Happy reading!
******
Vanessa dan kawan-kawan berjalan bersama menuju kelas setelah mengisi perut mereka di kantin. Selama perjalanan dari kantin menuju kelas IPA 3, ada saja hal yang membuat mereka tertawa.
Tiba-tiba saja, ada orang yang menepuk bahu Vanessa dari belakang. Vanessa terlonjak kaget.
"Eh monyong!"
Vanessa keceplosan. Dirinya kalau kaget terkadang bisa jadi latah. Seperti tadi. Dania, Felly, Ardy, dan Farel yang sudah tau akan kebiasaan Vanessa seperti itu tak heran. Malahan, mereka menertawakan Vanessa dengan kata-kata yang diucapkannya. David juga tak dapat menahan tawanya ketika mengetahui kalau Vanessa bisa menjadi latah seperti itu.
"Lo kenapa pada ketawa, sih?!" omel Vanessa melihat semua yang menertawakan ia.
"Lagian, siapa sih, yang mukul pundak gu--" Vanessa membalikkan badannya ke arah belakang. Dan ia menutup mulutnya yang menganga dengan tangan kanannya setelah melihat orang yang ia kagumi akhir-akhir ini. Oh, bukan kagum aja. Tapi suka!
"Hai, Van! Maaf ya, udah bikin kamu kaget. Aku gak ada niatan buat ngagetin kamu tadi. Maaf ya, Van," ujar Karrel yang terlihat seperti menahan tawanya. Kalau ia tertawa kan, kasihan Vanessa jadi tambah malu.
"I--iya Kak. Ga--gapapa, kok." ucap Vanessa dengan sedikit terbata-bata. Vanessa tersenyum lebar hingga matanya menyipit.
Karrel yang melihat senyum di wajah gadis itu, ikut tersenyum juga. "Jadi, aku mau ngajakin kamu pulang bareng nanti. Kan kemaren kita gak jadi pulang bareng, makanya sekarang sebagai gantinya aku ngajakin kamu buat pulang bareng. Mau?"
Vanessa hendak menjawab, namun David langsung memotongnya.
"Ma--"
"Gak! Vanessa pulang bareng gue. Gue sama dia udah ada janji buat pulang bareng sekarang,"ucap David seraya merangkul pundak Vanessa.
Semua terkejut! Apalagi Vanessa. Matanya sudah melotot. Tangannya pun mengepal.
Apa-apaan sih, David! Gue kan, gak ada janji sama dia!
"Oh gitu. Yaudah deh, gapapa. Lain kali aja ya, Van. Kalau gitu aku balik ke kelas dulu. Bye, " ucap Karrel dengan menepuk puncak kepala Vanessa sebelum berlari ke arah kelasnya.
Vanessa menganga. Ia segera melepas rangkulan David dari pundaknya dengan kasar.
"Lo apa-apaan sih, Dav?! Gue gak ada janji sama lo! Kenapa lo bilang gitu ke Kak Karrel?!" kata Vanessa dengan rasa marah yang ia tahan.
Dania dan Felly menghampiri Vanessa lalu mengusap-usap pundak gadis itu untuk menenangkannya. "Udah, Van. Sabar,"
"Gak bisa, Dan! Dia ini nyebelin banget!" ujar Vanessa yang air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya.
David terlihat cuek. Ia memasukkan kedua tangannya di saku celana. "Gue kan, emang ada janji sama lo."
"Janji apa?!"
David memutar bola matanya dengan malas. Ni anak cepet banget lupanya. Jangan-jangan dia juga lupa sama tanggal lahirnya, batin David berkata.
"Udah, nanti juga lo tau. Intinya lo pulang bareng gue nanti. Gak ada penolakan!" ujar David lalu berjalan dengan santai ke arah kelas mereka.
Ardy dan Farel ikut menghampiri Vanessa. Mereka juga berusaha untuk menenangkan Vanessa.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [COMPLETE]
Roman pour Adolescents****** Rasa benci yang berlebihan, bisa saja berubah menjadi cinta. Itulah yang dirasakan oleh David dan Vanessa. Awalnya, mereka saling membenci satu sama lain. Tiap hari selalu berkelahi dengan masalah yang sepele. Namun, sejak kejadian 'itu'...