Happy reading!
******
Vanessa berjalan menuju kantin dengan tergopoh-gopoh. Ia ingin segera mengomeli seorang laki-laki yang bernama David. Sampai di kantin, tak perlu waktu yang lama bagi Vanessa untuk menemukan sahabat-sahabatnya itu. Mereka memilih duduk di kursi yang ada di pojok dekat dengan jendela. Vanessa melangkah dengan mantap ke arah sana sembari menahan kekesalannya.
Brak!
Vanessa memukul meja yang ditempati oleh kawan-kawannya. Mereka tentu saja kaget dengan Vanessa yang tiba-tiba datang lalu menggebrak meja.
"Ngagetin aja sih, Van. Ada apa?" tanya Ardy yang memasang ekspresi datar seperti biasa. Vanessa memanyunkan bibirnya dan itu terlihat imut di mata Ardy.
"David!! Kenapa lo coret cover tip-ex gue?!" tanyanya to the point sembari duduk di samping Ardy.
David yang tadinya sedang asyik bercanda bersama Farel dan Ardy, tiba-tiba diam dan menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? Emang gue coret apaan?"
"Lo itu gak usah sok pura-pura gak tau, deh. Lo ngapain nulis 'mulut bebek jelek' di cover tip-ex gue?!"
"Oh itu. Lo merasa tersindir?" tanya David dengan santai. Dania, Felly, Ardy, dan Farel hanya menjadi penonton perdebatan antara Vanessa dengan David.
"Menurut lo?!"
"Menurut gue? Iya lah!"
"Nah, itu lo tau! Gue merasa tersindir,"
"Ya bagus deh. Berarti lo mengakui kalau lo itu mulutnya sama kayak bebek yang tampangnya jelek!"
"Lo itu, ya!"
Vanessa merasa kekesalannya makin memuncak. Ia berjalan ke arah David yang duduk di hadapannya. Lalu, ia mencubit pinggang David dengan keras dan tanpa ampun.
"Rasain nih, cubitan maut gue!"
David mengerang kesakitan karena cubitan Vanessa yang begitu keras di pinggangnya.
"A--aduh! Sakit, Van! Ampun deh, ampun!" erangnya yang berusaha meraih tangan Vanessa untuk melepaskan cubitan, tapi Vanessa justru sudah melepaskan cubitannya lebih dulu.
Vanessa tersenyum menang. "Rasain tuh! Minta ampun juga kan, lo sama gue! Makanya, jan macem-macem sama gue,"
"Iya deh, iyaa..." ucap David pasrah.
"Lo sih, Dav. Pake ngusilin si Vanessa segala. Makanya, jangan macem-macem sama emaknya kalajengking!" imbuh Farel dengan meniru ucapan terakhir Vanessa namun sedikit menambahkan ejekan di ujung kalimatnya. Vanessa yang baru saja akan duduk di samping Ardy, berdiri tegak kembali dengan mata yang melotot.
"Emak kalajengking lo bilang?! Lo mau gue cubit juga, hah?!" ucap Vanessa dengan kasar. Farel menyengir dan membentuk huruf 'V' menggunakan jari telunjuk dan jari tengahnya. "Enggak, Van. Becanda doang, elah. Baperan amat sih, mbak."
Vanessa mendengus.
Ardy melihat Vanessa belum memesan apa pun. Sedangkan ia dan yang lainnya sudah memesan bahkan sudah menyantap makanan dan minuman mereka masing-masing.
"Lo belum mesan apa-apa, Van?" tanya Ardy dengan perhatian. Vanessa menepuk jidatnya. "Oh iya! Astaga, gue lupa. Yaudah, gue mau pesan makanan dulu."
Vanessa pun hendak beranjak dari kursinya, namun Ardy mencegahnya sehingga gadis itu terduduk kembali.
"Biar gue aja yang pesanin. Lo mau apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [COMPLETE]
Ficção Adolescente****** Rasa benci yang berlebihan, bisa saja berubah menjadi cinta. Itulah yang dirasakan oleh David dan Vanessa. Awalnya, mereka saling membenci satu sama lain. Tiap hari selalu berkelahi dengan masalah yang sepele. Namun, sejak kejadian 'itu'...