan batang idungnya."
"Mungkin dia lagi di jalan kali, Dan. Sabar aja,"
"Iya kali. Van,ntar sore temenin gue nge-mall, kuy!"
"Apa? Nge-mall? Pergi ke mall maksudnya?" tanya Vanessa tak paham.
"Iya, Van. Temenin gue, ya? Ntar gue traktir, deh!"
"Seriusan lo?! Demi apa?!"
"Demi anak kuda yang dilahirin sama emaknya hiu!"
"Emang bisa ya, anak kuda dilahirin sama hiu?"
"Ya gak bisa lah, Van! Aduh, otak lo kurang se-ons atau gimana, sih? Ah elah!"
Karena geregetan, Dania pun menyubit pipi Vanessa hingga Vanessa meringis. "Aduh, Dania! Lo kira pipi gue ini squishy? Enak aja nyubit-nyubit!"
"Apa hubungannya sama squishy ?"
"Ada, lah. Pipi gue kan, sama empuknya kayak squishy,"
"Serah lo, dah! Serah lo!" kesal Dania.
"Eh, tapi jadi, kan nanti lo traktir gue?"
"Iya bawel!"
"Berarti gue bisa beli cokelat banyak-banyak, dong. Yeay!!"
"Enak aja! Jan porotin uang gue juga kali, Van!"
"Iya iya. Paling juga ntar gue belinya sekresek,"
"Apa?! Ya Allah! Cokelat itu mahal Van! Tekor dong, gue kalo lo beli sekresek,"
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [COMPLETE]
Подростковая литература****** Rasa benci yang berlebihan, bisa saja berubah menjadi cinta. Itulah yang dirasakan oleh David dan Vanessa. Awalnya, mereka saling membenci satu sama lain. Tiap hari selalu berkelahi dengan masalah yang sepele. Namun, sejak kejadian 'itu'...