19 = Guru Private

136 7 0
                                    

Happy reading!

                          ******

Siang yang cerah. Matahari begitu terik. Panas yang menyengat kulit. Debu-debu bertebaran di sana-sini. Polusi dari asap-asap kendaraan mengepul dimana-mana. Jalanan macet. Dipenuhi oleh kendaraan dan para pejalan kaki. Suara klakson pun saling bersahut-sahutan.

Hal itu membuat Vanessa malas pulang di jam seperti ini. Biasanya ia akan pulang ketika sekolah mulai sepi dan hanya menyisakan beberapa orang saja.

Namun, tidak untuk hari ini.

Ia akan pulang bersama David dikarenakan Karrel yang seharusnya mengantarkan Vanessa pulang, tidak dapat mengantar Vanessa. Karena Karrel sang Ketua OSIS, akan menghadiri rapat OSIS yang di mana ia harus hadir di rapat itu.

Vanessa menghela napas pasrah. Sebenarnya ia bisa saja pulang sendiri memakai angkot. Tapi kan, angkot di jam segini pastilah penuh. Ardy dan Farel sudah pulang duluan. Dania yang biasa membawa mobil, hari ini dijemput oleh Kakaknya dan itu memakai motor. Tak mungkin jika Vanessa akan nebeng pada Dania. Mau duduk dimana dirinya. Di roda? Kan tidak. Felly sendiri masih mengikuti ekskul Bahasa Jerman.

Ah, memang sial nasibnya hari ini.

"Heh, Bebek! Sampe kapan lo mau berdiri sambil manyun gitu di pinggir jalan?"

David menegur Vanessa dari dalam mobil yang kaca jendela penumpangnya di buka oleh David, untuk mempermudah ia berbicara pada gadis itu.

Vanessa tersentak. Namun itu tak berlangsung lama. Gadis itu langsung masuk ke dalam mobil David dan duduk di kursi penumpang sebelah kursi pengemudi dengan masih manyun.

"Manyun mulu. Gasuka gue nganter lo pulang?"

"Iya!" jawab Vanessa ketus.

"Yaudah, turun. Ngapain lo naik terus duduk di mobil gue?"

"Hish! Nyebelin banget sih, lo! Kak Karrel kan, udah nyuruh lo buat nganter gue!"

"Bodoamat. Kalau lo gak mau, yaudah turun aja,"

"Yaudah yaudah yaudah! Gue mau!"

David tersenyum sinis. Sedangkan Vanessa makin mengerucutkan bibirnya.

Alunan lagu dari BTS--Answer : Love Myself yang nadanya sangat enak di dengar di telinga, sedikit membuat perasaan Vanessa membaik. Sesekali Vanessa ikut bernyanyi. Suara Vanessa yang merdu itu membuat David ikut menikmati lagu berbahasa korea tersebut. Sesekali David mengangguk-angguk mendengar lagu dan suara Vanessa yang ikut bernyanyi tersebut.

"Suara lo lumayan juga. Les nyanyi di mana?" tanya David.

Vanessa berhenti bernyayi dan menoleh ke arah David.

"Gue gak les nyanyi. Gue belajar sendiri. Dulu pas SMP gue ikutan paduan suara, tapi pas SMA gue males ikut lagi," jelas Vanessa. David mengangguk mengerti. "Suka dance juga?"

"Suka, gue juga ikut ekskul dance di sekolah, jadi ketua malah," ucap Vanessa dengan percaya diri.

"Tapi belakangan ini gue males latihan, jadi yang ngajar dan ngawasin si wakil ketuanya,"

"Ketua kok, males," sahut David dengan tertawa kecil.

"Ya abisnya gimana, dong. Tugas banyak coeg,"

"Pinter-pinter atur waktu aja, Van. Pasti bisa kok,"

"Hmmm, iya iya,"

"Kalau lo latihan, gue boleh ikut nonton gak?"

For You [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang