16 = Vanessa PMS

167 8 0
                                    

Happy reading!

                         ******

Vanessa menghentak-hentakkan kakinya saat berjalan melalui koridor sekolah. Wajahnya sangat tidak bersahabat. Bibirnya pun terus ia kerucutkan. Kedua tangannya memegang tali tasnya. Rambutnya yang dikucir satu bergoyang ke kanan dan ke kiri.

Sampai di kelas, ia langsung menuju kursinya dan meletakkan tasnya. Setelahnya, ia duduk dan mengeluarkan hp-nya dari saku seragam. Vanessa membuka aplikasi youtube dan menonton video-video yang ia simpan secara offline untuk membunuh rasa bosannya.

Beberapa menit kemudian, teman-temannya mulai berdatangan satu persatu. Yang tadinya ia sendiri di dalam kelas, kini sudah ada beberapa teman-teman lainnya yang mengisi. Vanessa bosan, ia memasukkan hp-nya kembali ke dalam saku seragam. Ia hendak ke kantin untuk membeli jajan karena perutnya tiba-tiba saja keroncongan lagi. Padahal sebelum berangkat, ia sudah sarapan nasi goreng dua piring ditambah susu cokelat juga dua gelas.

"Laper lagi gue. Kantin ah."

Vanessa beranjak dari duduknya untuk segera menuju kantin. Sampai di kantin, ia segera membeli beberapa snack dan sebotol air mineral. Waktu masuk ke dalam kelas masih lama, Vanessa pun memilih untuk makan di kantin.

Kursi yang ada di sebelahnya bergeser, pertanda ada orang yang akan menempatinya. Vanessa seperti biasa merasa cuek. Ia asyik memakan jajan-jajan yang ia beli dengan sesekali meneguk air mineralnya.

"Pagi, Vanessa," sapa orang yang ada di samping Vanessa. Suaranya yang berat dan tak terdengar asing di telinga Vanessa, gadis itu pun menoleh ke arah kanannya dan mendapati Karrel sedang duduk dengan nasi goreng di hadapan laki-laki tersebut.

"Eh, pagi juga, Kak!" sapa Vanessa balik dengan ceria.

"Apa kabar?" tanya Karrel berbasa-basi. Cowok itu menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya lalu kembali menoleh ke arah Vanessa. Vanessa menjawab dengan sembari mengunyah jajannya. "Baik kok, Kak. Nih, lihat! Aku aja sampe senyum-senyum gini. Kakak sendiri apa kabar?"

"Baik juga. Oh iya, kemarin jadi pulang bareng David?"

"Iya, jadi. Tau gak Kak, kemarin ya, ternyata David mau beliin aku cokelat! Dia baik ya, ternyata," ujar Vanessa. Untuk kali ini aja, ia memuji David di hadapan orang lain. Tidak untuk besok-besok.

"Hmm,"gumam Karrel. Sejujurnya, Karrel tak suka jika Vanessa dekat-dekat dengan David, karena...

Karena...

Karena...

Ah, sudahlah.

"David itu beneran sepupu Kakak?"

"Iya. Kenapa?"

"Gapapa sih, Kak. Cuma... Gak nyangka aja gitu kalo Kakak sepupuan sama David," ucap Vanessa dengan polosnya.

"Hahaha!"

Karrel tertawa dengan lepas karena kepolosan Vanessa. Vanessa sendiri menggaruk tengkuk kepalanya yang tak gatal, lalu beralih memandangi Karrel yang sedang tertawa. Ah, rasanya bahagia dan suka gitu lihat Karrel ketawa dengan lepas. Hati Vanessa jadi adem gimana gitu.

"Ehehe," Vanessa membalas dengan kekehan.

"Kak, aku ke kelas dulu ya. Udah ditunggu sama temen-temen," alibi Vanessa. Padahal sih, dia pingin lama-lama di sini, di samping Karrel. Tapi karena ia melihat Tasya yang memasuki kantin, membuat Vanessa berjaga-jaga agar tidak dikerjai oleh gadis itu lagi.

"Kok cepet banget? Kita baru aja ngobrol," ucap Karrel dengan kecewa.

"Kapan-kapan kita ngobrol lagi ya, Kak. Sekarang aku mau ke kelas dulu, nih," ucap Vanessa. Sekarang, bukan Tasya saja yang memandanginya dengan tatapan tidak suka ketika melihat dirinya bersama Karrel, tapi anak-anak yang berada di kantin pun menatap Vanessa dengan raut tidak suka.

For You [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang