Happy reading!
******
"DAVIDDDD! INI RAKYAT BUM SEKUOT MAU MASUK! BUKAIN PINTUNYA DONG!"
Suara teriakan Felly yang kencang itu, sontak membuat seisi rumah terkejut. Tak terkecuali Rangga yang sedang asyik main game di kamar.
David pun sontak menutup telinganya, sedangkan Alisa sendiri langsung berlari ke arah ruang tamu untuk melihat siapa pemilik suara cempreng yang seenaknya berteriak di rumah orang.
"Ciapa cih, yang teliak-teliak di lumah lica?!" gadis kecil itu mengomel bak seorang ibu.
David sendiri juga langsung bergegas ke arah ruang tamu untuk membukakan pintu bagi teman-temannya. Setelah sampai, David pun membuka pintu tersebut dan terlihatlah anggota-anggota Boom Squad yang berdiri berjejer dengan rapi di teras rumahnya. Semuanya tersenyum dengan lebar ketika pintu terbuka, kecuali Vanessa.
Gadis itu masih sibuk memperhatikan rumah David dengan mulut yang sedikit terbuka.
"Ayo masuk," ajak David pada teman-temannya tersebut. Mereka pun masuk ke dalam ruang tamu David yang bisa dibilang ukurannya dua kali dari ruang tamu mereka, dan tentunya mewah.
Sedangkan Vanessa sendiri masih terbengong di teras rumah David, tak menyadari jika yang lainnya sudah masuk. David terkekeh melihat gadis itu yang masih terkagum dengan rumahnya, ah ralat. Rumah Papanya.
David yang tadinya berdiri di ambang pintu, akhirnya memilih untuk berjalan mendekati Vanessa. Ditepuknya bahu gadis itu ketika Vanessa membelakangi dirinya. Vanessa berjengit, tentu ia kaget. Reflek, dia memutar badannya ke belakang dan kepalanya pun terbentur dengan dada bidang David. Ia mundur selangkah untuk menciptakan jarak.
Vanessa mengelus dahinya yang tadi menabrak dada David. Lagi-lagi David terkekeh karena gadis yang di hadapannya ini.
"Eh, elo, Dav. Ngagetin aja sih," ucap gadis itu dengan cengiran khas-nya.
"Ga mau masuk?" tanya David yang kini malah maju selangkah, dan kemudian ia menurunkan tangan Vanessa yang tadi mengusap dahi, digantikan oleh tangannya yang kini mengusap dahi gadis bermata sipit itu.
Vanessa tertegun dengan perlakuan David yang menurutnya tak biasa ini. Ia pun menjawab pertanyaan David dengan terbata-bata karena rasa gugup yang melandanya kini.
"I--i--iya.. Ini gu--gue masuk," ucapnya dengan terbata. David tersenyum manis. Oh Tuhan! Ada apa dengan laki-laki tengil di hadapan Vanessa sekarang?! Kenapa senyumannya membuat Vanessa ingin terbang ke angkasa, Tuhan?
Tak tahan dengan senyuman David yang terus terpahat di wajah tampannya, Vanessa pun ikut tersenyum dengan lebar hingga matanya menyipit, khas Vanessa.
Keduanya saling menatap satu sama lain dengan senyum di wajah mereka masing-masing. Entah sejak kapan, tangan David yang tadinya mengelus dahi Vanessa, kini malah turun dan menggenggam tangan Vanessa. Dan entah Vanessa sadar atau tidak, Vanessa justru mengeratkan genggaman tangan David yang berada di sela-sela jarinya.
Tolong, siapa pun yang bisa, hentikan waktu sekarang juga!
Tak berselang lama kemudian, wajah usil Farel, menyembul dari balik pintu.
"Ehem! Mau sampe kapan sesi tatap-tatapannya Mas David dan Mbak Vanessa?" usik Farel yang mengganggu waktu Vanessa-David.
Kedua insan yang tadinya tatap-tatapan, segera menoleh ke arah Farel. Yah, ketangkep, deh!
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [COMPLETE]
Teen Fiction****** Rasa benci yang berlebihan, bisa saja berubah menjadi cinta. Itulah yang dirasakan oleh David dan Vanessa. Awalnya, mereka saling membenci satu sama lain. Tiap hari selalu berkelahi dengan masalah yang sepele. Namun, sejak kejadian 'itu'...