35 = Kita (END)

222 8 0
                                    

Happy reading!

******

"Satu, dua, tiga!"

Ketiga perempuan itu berlari mengelilingi lapangan di kompleks perumahan Dania. Awalnya, Felly yang memimpin di depan. Namun, saat di pertengahan, Vanessa mempercepat laju larinya dan akhirnya sampai di garis finish lebih dulu.

"Yey! Woohoo!" teriaknya sembari mengangkat kedua tangannya ke atas. Gadis itu bersorak dengan melompat-lompat kecil. Senyumnya yang lebar membuat kedua matanya menyipit.

"Aduh, nyerah gue kalo lomba lari. Kaki gue gak kuat, anjir," keluh Dania. Memang gadis itu lemah di bidang olahraga lari. Tapi kalau sudah menyangkut rumus, otaknya langsung bekerja begitu cepat.

"Kayanya gue mau diet aja supaya bisa ngalahin Vanessa kalo lomba lari kaya gini lagi," ujar Felly yang ngos-ngosan.

"Rajin-rajin latihan aja, Fel. Kan bisa tuh, lo berangkat sekolah tapi lari dari rumah," cetus Farel yang kemudian dihadiahi jitakan oleh Felly.

"Udah, udah. Sekarang kita istirahat dulu aja." lerai Vanessa yang kemudian menarik kedua tangan Dania dan Felly lalu menuntun kedua gadis itu untuk duduk di bawah pohon yang rindang. Tak lupa diikuti oleh David, Ardy, dan Farel.

Sambil menyelonjorkan kaki mereka yang lelah sehabis lomba lari, mereka berbincang-bincang mengenai kenaikan kelas 12 nanti. Dania bilang, ia akan mengikuti banyak bimbel untuk hasil yang maksimal saat kelas 12. Lalu, Farel bilang ia tidak akan terlalu serius belajar karena ia yakin jika ia pasti lulus. Adapula Vanessa yang sudah berencana akan membuka sebuah usaha untuk menambah uang jajannya dan ikut bimbel di malam hari.

"Kalian gak haus? Gue haus, nih. Mau beli minum di warung depan. Ada yang mau nitip gak?" tawar David. Semuanya langsung mengangguk dan siap menyebutkan pesanan masing-masing.

Setelah semua memesan, David pun berdiri. Hendak berjalan ke warung untuk membeli semua pesanan tersebut.

"Udah semua, nih? Yaudah, kalo gitu gue beli dulu." ujarnya yang kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan kelima orang tersebut.

"Cepetan ya, Dav!" teriak Felly yang kemudian di sahuti oleh Farel dengan suara yang disama-samakan dengan suara gadis itu. "Hati-hati ya, Dav!"

"Apaan sih, corong bensin. Ngikut aja!" dengusnya yang membuat lainnya terkikik.

"Dih, suka-suka Kang Daniel, lah!" bela Farel dengan menaik-turunkan kedua alisnya. Membuat Felly bergidik dan menjuhkan diri dari Farel yang memang kebetulan duduk di dekatnya.

Dania, Ardy, dan Vanessa hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan dua sahabatnya itu yang tak pernah akur. Selalu saja ada yang diributkan.

"Kalian tuh, dikit-dikit berantem. Ntar saling suka, tau rasa, deh," kata Dania. Felly mendelik. "Idih, najis ya, amit-amit. Level gue tinggi!"

Merasa direndahkan oleh Felly, Farel pun membalas, tak ingin kalah. "Heh! Gue juga gak mau ya, sama mulut toa kaya lo! Level gue juga tinggi! Kayak Park Jihyo TWICE!"

"Gue gak nanya keleus,"

"Ya gue cuma ngasih tau aja keleus,"

"Ya tapi gue gak peduli,"

"Yaudah, siapa juga yang mau dipeduliin,"

"Lah, kenapa situ jadi sewot, sih?"

"Lah, kan situ duluan yang sewot. Gimana, sih,"

"Eh, gue kan--"

Malas mendengar keributan antara Felly dan Farel yang tak ada habisnya itu, Vanessa pun beranjak dari duduknya. Lebih baik dia pergi ke warung menyusul David. Ia lupa tadi mengatakan pada David jika ia ingin membeli Gerry Salut Malkist rasa cokelat.

For You [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang