Bagian Enam
Bahkan sampai bel pulang berbunyi pun, topik mengenai siapa yang mempunyai suara emas itu masih menjadi pembicaraan hangat di SMAN 7. Sepanjang koridor banyak yang membicarakan si pembaca surah An-Naba' pagi tadi.
Meninggalkan kehebohan tentang pemilik suara emas itu, di kelas 12 ESC semua murid tampak khusyuk berdoa. Setelah dirasa cukup, doa pun diakhiri oleh Septiyan-- si ketua kelas, barulah mereka berhamburan keluar kelas sembari menaruh buku tugas fisika di meja wakil ketua kelas, untuk dikumpulkan. Namun, masih ada beberapa murid yang belum keluar dari kelas. Ada yang masih melaksanakan piket untuk esok, ada juga yang masih memasukkan buku ke dalam tas.
__________
"Eh, sumpah tadi pagi itu suaranya siapa sih? Kok merdu banget, kayaknya murid deh bukan guru." ujar si cewek bermata sipit pada cewek didepannya.
"Iya, tapi siapa?" sahut temannya,
"Nggak taulah, emangnya gua nge-follow dia apa? Tapi gue penasaran deh, sama dia." balas cewek bermata sipit agak ketus, lantas mereka berdua berjalan melewati Kevlar dan Nuril.
Kevlar yang tengah berjalan dengan Nuril pun berkata, "Ampun DJ!! Seantero SMA masih pada ngomongin suara berlian Ketua Rohis tadi pagiiii?" Keluh Kevlar dengan mengacak rambutnya.
"Suara emas kali, mana ada suara berlian. Ngaco banget kamu, Vlar!" sahut Nuril dengan melirik Kevlar.
"Yeeh!! Emas mah murah kali, mahalan berlian. Sekarang aku nanya, emak kamu lebih suka emas apa berlian coba?" Jawab Kevlar sewot.
"Emaslah," balas Nuril mantap.
"Berarti emak kamu masih jadul tuh, masih aja milih emas." ledek Kevlar,
"Serah kamu aja deh," ujar Nuril dengan memutar matanya jengah.
"Si Madani itu bakalan jadi trending topic, selama satu minggu ke depan nih di SMAN 7." gumam Kevlar dengan menatap langit kota Lumajang yang cerah.
"Assalamu'alaikum, sahabat until Jannah." sapa Madani dengan ceria sembari menyamakan langkah kakinya. Di ikuti Leo disebelahnya.
"Waalaikumsalam." jawab mereka berdua secara serempak.
"Ada apa dengan wajahmu Vlar?" tanya Madani yang langsung menyadari kalau wajah Kevlar ditekuk.
"Sebel sama si pembaca surah An-Naba' tadi pagi, gara-gara dia si Julietku jadi baper." keluh Kevlar dengan muka kesal.
"Halah, cewek mulu kamu Vlar. Dasar playboy! Lagian siapa suruh minta tukar jadwal literasi sama Madani, rasain tuh julietmu jadi laper!" ujar Nuril menonjok pelan bahu Kevlar. Sedangkan si playboy XI IPA 3 itu malah mengerucutkan bibirnya.
"Eh, nyolot tapi salah. Baper yang bener kali!" balas Kevlar.
"Sudah sudah, kalau emang jodoh pasti ketemu di pelaminan kok," tenang Madani dengan menepuk bahu Kevlar.
"Iya. Pasti tuh. Kalau nggak jadi pengantinnya ya jadi tamu undangan. Hahaha.." timpal Nuril, yang membuat Kevlar mendengus.
Madani tersenyum, "Udah yuk, pak Mansur udah nungguin di masjid."
"Yuk!" seru Nuril.
Mereka berempat berjalan beriringan menuju masjid SMAN 7. Masjid Ar-Rahman. Di serambi masjid sebelah utara sudah banyak anggota ekstrakulikuler Rohis yang berkumpul dan pak Mansur-- pembina ekstrakulikuler Rohis juga sudah berada disana.
"Assalamu'alaikum, Pak. Maaf kami terlambat," ucap Madani dengan menyalami pria berkepala tiga itu. Setelahnya, ketiga temannya juga bergantian mencium tangan pembina ekstrakulikuler Rohis.
"Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Kalian silakan ambil air wudhu dulu untuk salat ashar. Agenda hari ini, insyaa Allah baca Al-Qur'an juz 30, satu persatu." ucap pak Mansur, yang diangguki oleh empat serangkai itu.
Madani berdiri di depan barisan temannya dengan membenarkan kopiah beledunya, matanya mengkode Nuril untuk segera ikamah. Mereka ketinggalan salat ashar berjamaah karena Madani harus mengumpulkan buku tugas fisika di meja bu Sanika tadi, dan sebagai teman yang baik mereka memilih menunggu Madani.
"Allahu Akbar Allahu Akbar,
Asyhadu an laa illaaha illallah,
Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah,
Hayya 'alas-shalaah,
Hayya 'alal-falaah,
Qad qaamatish-shalaah, Qad qaamatish-shalaah,
Allahu Akbar Allahu Akbar,
Laa ilaaha illallah..." Nuril menyerukan ikamah dengan lirih, namun jelas.
"Allahu Akbar...." mulai Madani dengan mengangkat kedua tangannya. Teman-temannya mengikutinya dengan khusyuk.
Disisi sebelah kiri imam, tepatnya tempat saf perempuan ada beberapa siswi SMAN 7 yang ikut salat berjamaah, mereka terlihat khusyuk mengikuti gerakan dari imam.
Setelahnya salam, Madani menoleh ke belakang untuk bersalaman dengan teman-temannya. Lalu berbalik lagi untuk melantunkan doa dengan khusyuk.
Usai melaksanakan salat ashar, Madani bersama teman-temannya mengambil mushaf di etalase Masjid dengan tetap memakai kopiahnya.
Leo yang keluar lebih dulu, menyadari kalau ada Dhania di kejauhan, tengah bersama temannya.
"Leo!" panggil Madani pada temannya yang berdiri mematung di dekat pintu.
"Leeo!" panggilnya sekali lagi.
Karena yang dipanggil tidak menggubrisnya, Madani memilih untuk menghampirinya.
"Mushaf kamu--" belum selesai Madani merampungkan kalimatnya, ia melihat figur perempuan tak asing tengah berbincang ringan.
Leo yang tempo hari menanyakan tentang nama perempuan itu langsung menatap Dhania terang-terangan. Sedangkan Nuril dan Kevlar yang baru keluar terheran-heran melihat kedua temannya melamun.
__________
"Hati-hati, Hal. Kita duluan ya," pamit Fathiyah.
Dhania mengangguk sambil tersenyum, tak sadar bahwa senyumnya itu membuat penghuni masjid disana berdebar-debar luar biasa.
__________
"Eh, kalian! Dipanggil ustad Mansur tuh, malah asik disini. Giliran kalian setor hafalan!" celetuk Nadine, yang entah sejak kapan ia datang.
Keempatnya langsung mengikuti langkah Nadine, menuju tempat anak ekstrakulikuler rohis berkumpul.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Ketua Rohis
Teen Fiction(DO)AKAN TERBIT♡♡ 📍 Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Indonesia. 12 maret 2018 - 14 juli 2020 -- Dhania, dihukum oleh ayahnya untuk ikut suatu kegiatan yang diselenggarakan ekstrakulikuler Rohis karena telah berbuat dosa kepada Allah. Nadine sebagai...