Happy reading!
******
"Ish,jangan berantakin kamar gue dong,Fel.. Ntar gue capek beresinnya," omel Vanessa saat melihat Felly yang loncat-loncat di atas kasurnya dan menyebabkan sprei kasur Vanessa menjadi kusut. Dania sendiri asyik menonton drakor di laptop Vanessa dengan duduk di tepi kasur Vanessa pula.
"Gapapa. Gue seneng ngeliat lo capek. Huahahaha!" ujar Felly dengan tawa yang menghiasi ujung kalimatnya. Vanessa sendiri pasrah sudah melihat kamarnya yang sekarang seperti kapal pecah. Begini nih, kalau Dania dan Felly sudah berkunjung ke rumahnya, apalagi kalau sudah berdiam di kamar Vanessa. Hancur sudah isi kamar Vanessa.
"Eh, kok lo berenti sms-an sama David? Habis pulsa?" tanya Felly yang kini sudah duduk di tepi kasur. Vanessa pun yang awalnya berdiri,memilih duduk di samping Felly. "Hooh. Lagian males juga sms-an sama si bunglon itu. Bisa naik darah gue lama-lama. Ngeselin sih!"
"Sabar ya,Van. Hehe," Felly mengelus pundak Vanessa.
"Eh, gue sampe sekarang belum paham kenapa lo manggil dia bunglon. Kenapa sih?" tanya Felly penasaran. Oke,sifat kepo Felly kini sudah muncul. Vanessa menarik napasnya sejenak dan menghembuskannya kasar. "Gak tau juga sih. Tiba-tiba aja tercetus gitu di otak gue. Mungkin karena dia kelakuannya suka berubah-ubah."
"Berubah-ubah gimana maksud lo?"
"Ya gitu. Sekarang baik, nanti lima menit kemudian jadi ngeselin. Terus berubah lagi jadi baik, beberapa menit berubah lagi jadi ngeselin. Kan kayak bunglon gitu. Bedanya kalo bunglon yang berubah warnanya, kalo dia kelakuannya."
"Yeee,bisa aja lo mah!" Felly menepuk pundak Vanessa sembari terkikik.
"Serius amat sih,mbak Dania nonton drakornya!" ejek Vanessa dengan mencoel-coel bahu Dania. Dania menepisnya dengan halus. "Jan ganggu gue dulu. Lagi asyik,nih!"
"Sensi amat dah," sahut Felly. "Eh,nyokap lo ada di toko kan?" tanya Felly kembali pada Vanessa. Vanessa pun mengangguk.
"Yaiyalah. Dimana lagi coba. Kenapa emang?"
"Gue pingin beli kue buatan nyokap lo. Anterin gue ke toko dong," ucap Felly dengan manja. "Boleh. Sekalian gue juga mau numpang wifi-an. Kuota gue habis juga,"
"Gak modal lo,Van!"
"Biarin. Like-like Vanessa dong. Jadi gak nih?"
"Jadilah. Dania, lo ikut kagak?"tanya Felly. Dania hanya membalas dengan deheman dan kemudian menutup laptop Vanessa. Ketiga remaja itu pun beranjak keluar dari kamar Vanessa.
"Eh,kalian ke sini naik mobil sendiri-sendiri at--" belum saja Vanessa selesai bertanya, Dania dan Felly sudah menyahut duluan. "Dianterin sama sopir!" jawab mereka dengan kompak.
"Biasa aja kali,astaga. Yaudah, kita berangkat bareng Pak Abdul." putus Vanessa ketika mereka mulai menuruni anak tangga.
"Yaiyalah. Sama siapa lagi kalau bukan Pak Abdul. Lo kan,gak bisa nyetir mobil. Motor pun enggak bisa," sahut Felly yang membuat Vanessa ingin menendang gadis bermata sipit itu ke laut. Namun hal itu ia urungkan karena rumahnya jauh dari laut.
"Mulut lo minta diremas ya,Fel," kali ini Dania menyahut. Felly nyengir. "Jangan dong,Dan. Mulut gue terlalu bagus buat diremas."
"Serah lo,Fel."
******
Mereka sampai di depan toko kue milik Bunda Vanessa. Toko kue yang terlihat menarik karena hiasannya yang lucu-lucu dan menggemaskan itu sangat ramai dengan pembeli. Vanessa tentu saja tersenyum bahagia melihat kerja keras Bundanya selama ini akhirnya membuahkan hasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [COMPLETE]
Teen Fiction****** Rasa benci yang berlebihan, bisa saja berubah menjadi cinta. Itulah yang dirasakan oleh David dan Vanessa. Awalnya, mereka saling membenci satu sama lain. Tiap hari selalu berkelahi dengan masalah yang sepele. Namun, sejak kejadian 'itu'...