Happy reading!
******
Vanessa menuruni anak tangga dengan semangat. Ayah dan Bundanya sudah duduk di depan TV ruang keluarga. Setiap malam, mereka bertiga pasti akan berkumpul bersama karena sejak pagi hingga petang, mereka sibuk dengan urusan dan pekerjaan masing-masing, maka malamlah menjadi family time bagi mereka.
Melihat anak semata wayangnya yang berjalan menuruni tangga dengan semangat, sang Bunda pun menegur Vanessa agar berhati-hati. "Vanessa, pelan-pelan turunnya. Nanti kamu jatuh, sayang,"
"Iya Bun, iyaaa," ucap Vanessa lalu duduk di tengah-tengah, di antara kedua orang tuanya.
"Gimana sekolah kamu hari ini, Vanessa?" tanya Rudy sang Ayah. Rudy sangat menyayangi Vanessa dan ia setiap hari selalu menanyakan bagaimana perkembangan Vanessa di sekolah. Ia khawatir dan tidak suka jika Vanessa mendapat sebuah masalah di sekolah.
"Baik kok, Yah," jawab Vanessa seadanya lalu mencomot pisang crispy dengan taburan susu vanilla dan keju hasil olah tangan Kezia.
"Eh, itu di kulkas kok, banyak banget cokelat sih, Van? Dibeliin sama Dania lagi? Cokelat yang kemaren pas dibeliin Dania sebelumnya emang udah habis?" tanya Kezia dengan memborong tiga pertanyaan sekaligus kepada Vanessa.
"Ehm, iya. Cokelat dari Dania kan, udah habis, Bun. Terus cokelat yang di kulkas sekarang itu dibeliin sama temen Vanessa, tapi bukan Dania. Lumayan, supaya kulkasnya juga ga sepi-sepi amat. Vanessa juga bisa makan cokelat tiap hari deh," ucap Vanessa setelah menelan kunyahan pisang crispy-nya.
"Kamu itu ya, cokelat mulu! Gak takut gendut? Gak takut kalau gigi kamu rusak?" omel Kezia. Vanessa hanya nyengir.
"Kalau gendut, ya Nessa diet lah, Bun. Kalau gigi rusak, ntar Vanessa pake gigi palsu aja," jawab Vanessa asal.
"Kamu ini, Van. Asal ngomong aja," sahut Rudy sambil tersenyum. Ia mengelus rambut putri semata wayangnya dengan penuh kasih sayang.
"Ayah tau aja deh," ucap Vanessa sembari tersenyum hingga matanya menyipit.
Ketiga keluarga kecil itu pun asyik dengan perbincangan mereka. Larut dalam kehangatan suasana kekeluargaan, juga candaan yang sewajarnya. Vanessa bersyukur bisa memiliki keluarga kecil seperti ini. Dan ia selalu berdoa, agar keluarganya tetap utuh dan selalu harmonis.
******
Hari ini hari minggu. Hari terbaik dari hari-hari yang lain menurut Vanessa. Karena di hari ini, ia bisa tidur sepuasnya, melakukan karaoke semaunya, main hp, dan banyak hal lainnya. Terlebih juga esok tak ada tugas yang akan dikumpulkan, maka hari minggu ini pastilah akan menyenangkan.
Vanessa bangun dari tidur nyenyaknya lalu beranjak untuk mandi. Setelah mandi dan berpakaian, ia menuju dapur seperti biasanya, sarapan. Di meja makan tak ada Ayah dan Bunda. Vanessa mengerutkan kening. Tumben sekali orang tuanya belum bangun. Vanessa mengangkat bahu.
Karena susu dan roti untuk sarapan belum siap, Vanessa pun hendak membuat sarapan itu. Ia hendak membuka kulkas untuk mengambil bahan-bahannya namun sebuah kertas tertempel di pintu kulkas itu menarik perhatiannya. Oh, rupanya itu pesan dari Kezia.
"Ih,Bunda sama Ayah pergi ke rumah Oma gak bilang-bilang! Kan Vanessa pengen ikutttt," ucap Vanessa dengan nada yang merajuk seperti anak kecil. Ia mengerucutkan bibirnya.
"Yaudah deh. Mumpung gak ada Bunda sama Ayah, kayaknya asyik kalau gue karaokean di kamar, huehehe," kekehnya sembari mengolesi roti dengan selai cokelat favoritnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [COMPLETE]
Fiksi Remaja****** Rasa benci yang berlebihan, bisa saja berubah menjadi cinta. Itulah yang dirasakan oleh David dan Vanessa. Awalnya, mereka saling membenci satu sama lain. Tiap hari selalu berkelahi dengan masalah yang sepele. Namun, sejak kejadian 'itu'...